Love Story In Casentino

Song about her

Arthur membersihkan cream cupcake yang menempel dirambutnya Heleizah, astaga jantung wanita itu semakin berdegup sangat kencang.

Dia tidak sengaja menatap Heleizah dari samping, side face Heleizah sangat cantik. "Aku ingin selamanya menatap wajah Heleizah yang cantik" batin Arthur.

"Kenapa creamnya bisa nempel dirambut aku? Padahal aku makan pelan-pelan"

"Fokus makan aja Heleizah, jangan fokus ke aku makanya bisa nempel gitu"

Arthur ternyata nyeselin banget ya, cuek-cuek ternyata dia bisa pede juga, dia akan selalu percaya diri kalau di depan Heleizah.

"Eh? Aku daritadi emang fokus makan kok, gak usah ngarang"

Sejujurnya Arthur sangat senang melihat wajah Heleizah yang marah, karna itu sangat lucu.

"Heleizah, jika ada seseorang yang membuatkan kamu lagu dan menyanyikanya di depan kamu, apa kamu akan mengingat kejadian itu selamanya?"

"Tentu saja, dia sudah sangat berusaha membuat lagu itu dan pastinya gak mudah kan? Dia akan sangat berharga dimataku"

"Apa kamu ingin mendengarkan itu sekarang?" Heleizah bingung apa yang dibicarakan Arthur sebenarnya.

Arthur duduk dikursi pianonya dan mulai memainkan piano sembari menyanyi, Heleizah masih tidak bisa berkata-kata dia sangat terkejut.

Liriknya sangat indah bahkan irama pianonya pun juga, apalagi dengan suara beratnya Arthur ketika menyanyikan lagu itu, Heleizah ingin menangis cuman dia tidak ingin menangis di depan Arthur.

Selagi bernyanyi, Arthur terus menatap Heleizah dengan senyumanya.

Itu semua pun selesai, Arthur menghampiri Heleizah yang masih speechles sama ini.

"Kamu suka kan?" tanya Arthur.

"Apa ini bukan mimpi?" Masih menahan air matanya.

"Bukan kok, ini bukan mimpi dan aku sudah menyiapkan hal ini sudah lama cuman baru berikan ini semua sekarang"

"Aku sangat menyukainya sangat suka, aku tidak akan pernah melupakan hal ini dan sekarang aku masih tidak percaya"

"Ya, aku juga tidak percaya sama sekali aku bisa menunjukkan hal itu semua padamu"

"Dan kita juga bisa menyanyi bersama suatu saat nanti memakai lagu ini" sambungnya.

Heleizah tiba-tiba menangis, ini sangat-sangat amat berharga untuknya.

"Hey jangan nangis" ucap Arthur lembut dengan senyumanya.

"Aku membuat ini semua agar kamu tetap semangat dan ini juga hadiah buat kamu" Heleizah memeluk Arthur sembari menangis.

"Arthur kenapa kamu terlihat sangat indah? Aku tidak pernah melihatmu seperti ini sebelumnya"

"Yang indah itu bukannya kamu? Aku melihat kamu dari kursi piano sembari menatapku"

"Arthur stop" dia tidak bisa menahan salah tingkahnya.

"Ah iya-iya, maaf ya? Udah jam 9, waktunya kamu kembali ke kamar kamu" Heleizah melepas pelukanya, dia tidak bisa perlihatkan wajah abis nangis di depan Arthur.

"Jangan lihat-lihat" Heleizah menyembunyikan wajahnya dibalik kedua tangan.

"Siapa yang mau melihat? Lagipula aku udah tau wajah kamu kalau menangis" kenapa akhir-akhir ini Arthur suka banget meledek Heleizah.

Heleizah menatap sinis sembari mengerucutkan bibirnya.

"Mau diantar?"

"Ini belum terlalu malam jadi aku bisa sendiri dan terima kasih untuk hal yang indah ini"

Heleizah berjalan menuju kamarnya, dia masih sangat salah tingkah sama hal tadi. "Arghh" berlaga akting bersandar ke dinding.

Pelayan yang lagi lewat kan kaget kenapa Heleizah tiba-tiba seperti ini.

"Tuan putri kenapa?" Tanyanya.

"E-eh aku gapapa, cuman sedikit pusing" batinya malu banget, kenapa lagi begini malah keliatan orang.

"Apa tuan putri ingin aku bawakan obat? Atau saya antarkan ke ruang dokter?"

"Tidak.. tidak perlu, aku kayanya emang kurang tidur aja"

"Kalau butuh sesuatu panggil aku saja ya tuan putri, aku permisi dulu"

Pelayan itu sudah pergi, Heleizah mengeluarkan napasnya kasar. "Astaga memalukan sekali, lagi ngapain si ya ampun segala berlaga akting begitu"

Di dalam kamarnya Heleizah masih tersenyum-senyum dengan surprisenya Arthur, bahkan dia membuatkan lagu khusus untuk Heleizah.

"Arthur kalau kamu benar mencintaiku, ungkapkan lah secepatnya" ucap Heleizah menutup wajahnya memakai bantal.

~ love you all, yang udah mau baca ini ♡