Gift

37 6 0
                                    

Arthur datang ke toko kue, reaksi penjual tokonya sangat ramai, sama seperti saat Heleizah datang kesini.

"Wah tuan Arthur, astaga kamu sangat tampan jika dilihat secara langsung"

"Terima kasih banyak" Arthur menanggapi dengan senyumannya dan membungkukan badanya sedikit.

"Silahkan dipilih dulu cupcake yang menarik perhatian, atau mau saya pilihkan?"

"Ada cupcake yang paling enak disini? Kalau ada saya mau beli dua" penjual itu melihat packaging cupcake yang dibawa Arthur.

"Ada banyak, maaf saya ingin tanya apa tuan Arthur baru saja diberikan cupcake sama tuan putri Heleizah?"

"Iya benar" dan penjual itu bingung kenapa Arthur beli cupcake lagi?.

"Ah yasudahlah tidak usah dipikirkan, ini sudah rezeki aku" batin penjual itu.

Setelah sudah dipackage sama penjualnya, Arthur juga diberi paper bag agar tidak kesusahan membawa tiga packaging cupcake.

Aroma cupcake-cupcake ini sangat lezat, dia berharap Heleizah menyukainya walaupun dia beli di toko yang sama.

Arthur sudah sampai di istana, tadi Heleizah dipanggil kenapa ya? Apa ada urusan yang tidak diketahui oleh Arthur? Ya dia berpikir lebih baik tidak usah ikut campur.

"Leo sebentar.. " dia memberhentikan Leo yang berlawanan arah denganya.

"Ada apa tuan?" tanya nya.

"Kamu tau Heleizah kenapa dipanggil sama raja Aldrich?"

"Ada nyonya Katarina, makanya tuan putri disuruh kembali ke istana"

Arthur berdehem mengerti, lanjut berjalan lah dia ke ruanganya. Dia ingin memberikan sesuatu yang berharga untuk Heleizah.

Dia melihat note dan liriknya kembali sembari memakan cupcake di balkon ruanganya, Arthur adalah seseorang yang sangat seniman.

Dia bisa menari, melukis, membuat lagu serta lirik atau nada dari note piano. "Aku harap dia akan menyukainya" sejujurnya sesuatu yang Arthur berikan untuk Heleizah, wanita itu akan menyukainya.

Arthur sangat suka seni tapi dia tidak pernah menunjukkan hal itu pada semua orang, padahal semua ciptaanya cukup sempurna.

"Jika Heleizah kesini apa aku harus menyanyikan lagu ini untuknya?" Apalagi lagu itu adalah lagu tentang Heleizah.

Arthur masih menunggu Heleizah sampai malam tiba, belum terlalu malam masih jam 7pm.

"Apa Heleizah sudah selesai?"

Dia bangkit dari baringanya dan keluar untuk menemui Heleizah, dia pun sampai di depan kamarnya Heleizah.

Lelaki itu mengetuk pintu kamar Heleizah sembari memanggil nama wanita itu.

"Arthur?" Heleizah malah muncul di belakangnya Arthur.

"Astaga buat aku kaget aja, kamu udah selesai?" Tanyanya.

"Hmm.. udah kok, emang ada apa nyariin aku?"

Sejujurnya Arthur sangat-sangat malu jika dia terus terang bilang ke Heleizah, tapi apa boleh buat?

"Ada yang mau aku bicarain sesuatu sama kamu, bisa kan? Kita bicaranya di dalam ruanganku aja"

Heleizah hanya membalas. "Okey" maybe itu memang penting kan yang mau diomonginya.

Mereka berdua berada di balkon ruanganya Arthur, kenapa kalau disini lebih banyak anginya dibanding kamarnya Heleizah?

"Apa yang mau kamu bicarain?"

Arthur memberi sebuah piring berisi cupcake yang terlihat sangat lezat, apalagi tadi Heleizah tidak sempat mencicipi cupcake yang dia beli.

"Kamu tadi sempat beli cupcake ini buat aku?" Arthur mengangguk.

"Makasih ya"

Jantung Heleizah berdegup tidak karuan dan dia tidak berhenti tersenyum melihat cupcakenya.

Heleizah memakan cupcake itu. "Hmm enak, kamu beli ini di toko yang ada di desa kan?"

"Iyaa, aku tau kamu gak makan cupcake makanya aku beli ini. Kenapa tadi gak sisain cupcake buat kamu sendiri?"

"Kalau aku sisain buat aku sendiri nanti yang lainya gak akan dapat, itu malah buat aku sedih dibanding harus gak makan cupcake"

"Saat diluar gereja kamu bilang kalau hari ini hari kebahagiaan kamu karna bisa makan cupcake"

"Menurutku kebahagiaan untuk sendiri itu memang penting, tapi dengan melihat orang bahagia karna kita sendiri akan jauh lebih bahagia"

Arthur tersenyum saat mendengar jawaban dari Heleizah. "Kamu ngapain?" Heleizah kaget tiba-tiba Arthur mendekat ke dirinya.

"Jangan gerak"

Love Story In CasentinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang