Sepulangnya dari taman kota yang berada di kawasan Yeonhui, Sangah dan Hun naik bus kota. Bus yang mengantar penumpang dari satu tempat ke tempat lainnya ini adalah transportasi darat yang membawa mereka pulang ke tempat tinggal masing-masing. Sangah yang tinggal di selatan Yeonhui menempuh perjalanan selama lebih kurang 15 menit, Hun menempuh perjalanan lebih lama darinya.
Di dalam bus yang membawa penumpangnya, mereka berangkat bersama penumpang lain yang kebanyakan pegawai kantor yang pulang bekerja. Mereka duduk di sisi kanan bus, barisan keempat dari belakang. Dua anak manusia yang baru bertemu pada hari ini duduk bersebelahan. Semalaman bersama kini membuat mereka tidak lagi merasa canggung. Setidaknya berbeda daripada pertemuan pertama sore tadi.
Selama di perjalanan itu, mereka saling membicarakan sesuatu yang bisa mengalihkan perhatian pada keadaan sekitar. Pembicaraan ini semakin lama terdengar semakin akrab. Mereka berhasil mengakrabkan diri. Pembahasan mereka juga tidak kalah menariknya dari pemandangan kota di luar jendela pada malam hari. Tatapan mereka kini semakin bersahabat menatap satu sama lain. Senyum juga tidak pudar dari wajahnya.
"Kau tidak keberatan 'kan kalau kita bertemu lagi?" tanya Hun yang mengalihkan pembahasan mereka secara mendadak. Lelaki itu dengan mudah membelokkan pembicaraan senatural mungkin. Pertemuan pertama pada hari ini mengesankannya.
Sangah menggelengkan kepalanya. Ia mengembangkan senyumnya dengan ramah. Tatapannya mengarah ke Hun yang menantikan jawabannya. Matanya berbinar-binar. Gadis yang tidak memusingkan hidupnya telah kembali. "Tentu saja tidak masalah. Bilang saja padaku kapan rencananya," jawabnya.
Baginya pada hari ini, pertemuan dirinya dan Hun sudah bisa dijadikan sebagai kenangan menarik dalam hidup untuk dikenangnya dalam ingatan. Lelaki dengan kantung mata gelapnya di bawah mata pada malam ini berhasil membangkitkan suasana hatinya. Sikap Hun yang hangat meluruhkan hatinya yang beku. Ia perlahan bisa membuka hati kepada orang lain. Malam menjelang musim panas ini Sangah sering memperlihatkan senyumnya.
Walaupun pada awalnya ia berencana akan pulang setelah berada di Kafe Angelinus, ia tidak menyesalkan keputusan ketika menghabiskan malamnya bersama Hun. Oleh karena itu, ia tidak keberatan jika suatu hari nanti mereka bertemu lagi. Karena ia tahu setiap kenangan bersama Hun pasti akan selalu tersimpan di ingatannya.
"Kau tidak sibuk?" tanya Hun kembali. Ia tahu karena mereka sama-sama masih menyandang status sebagai mahasiswa baru. Setidaknya di semester itu ia masih disibukkan dengan tugas dan bermacam-macam laporan dari dosen pengampunya.
"Tidak, mungkin dosen-dosenku sedang dalam keadaan baik bulan ini. Makanya aku sering punya banyak waktu kosong," jawab Sangah dengan jelas. Selain mengikuti perkuliahan, ia tidak memiliki kesibukan lain seperti mahasiswa lain. Tidak jarang juga ia sering berkumpul bersama teman sekelas.
"Kau biasanya pergi ke mana di waktu itu?" tanya Hun lagi yang ingin tahu. Hun yang sekarang jauh berbeda dengan Hun yang sebelumnya. Kali ini, ia lebih banyak bertanya kepada gadis itu padahal sebelumnya ia tidak menanyakan apapun.
Sangah tidak menjawab. Ia mengingat-ingat apa yang dilakukan selama lebih kurang 2 bulan menyandang status sebagai mahasiswi Akuntansi. Tidak banyak yang bisa diingatnya selain kegiatan yang sering dilakukan bersama teman sekelas. "Biasanya minum bersama teman kelasku. Mereka sering mengajakku minum walaupun toleransiku sangat buruk," jawabnya mengakui.
Hun mengerutkan dahi. Raut wajahnya tampak heran. "Kau tak bisa minum?" tanyanya lagi menambahkan pertanyaan selanjutnya.
"Mungkin aku sanggup hanya sebotol saja. Lewat dari itu aku akan teler," jawab Sangah yang kembali mengakui dirinya. Selama berkumpul dengan teman-temannya, ia tidak banyak meminum alkohol. Kalau bisa dihitung dengan jari, kira-kira ia hanya akan sanggup minum sebotol dan tidak akan lebih dari itu. "Bagaimana denganmu?" tanyanya melontarkan kembali pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying Fanfiction
Fanfiction[END] Kesialan dan nasib buruk bisa menimpa siapapun, tapi nasib buruk yang diterima Jin Sangah sepertinya lebih bisa dikatakan sebagai kutukan. Hingga lelaki yang tidak pernah tersenyum hadir dan mewarnai hidupnya, dia juga membuatnya bertahan dari...