iklan: berawal dari kak yuni.

81 19 8
                                    

Haloo, apa kabar?
Aku bikin chapter selingan biar enggak bosen sama chapter-chapter horor yang mulai enggak jelas.

Setiap ada chapter 'iklan: ...' belum tentu Yunseong yang jadi ayah, yaa! Bisa aku ubah-ubah, tergantung dengan ide yang ada. Jadi nanti selalu aku cantumkan umur mereka di awal biar enggak bingung.

Kayak sekarang. Aku milih Hyeop dan Changuk sebagai adik-kakak dan jadi ayah.

Hyeop : 40 tahun
Changuk : 33 tahun
Dongyun : 15 tahun
Minseo : 12 tahun
Yunseong : 8 tahun
Junho : 5 tahun
Alex : 5 bulan

Takut ada yang bingung nanti :
Hyeop (ayah) -> Dongyun (anak pertama), Minseo (anak kedua), Yunseong (bungsu)
Changuk (ayah) -> Junho (anak pertama), Alex (bungsu)

Selamat membaca!
.
.
.
.


"Kak Yuni!"

"Namaku bukan Kak Yuni, tahu!"

"Tapi Juno maunya panggil Kak Yuni!"

"Yunseong! Namaku Lee Yunseong!"

"Enggak! Kak Yuni!"

"Kak Yunseong, Juno!"

Yang disebut Juno menggeleng ricuh, "Kak Yuni!" serunya untuk yang kesekian kali dengan tatapan sengit, "Pokoknya, Kak Yuni! Kak Yuncong susah! Juno panggilnya Kak Yuni!"

"Kalau begitu, panggil Kak Yunse!"

Juno, atau yang memiliki nama asli Lee Junho, menggeleng lagi, "Susaah! Juno enggak bisa! Maunya Kak Yuni!"

Yunseong merengut kesal. Kekesalan itu semakin diperjelas dengan langkah kakinya yang dihentakkan menuju Hyeop, "Papa! Juno nakal! Masa nama Yunse diubah-ubah begitu!"

Hyeop tersenyum masam. Ia yang sedang sibuk mengolah nilai muridnya bergumam mengumpati Changuk yang seenaknya menitipkan anaknya.

Yang kecil masih mending. Masih super menggemaskan juga dengan tawa bayinya. Tapi anaknya yang bernama Lee Junho alias si sulungnya Changuk ini masalahnya. Mulutnya benar-benar tidak bisa diam. Sedikit-sedikit berkomentar atau debat dengan Yunseong.

Sekitar setengah jam yang lalu, keduanya masih tenang sambil menonton kartun si penguin kecil serta kawan-kawannya di televisi, namun Junho kecil yang masih sulit menyebut nama Yunseong menyebutnya dengan nama Yuni. Yunseong sebal, kemudian terjadilah perdebatan tidak penting di antara keduanya---yang baru saja membuat Yunseong mengadu padanya.

"Gak apa-apa, Junho masih kesusahan nyebut namamu, Nak."

Wajah Yunseong semakin terlipat, "Tapi kenapa harus Yuni!? Itu 'kan nama perempuan! Yunse, 'kan, cowok!"

Hyeop terdiam. Bukan tak bisa menjawab. Namun, daripada menjawab, ia pikir lebih baik mengalihkan pembicaraan. Malas sekali mendengar tentang Kak Yuni setiap Junho berkunjung.

Pria berumur 40 tahun itu menjentikkan jari. Jika di kartun, terdapat lampu menyala di atas kepalanya, "Yunse mau menggambar? Kemarin Kak Dongyun beli buku gambar buat tugasnya, tapi ternyata disuruh pakai kertas karton, jadi bukunya enggak jadi dipakai."

Anak bungsunya itu mengangguk semangat, "Mau, Pa! Dimana?"

"Minta sama Kak Dongyun di kamarnya. Hati-hati, Nak!"

Segera, anak berusia 8 tahun itu berlari ke kamar Dongyun secepat kilat.

Hyeop menggeleng maklum.



































Hyeop kira, perkara Kak Yuni tadi adalah pertengkaran terakhir Yunseong dengan si kecil Junho. Tapi ia salah. Mereka kembali bertengkar, berebut pensil warna merah.

"Juno dulu, ih! Kak Yuni ngalah dong!"

"Enggak! Aku dulu yang pegang!"

"Juno!"

"Aku!"

"Juno!"

"Aku!"

"Ih, Juno dulu!"

"Aku dulu!"

"Sebentar aja, yaa?" Junho menatapnya dengan tatapan melas. Tangannya masih memegang ujung pensil warna merah yang juga sama-sama dipegang oleh Yunseong.

Tapi, yang lebih tua menggeleng, "Harus adil. Ini aku dulu yang pegang, berarti aku dulu yang pakai."

Bibir Junho mulai melengkung ke bawah. Hyeop merasakan hawa-hawa tidak enak di sekitarnya. Maka, sepersekian detik, tangisan menggelar Junho terdengar.

Yunseong melemparkan pensil warna itu setelah Junho melepaskannya, kemudian tangannya bergerak menutup telinganya yang mendadak terasa pengang, "Diam, anak jelek! Berisik, tahu!"

Makin kencanglah tangisan Lee Junho.

Hyeop menghela nafas. Ia meletakkan Alex yang sedari tadi dipangkunya sambil mengolah nilai ke atas kasur kecil khusus bayi. Kemudian berbicara pada Minseo yang asik menonton acara Si Unyil sambil memakan brownies, "Kak, jagain Alex dulu, ya. Itu adikmu kayaknya bikin Junho nangis lagi."

Memang bukan yang pertama. Setiap Junho ke rumahnya, pasti selalu menangis. Lagi-lagi Yunseong penyebabnya.

Beruntung, tak lama ia mencoba menenangkan Junho, Changuk datang dari acara kumpulnya bersama teman-teman.

Pria yang merangkap menjadi adiknya Hyeop itu meringis mendengar tangisan Junho, ia segera mengambil alih Junho dari gendongan Hyeop, "Aduh, maaf ya, Kak. Pasti Junho bikin pusing."

"Sangat," gumam Hyeop membalas. "Kamu ini, kalo bukan urusan penting kayak tadi mending bawa aja deh anaknya. Tau sendiri Yunseong kemusuhan sama Junho. Yang ada rusuh di sini, kerjaanku gak selesai."

Changuk meringis lagi, "Iya. Tapi tadi itu kita emang udah janji enggak bawa anak. Makanya Junho sama Alex aku titipin, soalnya istriku dan pergi belanja sama istrimu, Kak."

"Iya iya, terserah. Bawa pulang anak sulungmu dulu, biarin aja yang bungsu di sini. Dia tenang, persis seperti istrimu. Kalau Junho, petakilan, udah gitu cengeng, kayak kamu."

Changuk menyengir. Junho memang benar-benar dirinya versi kedua.

[✓] Voorval | DRIPPINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang