Kafe yang berlokasi di pusat kota wilayah Sinchon menjadi tujuan Hun dan Sangah selanjutnya. Jam dinding yang berada di kasir menunjukkan pukul 2 dan hari masih terang-benderang. Matahari yang bersinar di musim panas tahun ini tidak ingin menyembunyikan keberadaannya di balik awan. Langit pada hari ini terlihat cerah dengan warna biru terang dan awan tipis yang ikut menyertai. Musim panas yang saat ini berlangsung di minggu kedua membawa kebahagiaan bagi mereka yang bergantung hidup kepadanya.
Menjelang sore, alunan musik bertempo sendu nan lembut menemani mereka yang ingin menghabiskan hari di kafe. Suasana kafe yang sebagian besar dekorasinya terbuat dari batang pohon berkualitas tinggi terasa sejuk. Filosofi utama dibangunnya kafe ini adalah untuk mendinginkan suhu tubuh setelah dihantam musim panas di luar. Seolah-olah mereka dibawa ke bawah pohon rindang dan angin sepoi-sepoi berhembus.
Selain alunan musiknya yang menenangkan pikiran, makanan dan minuman yang disajikan kepada pengunjung kafe juga tidak kalah penting. Berbagai penganan dengan berbagai rasa disajikan. Kue lembut yang terasa manis dan memanjakan lidah, kue keras yang terasa renyah, dan berbagai roti bermacam rasa. Sebagian besar kafe ini menyajikan makanan penutup. Tidak kalah dari makanan, minuman juga turut disajikan. Segelas kopi dingin dan roti manis sepertinya merupakan paduan yang cocok.
Menjadi pengunjung kafe di siang itu, Hun dan Sangah duduk di bagian tengah kafe barisan ketiga dari pintu masuk. Semula, mereka rencananya akan pergi ke bioskop dan menonton film setelah kelas pagi berakhir. Namun karena suatu hal mendadak yang terjadi kepada Sangah, rencana itu sudah pasti dibatalkan. Keduanya berakhir di kafe yang tidak jauh letaknya dari Yonsei.
Sepiring makaron berjumlah empat buah yang berwarna cerah tersaji di atas meja. Selain itu, juga ada dua gelas iced americano yang menjadi hidangan kedua. Masing-masing pemilik kepala yang memiliki akal sedang menyibukkan diri. Hun sedang menggeser-geser layar ponsel dan posisinya tampak kikuk. Sementara itu Sangah sedang memain-mainkan sedotan dan mengaduk kopi searah jarum jam.
Beberapa saat kemudian, Hun melirik ke Sangah di sela-sela kesibukannya dengan ponsel pipih tersebut. Lelaki berkacamata itu kemudian mengulurkan tangan ke atas meja. Ia meraih satu buah makaron berwarna biru langit, lalu menggeser piring ke meja Sangah secara perlahan.
Sangah yang tadinya melamun tersadar saat mendengar suara piring yang digeser ke arahnya. Tangan berkulit putih yang terulur kepadanya membuat gadis berwajah murung itu menoleh ke pemilik tangan. Bola mata itu pada akhirnya bertemu. Gadis itu tidak bereaksi.
"Makaron cheers?" ujar Hun bersuara di tengah keheningan itu. Ponsel yang ia gunakan tadi kini sudah berada di atas meja. Ia mengulurkan sebuah makaron yang ada di tangan lalu membuat gestur seperti mengajak sang lawan bicara bersulang.
Sangah tidak menjawab, namun dia meresponnya dengan cepat. Gadis itu meraih sebuah makaron berwarna merah muda. Seperti yang Hun lakukan, ia juga mengulurkan makaron. Bibirnya masih tertutup rapat.
Dua makaron itu kemudian saling bertemu. Jika diibaratkan, aksi ini layaknya bersulang saat sedang diajak minum alkohol di pub yang buka pada malam hari. Secara kebetulan pula, mereka tidak terlalu baik dalam menahan toleransi terhadap minuman beralkohol. Sangah bahkan lebih buruk dari Hun.
Aksi bersulang itu kemudian diakhiri dengan memakan makaron. Sangah memakan separuh makanan bertekstur renyah itu bersamaan dengan emosinya yang semakin meledak. Sementara itu, Hun makan seperempat. Tatapannya mengarah ke Sangah yang memakan makaron seperti memakan segala permasalahan yang dihadapinya dengan api berkobar.
"Kau baik-baik saja?" tanya Hun yang kemudian memulai pembicaraan mereka di kafe. Lelaki itu memulai pembicaraan dengan menanyakan keadaan Sangah. Dari sudut pandangnya, ia merasa ada sesuatu yang membuatnya terbakar emosi. Oleh karena tidak bisa lagi memendamnya, dia terlihat ingin melampiaskan semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying Fanfiction
Fanfiction[END] Kesialan dan nasib buruk bisa menimpa siapapun, tapi nasib buruk yang diterima Jin Sangah sepertinya lebih bisa dikatakan sebagai kutukan. Hingga lelaki yang tidak pernah tersenyum hadir dan mewarnai hidupnya, dia juga membuatnya bertahan dari...