Her voice

44 8 0
                                    

Arthur berjalan menuju keluar istana sembari membawa note piano, Arthur memang pandai memainkan piano sejak ia berumur 10 tahun, Heleizah pun tau itu.

"Hari ini siapa yang menyanyi di gereja?"

"Tuan putri Heleizah, dia kemarin ingin menyanyi di gereja"

"Wah keren, apalagi suara tuan putri sangat indah"

Pelayan yang berjalan melewati Arthur membicarakan tentang hal itu, dia terkejut. "Heleizah?" Jadi dia akan bersama Heleizah?

Sementara Heleizah keluar dari istana dikawal juga dengan para pengawal kerajaan, mereka juga ingin ke dalam gereja. Sedaritadi Heleizah tidak melihat Arthur, dia kemana ya?

"Kamu tau Arthur ada dimana?" Tanya Heleizah pada pengawal yang ada disampingnya.

"Tuan putri tidak tahu? Dia yang akan memainkan piano nanti"

Serius? Kok Heleizah tidak tahu apapun kalau Arthur bakalan memainkan piano? Heleizah bernyanyi dan Arthur memainkan piano, itu sempurna.

Arthur duduk di depan piano sangat nervous, apalagi ini pertama kalinya dia memainkan piano di depan banyak orang dan satu lagi yang bikin dia gugup adalah Heleizah.

Heleizah masuk ke dalam gereja, dengan gaun putihnya yang berkilau serta parasnya yang sangat cantik, Arthur melihat itu dan terus menatapi Heleizah.

Yang pertama Heleizah lihat adalah Arthur, dia memakai setelan tuxedo yang membuatnya semakin tampan.

"Oh god..." tidak tahu tiba-tiba aja Arthur menyebut itu saat Heleizah jalan ke arah panggung, yang jelas juga menuju ke arah Arthur.

Heleizah sudah siap memegang mic. "Huh.." mengeluarkan napasnya besar agar lega.

"Arthur" *Arthur melihat ke arah Heleizah.

"Jangan nervous okey?" Lelaki itu mengangguk, Arthur terus mengingat perkataan Heleizah agar tidak gugup.

Arthur mulai memainkan pianonya dengan nada yang indah, Heleizah bernyanyi dengan suaranya juga yang indah sangat tenang ketika semua orang mendengarkanya.

Mereka melakukan sangat baik, tidak ada kesalahan apapun bahkan semua orang yang berada disana memujinya.

Setelah semuanya selesai, Arthur menghampiri Heleizah dengan senyumanya. Mata Heleizah terlihat berbinar melihat Arthur.

"Tadi itu sangat indah bukan? Aku semakin menyukai suaramu" Heleizah berdegup kencang saat Arthur memujinya.

"Menyukai suaraku? Serius? Makasih banyak aku senang dengarnya, tadi juga kamu memainkan piano sangat hebat, kalau bisa kita nanti duet lagi" Heleizah kebablasan kan.

"Duet?"

"Iya, kalau kamu mau" pastinya Arthur mau.

"Ah iya aku mau" dia pergi begitu aja setelah ada wanita yang menghampiri Heleizah, dalam hati Heleizah sudah berteriak tidak karuan.

"Wah tuan putri dan tuan Arthur sangat keren" puji seseorang perempuan yang mendekat ke Heleizah.

"Terima kasih banyak" jawabnya dengan senyuman.

"Tuan putri nanti ke toko kue kan? Hari ini adalah hari cupcake" Heleizah baru kepikiran sekarang, untung diingatkan padahal tadi malam dia udah bilang ke pelayannya.

"Iyaa nanti aku ke toko kue cuman kita gak bisa bareng kesana, kamu tau kan?"

Wanita itu terkekeh, Heleizah kesana kan harus didampingi para pengawal makanya kalau Heleizah bareng sama dia yang ada jadi pusat perhatian.

"Tuan Arthur kamu kenapa masih disini aja? Ayo udah ditungguin tuh" ucap Leo.

"Sebentar"

Leo bingung, emang siapa sih yang ditungguin Arthur?

Heleizah keluar dari gereja bersama Emma (wanita yang berbicara sama Heleizah) mata Arthur langsung tertuju pada Heleizah.

"Ooh kamu nunggu ini?" Ledek Leo.

Arthur hanya tersenyum kecil dan masih melihat ke arah Heleizah.

Heleizah menghampiri Arthur dan Leo yang ada di depan sana, harusnya si Heleizah tanya ya ke Leo dia apa bukan yang melukis, mungkin dia juga lupa.

"Aku mau ke tempat kue sekarang, kamu tau kan kalo hari ini adalah hari cupcake? Aku bahagia banget bisa makan cupcake"

"Benar tuh tuan putri, oke deh aku pergi dulu ya?" Leo meninggalkan mereka berdua.

"Aku baru tau dari kamu kalo sekarang hari cupcake"

"Kamu mau kesana juga?"

Perasaan Heleizah sudah tidak enak kalau Arthur pasti ga mau ikut.

"Aku ada urusan"

Love Story In CasentinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang