13: Setelah kelas sore

21 3 2
                                    

Di bangku panjang gedung Ekonomi dan Akuntansi kampus Yonsei, Sangah sedang duduk menyendiri dari mahasiswa lain yang juga berada di gedung itu. Ia duduk sambil menggoyang-goyangkan kakinya dan mengayun sesuai dengan detik jam dinding. Pandangannya ke layar ponsel dan air mukanya tampak serius.

Kedatangannya ke gedung dua tingkat dan tempat yang luas itu adalah menunggu teman sekelas yang sedang ada urusan dengan dosen penasihat akademik dan memintanya menunggu. Berbeda dari temannya, ia memang tidak ada urusan dengan perkuliahan di semester ini dan tidak ada masalah yang terjadi dengan dosennya.

Sambil menunggu hingga temannya kembali dari ruang dosen, ia menghabiskan waktu dengan duduk di bangku dan memusatkan perhatiannya ke ponselnya. Layar ponselnya memperlihatkan sebuah percakapan padat dan singkat antara dirinya dan Hun. Ia membacanya satu-satu tanpa ingin melewatkannya.

Selama menghabiskan waktunya dengan membaca seluruh isi chatting itu, ia menyadari satu hal. Hun memang orang yang tidak ingin bertele-tele seperti yang dikatakan Nayeon waktu itu. Terlihat dari balasan singkatnya berupa satu kata seperti 'ya', 'tidak', 'sudah', dan 'belum'. Gadis itu tidak pernah dusta dalam menjelaskan deskripsinya tentang laki-laki dingin itu.

Ia kembali melihat sesuatu yang berhasil menarik atensinya. "Bahkan kalimat terpanjang yang pernah dikirimkannya adalah 38, B1 Yeonhuimat-ro, Yeonhui, Seodaemun. Di depan Avenue Café," komentarnya yang kemudian menyebut sebuah alamat di Yeonhui. Hanya itu kalimat terpanjang yang pernah dibalas lelaki dingin itu. Alamat itu mengarah ke tempat mereka akan bertemu.

Pada saat yang sama setelah ia mengomentari chatting itu, layar ponselnya menampilkan sebuah panggilan masuk. Ia hampir saja melempar ponselnya jika saat itu ia tidak ingat ponselnya sudah melewati batas garansi. Layar itu menampilkan nama 'Cha Hun' sebagai penelepon.

Ia berusaha mengatur laju nafasnya setelah dibuat kaget oleh panggilan mendadak itu. Setelah berhasil menenangkan dirinya, ia lalu menekan tombol berwarna hijau untuk menerima teleponnya. Ia mendekatkan benda itu ke telinganya. "Halo, Hun-ssi?" sapanya memulai pembicaraan tersebut.

"Halo, Sangah-ssi. Aku ingin membahas pertemuan ini," jawab Hun di seberang sana yang terdengar melalui suara ponselnya. Ia lalu menambahkan. "Sore ini kamu punya waktu?"

"Kebetulan aku punya waktu kosong hari ini," jawab Sangah dengan tenang.

"Kalau begitu bisakah kita bertemu di tempat itu sore ini?" tanya Hun yang mengajukan ajakan untuk bertemu dengannya.

"Baiklah, aku setuju. Aku kebetulan bisa pergi sekarang," jawab Sangah menyetujui ajakannya. Ia lalu bertanya lagi. "Jam berapa lebih tepatnya?"

"Jam 4 sore," jawab Hun singkat lalu menyebutkan waktu mereka akan bertemu.

"Baiklah. Sampai bertemu, Hun-ssi. Aku akan tiba tepat waktu," ujar Sangah kemudian menutup pembicaraan singkatnya.

"Sampai jumpa juga, Sangah-ssi. Aku akan menunggumu," jawab Hun dengan suara lembutnya. Kemudian, pembicaraan itu secara resmi diakhiri.

Sangah yang mengetahui hal itu segera mengakhiri teleponnya. Ia lalu menurunkan ponsel itu dari telinganya. Pandangannya kembali ke layar ponsel.

"Sangah!" panggil seorang gadis berambut sepinggang dan berkulit putih menyebut namanya. Ia kemudian bergerak dari arah seberang menghampirinya yang masih duduk di bangku panjang.

Sangah yang tadinya menatap layar ponsel mengangkat kepalanya tanpa menjawab. Ponsel yang menyala sebelumnya kini berada di mode Lock dan layarnya gelap. Gadis yang menyebut namanya tadi mengembangkan senyum hangat kepadanya. Ia mengenal gadis itu sebagai teman kelas yang ditunggunya di gedung ini.

✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang