Paman

35 7 0
                                    

Mereka berdua duduk di kedai itu, paman belum menyadarinya sama sekali.

"Ah iya? Dia ada disana?" tanya Arthur

"Mungkin, Madeline bilang dia ingin pergi bersamamu. Kenapa kamu jadi pergi sendiri?"

"Aku tidak sempat menjemputnya, paman kamu masih ingat dengan janjimu kan?" Ucap Arthur dengan wajahnya yang exited.

"Pesan lah apa yang kamu ingin, paman ingin kedepan sana sebentar" Paman Arthur sangat baik, kalau dia sudah sama Arthur pastinya selalu diturutin.

"Baik paman, terima kasih"

Karna disini memang agak sepi dan penjual kedainya juga berada di dalam, Heleizah memberanikan membuka cadarnya.

"Huh.. lega juga" ucapnya sembari meminum air soda.

"Padahal tadi suara kembang apinya sangat besar, kok kamu gak takut?"

"Mungkin karna kembang api itu terlalu cantik makanya aku gak fokus sama suaranya"

Arthur melihat hasil-hasil potretanya, dia tersenyum-senyum sampai membuat Heleizah penasaran. "Kamu senyum-senyum kenapa?" Tanya nya.

"Hah? Ini hasilnya bagus bukan? Aku gak tau mau fokus ke kembang apinya atau ke foto ini" Arthur menunjukkan fotonya.

"Coba lihat"

Itu foto dirinya!! Heleizah hanya bisa tersipu malu, Arthur yang melihat pipi Heleizah memerah dia hanya bisa tersenyum.

"Arthur, keluarga kamu memang andil dalam hal ini semua ya?"

"Mungkin, sejujurnya aku tidak tahu tentang hal ini"

Pikir Heleizah mungkin karna Arthur terlalu fokus dengan urusan kerajaan makanya tidak tahu sama urusan rumahnya.

"Aku tau Arthur kamu memang harus fokus sama tugasmu di istana, cuman ada baiknya juga kamu tau sama urusan keluargamu"

"Iyaa benar, terima kasih"

"Iya sama-sama, tadi paman kamu menyebut nama Madeline, dimana dia?"

"Ah iya juga, mungkin lagi dipanggil sama pamanku?"

Tiba-tiba saja pamannya Arthur muncul, dimana saat Heleizah tidak memakai cadarnya sama sekali. Otomatis akan ketauan dengan pamannya Arthur.

"Paman cari Madeline tidak ada di depan sana, h-heleizah?" Mana Heleizah menghadap ke arah suara itu tanpa cadarnya, ketauan deh.

"Paman sssttt, jangan keras-keras" ucap Arthur dengan jari telunjuknya yang berada dibibir.

"Ah iya-iya, astaga aku sangat terkejut ketika melihat Heleizah ada disini. Bagaimana bisa?" tanyanya.

"Panjang ceritanya, paman janji jangan beritahu siapa-siapa ya? Heleizah kesini karna ingin sekali melihat kembang api itu, bukan apa-apa kok" jelas Arthur.

"Iya Arthur paman paham, lagi juga kalau aku beritahu ke semua orang jabatan kamu akan terancam dan juga Heleizah akan dimarahin abis-abisan"

Untung saja pamannya Arthur sangat mengerti dengan situasinya. "Kalian ingin makan apa? Ingin daging? Akan paman pesankan"

"Wih kedengaranya sangat enak, kamu mau?" tawar Arthur.

"Hmm boleh, aku juga kebetulan lapar"

Pamannya Arthur memang sudah mengenal Heleizah dari kecil bahkan suka menemani mereka bermain bersama, makanya paman tidak memanggil Heleizah dengan sebutan 'tuan putri'.

"Ah paman udah lama tidak melihat Heleizah, lihat kamu juga hanya bisa dari jauh. Kamu sudah dewasa dan sangat cantik" pujinya.

"Makasih banyak, paman juga semakin gagah, senang deh kita bisa berkumpul kaya dulu lagi"

Love Story In CasentinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang