Thomas

39 7 0
                                    

"Iya nyonya, baru saja dia pergi tapi aku tidak tau dia ingin kemana"

"Ah okay terima kasih ya informasinya"

Jantungnya Heleizah berdegup kencang saat tau yang melukis wajahnya itu adalah Arthur, dia juga belum tau mengapa Arthur melukis dirinya.

Dia masih positif thinking, mungkin karna Arthur sudah tau duluan kalau Heleizah membutuhkan lukisan?.

Arthur pergi ke sebuah pasar, seperti biasa dia membeli canvas dan juga cat lukisnya yang ingin habis.

Arthur selalu melukis di dalam ruangannya, kemarin dia ke art room karna canvas dan cat lukisnya habis aja makanya dia kesana, hasilnya juga gak sia-sia melukis di art room, karna lukisan itu dipajang di dalam kamarnya Heleizah.

"Terima kasih ya pak" ucap Arthur pada pedagang itu.

"Sama-sama tuan Arthur" dia sudah menjadi langgananya Arthur sejak lama.

Tiba-tiba aja ada ramai-ramai di depan sana, ada apa ya kira-kira? Karena Arthur juga penasaran, dia samperin aja kesana.

Saat Arthur menghampiri kerumunan itu, mereka jadi menjauh dan memberi jarak untuk Arthur.

"Kalian kenapa membentak anak kecil? Kalian tidak malu pada umur kalian?" Arthur udah marah sekali.

"Tuan Arthur jangan salah paham, anak kecil ini sudah berani mengambil uang di kedai saya" ucap penjual.

"Terus kalian asal menghakimi? Dia masih kecil dan pasti ada alasanya kenapa dia mencuri uang" 

Arthur membantu anak kecil itu berdiri. "Jika kita biarkan nanti dia akan kebiasaan mencuri" saut penjual itu lagi.

Arthur langsung memberikan uang itu pada penjual kedia yang dicuri, sejujurnya dia udah sangat marah cuman Arthur adalah orang kepercayaan raja Aldrich pasti mereka akan salah paham nantinya.

Anak kecil itu dan Arthur jalan bersama-sama. "Kak terima kasih udah membantuku" Arthur tersenyum.

"Iyaa sama-sama, kenapa kamu mencuri?" tanya Arthur.

"Aku terpaksa mencuri uang ini, ibu aku lagi sakit dan aku harus beli obat buat dia, tapi uang dari aku mengamen tidak cukup" ucapnya dengan ragu-ragu.

Arthur merasa sedih ketika mendengar penjelasan dari anak kecil yang malang ini, dia harus membantunya.

"Kamu udah makan? Kita makan dulu yuk? Belum kan?" Dia mengangguk, pastu abis mengamen dari pagi sangat capek dan kelaparan.

Mereka makan di kedai yang ada didekat-dekat pasar, Arthur menatapi anak kecil yang ada di depanya makan dengan lahap, dia bersyukur mempunyai keluarga yang berkecukupan.

"Kak, kamu seorang pangeran ya?" tanyanya.

"Ah bukan, aku hanya seorang biasa bukan pangeran dan bukan orang penting juga. Oh iya aku belum nanya, nama kamu siapa?"

"Nama aku Thomass"

"Nama yang bagus, nanti kita ke tempat obat dulu buat ibu kamu"

"Tapi kak, aku gak punya uang buat beli obatnya" ucapnya dengan suara yang sedih.

"Aku yang bayar" Thomas langsung memeluk Arthur sembari menangis, dia sangat terharu ketika Thomas memeluk dirinya.

"Terima kasih banyak ya kak, kamu udah baik banget sama aku" Arthur mengangguk dan tersenyum.

Mereka menuju ke kedai obat, Thomas bilang kalau ibunya sakit magh dan ibunya juga sulit untuk melakukan apapun karena perutnya sangat sakit.

"Tuan Arthur? Apa kabar?" sapa sang penjaga kedai obat itu.

"Aku baik, bagaimana denganmu?" Dia membalas jawaban sama seperti Arthur.

Arthur menjelaskan obat apa yang dia ingin beli. "Memang siapa yang sakit tuan? Di istana bukanya sudah ada dokter?" tanya nya.

"Ah bukan.." penjual itu melihat ke arah Thomas seperti dia sudah mengenali Thomas.

Thomas memang sering beli obat disini, makanya penjual obat itu mengenali Thomas dan ya pasti juga dia tahu obat apa yang Thomas inginkan.

"Aku mengenalinya" ucap penjualnya.

"Eh iya? Thomas apa kamu sering beli obat disini?" Thomas mengangguk.

Mereka menuju ke rumahnya Thomas, ternyata dipedaleman sini banyak rumah-rumah yang kumuh, Arthur sangat khawatir dengan keadaan mereka ketika hujan apakah atapnya bakalan bocor?.

Arthur masuk kesana bahkan tanpa rasa jijik sekalipun, padahal disana banyak sekali lumpur-lumpur dan sangat kotor.

"Kak apa kamu tidak nyaman dengan keadaan daerah sini?" tanya Thomas.

Have a nice day all ♡

Love Story In CasentinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang