9: Kabar sedih

24 3 6
                                    

Pagi hari di awal musim panas tahun ini, Sangah menjejakkan kakinya di lapangan luas depan SMA Seodae. Di pagi yang cerah itu, ia baru saja tiba di kawasan sekolah pada 10 menit sebelum bel berbunyi. Selain dirinya, ada juga murid-murid lainnya yang melangkahkan kakinya ke arah yang sama. Gedung empat lantai yang berdiri kokoh menjadi tujuannya.

Berbeda dengan murid lain yang pergi bersama-sama, ia memilih menyendiri. Tidak ada seorangpun yang dikenalnya karena mereka bukan teman seangkatan. Kemungkinan murid-murid senior akan datang saat semenit sebelum bel berbunyi. Hal itu berarti ia datang lebih dulu daripada teman-teman seangkatannya.

Gadis itu akan menjejakkan kakinya di teras gedung. Langkahnya tiba-tiba dihalangi Nayeon yang sudah berdiri di depannya. Sahabat dan teman terdekatnya berusaha menghentikan jalan. Ia mengamati Sangah dengan wajah serius.

Sangah yang dihalangi jalannya oleh gadis itu berhenti. Ia menatap temannya dengan bingung. Ia tidak mengerti alasan Nayeon menghentikannya padahal ia merasa tidak melakukan kesalahan kepadanya. Ia kemudian menebak-nebak di dalam pikiran itu apa yang sedang dilakukannya. "Ada apa?" tanyanya bersuara setelah mendiamkan diri beberapa saat yang lalu.

"Ikut aku!" perintah Nayeon dengan singkat. Ia sengaja menghentikan Sangah sebelum masuk ke gedung karena ada yang ingin dikatakan.

Nayeon memutar badannya terlebih dahulu. Ia membelakangi Sangah dan berjalan terlebih dahulu sementara Sangah kebingungan. Walaupun bingung dengan apa yang terjadi, Sangah menjadi anak penurut yang selalu menuruti kemauan induknya. Ia mengekori Nayeon tanpa protes.

Nayeon membawa Sangah ke bangku panjang di bawah pohon. Sekolahnya terkenal dengan pemandangannya yang menenangkan walaupun lapangannya tampak gersang dan kosong. Di bawah pohon itu, angin musim panas berhembus. Pagi hari dan duduk di bawah pohon rindang kini menjadi tempat mereka berlindung dari sinar matahari.

Nayeon yang membawanya mempersilahkan gadis itu duduk di bangku. Ia juga duduk di sebelah Sangah sambil mencari-cari ponsel di sakunya. Setelah layar kunci berhasil terbuka, ia menggeser-geser layar ponsel untuk mencari sesuatu yang ingin ditunjukkannya.

"Kau sudah membacanya?" tanya Nayeon yang kembali membuka mulutnya dan memecah keheningan di antara mereka. Ia menyodorkan ponsel di depan muka Sangah yang masih tidak paham maksud pertanyaannya.

Terlihat situs Hanfiksi yang dibuka dari ponsel Nayeon. Ia membuka halaman wall dari profil Sangah. Layar itu menampilkan pengumuman yang semalam ia posting dan berisi tentang pengumuman bahwa ia akan berhenti sementara dari tulisannya. Selain itu, ada beberapa balasan yang kini baru dilihatnya pagi itu. Berkat Nayeon, ia mengetahui ada beberapa komentar di pesan yang dikirimkannya.

Shining Bitna
Aku sedih mengetahui hal ini. Hidupku sepertinya akan hampa tanpa tulisanmu.

Subinbinbin
Aku selama ini ditemani karyamu, Jin Fairy-nim. Mungkin aku juga merasa kecewa dengan beritamu.

Kim Taeyeon
Tolong jangan pergi, Penulis Jin.

Lee Jihyun Terbaik
Aku sedih membacanya. Sepertinya ibuku memotong bawang terlalu dekat dariku.

Komentar-komentar yang dibaca Sangah satu-persatu membuatnya membeku. Ia tidak bisa berkata-kata mengetahui para pembacanya yang merasa sedih dan kecewa dengan pemberitahuannya yang sangat mendadak. Semilir angin musim panas yang berhembus menyertai dan menemani bungkamnya. Daun-daun yang menjadi tempatnya berteduh juga melambai-lambai akibat hembusan angin seolah mewakili perasaan para pembacanya.

Membaca semua komentar yang ada di akun menulisnya, ada rasa sakit yang menghantamnya dan datang begitu tiba-tiba. Ia merasa seperti ditusuk tepat di tulang rusuknya. Ada perasaan sedih yang membuatnya tidak bisa mengatakan hal apapun. Ia juga bingung bagaimana memberikan reaksi karena hatinya masih merasa bimbang.

✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang