Di atas meja belajar, Sangah membuka matanya dalam posisi kepala yang menempel di atas meja. Pada saat yang sama, keringat muncul dari pelipisnya bahkan dinginnya AC tidak bisa melawan. Ia membuka matanya dengan posisi seperti ini dan tidak bergerak untuk sementara waktu.
Gadis bergaun tanpa lengan itu bangun dari meja belajar. Sesaat kemudian, ia mengusap matanya yang basah akibat air mata yang mengalir di pipi. Sedetik kemudian, ia kebingungan dengan situasi ini. Ia bertanya-tanya di dalam pikirannya apakah ia tadi menangis atau tidak. Jika dilihat dari matanya, sepertinya pertanyaan ini benar.
Ia mengalihkan pandangan ke jam yang ada di meja belajar. Jarum pendek menunjuk tepat di angka 2 sedangkan jarum panjang menunjuk ke angka 7. Selain itu, jarum tipis yang bergerak hampir melewati angka 12. Suasana di luar sana terdengar jauh lebih sepi dibandingkan suasana di hari lain.
Tanpa berpikir lebih lama, ia meraih ponsel yang terletak di sisi kiri meja belajar. Layar ponsel menyala setelah ia membuka mode Lock. Sebuah notifikasi ditampilkan di layar utama segera setelah ponsel itu berhasil dinyalakan. Pesan dari kontak bernama 'Cha Hun' mengirimkan chatting kepadanya. Jam di ponsel menunjukkan pukul 2:35 pagi.
Cha Hun
Kau sudah tidur?
Mengenai ucapan dia tadi, sebaiknya jangan dipikirkan lagi. Kau berhak mempertahankan dirimu sendiri dan mengacuhkannya. Lupakan semua ucapannya. Selamat tidur^^Sangah melamun. Ia mencoba mencerna apa yang sedang terjadi. Masih dengan rasa penasaran yang semakin mengganggu pikirannya, ia mengalihkan pandangan ke laptop di hadapan. Benda itu sedang dalam keadaan sleep setelah dibiarkan beberapa saat sebelumnya. Ia menyalakan kembali laptop yang tadinya berada dalam keadaan mati sementara sembari mencoba untuk menjernihkan isi kepala.
Di layar laptop, sebuah dokumen berwarna putih sedang terbuka. Terlihat beberapa paragraf yang mengawali kepala dokumen tersebut beserta kalimat terakhir yang diakhiri dengan tanda titik. Tidak ada lagi teks yang terlihat di layar.
Setelah mengamati semuanya, ia baru menyadari dan mengerti situasi ini. Ia telah tertidur di atas meja belajar dan terbangun pada pukul 2 pagi. Semua yang terjadi sebelum ia menulis karya terbaru yang akan dipublis dalam waktu dekat adalah mimpi. Dari awal ia mengetik dan memaksakan diri untuk menyelesaikan tulisannya hingga kejadian di mana ia kehilangan Hun untuk selama-lamanya adalah mimpi.
Semua kejadian itu perlahan mengusiknya. Semua kejadian itu membuatnya merasa bahwa itu mimpi buruk sebelum bisa kembali ke dunia menulis yang sudah lama ditinggalkan. Seakan terpengaruh dengan mimpi buruk itu, ia menutup kembali laptop yang dinyalakan. Jantungnya berdetak lebih cepat dan nafasnya mendadak tidak teratur serta ia tidak bisa mengendalikan laju nafas itu. Mimpi itu sungguh menakutkan baginya.
Semesta seakan tidak menerima keputusannya untuk kembali ke dunia menulis yang sudah lama ia tekuni. Semesta juga seakan tidak mendukung yang sebelumnya berniat untuk kembali ke Hanfiksi. Sebelum ia sempat kembali, ia bermimpi buruk yang seolah memperingatkannya akan bahaya yang terjadi apabila ia bersikap abai.
"Aku tidak akan kembali."
*
Hari telah menjelang sore. Sebagai mahasiswi baru bagian dari Akuntansi Yonsei, Sangah kini mulai disibukkan dengan tugas menjelang ujian akhir. Tumpukan tugas yang harus dikerjakan sebelum liburan musim panas tiba akan berakhir. Sejauh ini, ia sudah mengerjakan 3 tugas dari 7 mata kuliah yang akan dikumpulkan bersamaan dengan pelaksanaan ujian akhir.
Kini, gadis itu sedang melangkahkan kaki di bahu jalan sekitar kampus Yonsei menuju halte bus. Ia sudah keluar dari pekarangan kampus dan berjalan dengan lemah menuju tempat pemberhentian bus. Hari ini, ia akan menghabiskan waktu di rumah saja daripada menghabiskan waktu di luar. Seharian ini, matanya sungguh tidak bisa diajak bekerja sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying Fanfiction
Fanfic[END] Kesialan dan nasib buruk bisa menimpa siapapun, tapi nasib buruk yang diterima Jin Sangah sepertinya lebih bisa dikatakan sebagai kutukan. Hingga lelaki yang tidak pernah tersenyum hadir dan mewarnai hidupnya, dia juga membuatnya bertahan dari...