F.R.I.E.N.(D).(S) #2

151 16 0
                                    

Mengisahkan perjalanan hidup seorang perempuan dengan drama keluarga yang dilewatinya, hingga jatuh cinta diam-diam pada sahabat kecilnya.

Naskah yang Diola tulis berakhir dengan kepergian sang sahabat kecil yang merupakan cinta pertama perempuan dalam cerita. Setelah tumbuh besar bersama pada akhirnya kedua sahabat tersebut terpisah oleh jarak. Dan hingga hari perpisahan itu tiba, sahabat kecilnya tidak benar-benar tahu mengenai perasaan perempuan itu padanya.

So, in the end kalian berpisah. Sad ending, huh?” Rami bergumam sembari meletakkan dua buah kaleng softdrink tepat di atas kitchen island.

Diola baru saja datang, dan pria itu segera mempersilahkan dirinya untuk mengambil tempat duduk pada sebuah bangku berseberangan dengan Rami yang tengah berdiri di balik kitchen island.

“Maksudnya?” Diola memicingkan sebelah alisnya. Ekspresi wajahnya berubah, seperti tengah menahan malu.

“Perempuan dalam cerita, itu kamu kan?” tembak pria itu sambil menyodorkan salah satu kaleng minuman tersebut padanya.

Bersamaan dengan itu wajah Diola memerah. “That wasn’t me!

Rami terlihat menahan tawa, pria itu kemudian mengambil kaleng miliknya dan menenggak isinya. Menutupi perilakunya—yang menurut Diola sungguh tidak terpuji.

Menyebalkan! Mereka baru saja kenal belum genap dua minggu tetapi pria itu sudah berani menggodanya.

Easy, Dio. Kamu nggak perlu semarah itu jika memang perempuan itu bukanlah kamu.”

Diola mencibir. “You’re so annoying, Mr. Stanley!”

Sementara Rami melanjutkan meneguk softdrink-nya, Diola justru bergeming sambil terus memandangi raut wajah pria itu.

Tampan. Gumamnya dalam hati. Pantas jika Noura tergila-gila pada pria itu, dan memilih untuk berselingkuh dengannya. Secara fisik, perempuan mana pun takkan mampu menolak pesonanya. Ia bahkan mengingatkan Diola pada salah satu tokoh superhero favoritnya. Steve Rogers.

Sadar jika dirinya tengah diperhatikan sedemikian rupa oleh perempuan itu, membuat Rami menjadi salah tingkah. Ia meletakkan kembali kaleng minumannya di atas kitchen island, lalu balik menatapnya dengan sebelah alis terangkat.

“Ada apa?”

Diola mengerjapkan mata seraya menggelengkan kepalanya. “Mm, nothing,” elaknya lalu menundukkan wajah.

Well, Dio. Bagaimana kalau tim saya sedikit merubah isi naskah kamu. Misalnya saja kami ubah ending-nya menjadi happy ending?

Perempuan itu mengangkat wajah dan mengernyitkan keningnya. “Apakah itu perlu?”

“Ng, saya sedang meminta pendapat kamu. Kenapa kamu balik bertanya?”

Eh?

“Saya nggak setuju.”

“Lho?”

“Kenapa? Anda meminta pendapat saya barusan, dan saya memberi jawaban seperti yang Anda minta. So?

Rami mendengus. Ia baru saja akan angkat bicara, namun, Diola kembali memotong ucapannya. “Tidakkah Anda menyadari sesuatu?”

Kedua mata pria itu menyipit.

“Anda begitu menyebalkan. Saya nggak habis pikir, kenapa Noura bisa—”

Kini giliran pria itu yang memotong ucapan Diola. Ia memukul kitchen island di depannya dengan menggunakan bogemnya. Wajahnya memerah tampak tidak terima dengan kalimat yang Diola ucapkan. Pria itu marah padanya.

F.R.I.E.N.D.(S) ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang