v. jendela.

114 30 3
                                    

Memiliki kamar di lantai dua itu bagus. Namun saat menutup jendela dan menoleh ke bawah, terlihat menyeramkan bagi yang memiliki phobia ketinggian.

Hyeop salah satunya. Ia yang terakhir pulang karena ada les seusai sekolah. Kelima adik-adiknya dititipkan ke tetangga selama Yunseong kerja di hari kerja. Begitu membuka kamar, jendela kamarnya terbuka lebar.

Ingin dibiarkan, namun langit terlihat mendung. Bagaimana jika nanti hujan? Airnya pasti masuk ke dalam kamar. Begitu pikir Hyeop.

Lekas Hyeop menutup jendela. Tangannya gemetar menarik jendela yang terbuka sepenuhnya. Lalu cepat-cepat menguncinya dan menutup tirai jendela.

Hyeop mengganti pakaiannya. Ia mengenakan celana pendek hitam dan kaus lengan pendek kuning.

Hyeop berencana menjemput adik-adiknya dari rumah sebelah seperti biasa. Ia sangat dipercaya oleh Yunseong sebagai yang tertua.

Baru saja memegang kenop pintu, suara jendela terbuka memasuki indra pendengarannya. Hyeop menoleh, mendapati jendela yang terbuka sedikit.

"Angin, ya?" gumam Hyeop. Anak itu membuka tirai lalu menutup jendela dengan cepat.

Baru dua langkah, suara itu terdengar lagi. Hyeop kembali menoleh. Bulu kuduknya berdiri, hawa di kamar terasa berbeda.

Pelan-pelan, Hyeop mendekat ke jendela sambil memejam. Merasa sudah dekat, Hyeop melongokkan kepalanya ke luar jendela, membuka mata yang memejam. Ia menoleh ke kanan dan kiri, hanya ada pohon. Lalu menoleh ke bawah.

Hyeop tersentak. Sesosok makhluk aneh menempel di dinding dan menyeringai kepadanya.

Kesadaran lekas mengambil alih. Hyeop berlari sekuat tenaga ke rumah sebelah.

Untung saja tidak terjatuh saat menuruni tangga.

[✓] Voorval | DRIPPINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang