Nayeon menyusuri lorong sekolah dengan langkah terburu-buru. Kaki pendeknya yang dibalut sepatu sekolah membuat langkahnya bergema. Perasaannya saat ini gelisah sekaligus khawatir di saat yang bersamaan. Penyebabnya adalah keadaan seseorang yang bermain-main di pikirannya. Irama pada detak jantungnya sejalan dengan langkah kakinya. Di ujung lorong sana, ada sebuah ruangan yang menjadi tujuan akhirnya. Sepinya lorong seolah-olah mendukung keadaan.
Alasan ia melintasi lorong dengan terburu-buru adalah Sangah. Gadis yang tidak kelihatan batang hidungnya di kelas Sejarah bersama Pak Kim baru saja terdengar kabarnya. Berkat Changsub yang bahkan tidak peduli akan hukuman yang akan diterimanya, ia mengetahui kabar terbaru gadis itu. Hingga setelah kelasnya berakhir, ia bergegas menuju ruang kesehatan sekolah yang ada di ujung sana.
Tanpa melihat kiri dan kanan, ia mendorong pintu ruangan dengan tenaga yang masih tersisa. Terlebih dahulu ia menyapa dokter yang duduk di meja kerjanya. Dokter laki-laki yang bekerja di sekolahnya menyapanya kembali. Lalu, ia melangkahkan kaki menuju ruang tidur yang ada di seberangnya dan tertutup tirai.
Nayeon mengulurkan tangannya ke tirai. Ia menggenggam segulung tirai yang berbahan kain yang terasa lembut. Perlahan ia menggeser tirai yang menutup ranjang. Sekaligus juga untuk berjaga-jaga jika si pasien sedang tidur.
Di depan matanya, ia melihat seorang gadis yang memiliki rambut sepanjang pinggang sedang duduk meringkuk di atas ranjangnya. Nayeon yang mengira Sangah sudah tertidur menghembuskan nafas lega. Setelah itu, ia duduk di ranjang sebelah.
Sangah yang saat ini masih berada di ruang kesehatan sekolah sedang melamun. Sorot matanya tampak sedih. Di dalam hatinya, ia sedang menangis walaupun air matanya tidak jatuh. Pikirannya saat ini kosong karena telah terseret dan terbang ke langit bersama jiwanya. Gadis itu duduk meringkuk seperti tubuh tanpa nyawa. Bahkan tidak ada senyum yang tergambar di wajahnya.
Sangah yang biasanya menunjukkan wajah dan senyum menenangkan di depan semua teman-temannya termasuk Nayeon kini memperlihatkan perasaan sebenarnya. Nayeon yang telah berteman dengannya dalam waktu lama baru kali ini melihatnya terpuruk. Bahkan kehadirannya siang itu tidak menarik perhatiannya. Kini, Sangah terlihat sangat berbeda dan itu membuatnya semakin khawatir.
"Sangah!" panggilnya dengan lembut memecah keheningan yang terjadi di antara mereka. Walaupun Nayeon bersuara, gadis itu tidak bereaksi. "Bagaimana keadaanmu?" tanyanya melanjutkan ucapannya.
Suara Nayeon yang baru terlintas di kepalanya menyadarkannya dari lamunan. Tatapan kosongnya telah kembali ke tempat yang seharusnya, namun hal itu belum cukup untuk mengakhirinya. Gadis itu tetap tidak bereaksi dan hanya terdiam mematung. Ia masih menatap ke arah yang sama dengan wajah sedih.
Nayeon memahami gerak-gerik itu. Oleh karena itu, ia tidak berkecil hati dan justru merasa bahwa Sangah butuh dukungan saat ini. Ia tahu bukan saatnya menyerah untuk mengajaknya bicara. "Aku begitu terkejut ketika mendengar keadaanmu dari Changsub. Makanya aku segera ke sini menemanimu," ucapnya yang kemudian menerangkan bagaimana ia mengetahui kabar temannya.
Sangah masih terdiam dan memilih untuk membungkam mulutnya. Tidak ada reaksi yang ditunjukkannya walaupun telinganya mendengar ucapan Nayeon. Hanya saja ia memilih diam.
"Kau masih terpukul akan berita itu?" tanya Nayeon yang mencoba untuk menebak apa yang dipikirkannya.
"Ini pasti karenaku, Nayeon. Pasti karena aku," jawab Sangah yang akhirnya membuka mulutnya dan bersuara. Dengan nada lirih, ia terdengar sedang menyalahkan diri sendiri. Berita tentang Seungho menjatuhkannya ke jurang yang sangat dalam dan bahkan ia tidak bisa melihat ujungnya.
"Kau masih mempercayainya ternyata," tutur Nayeon dengan wajah iba. Ia turut merasa prihatin kepada sahabatnya. Melihatnya jatuh ke jurang di hadapannya juga membuat hatinya terasa sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying Fanfiction
Fanfic[END] Kesialan dan nasib buruk bisa menimpa siapapun, tapi nasib buruk yang diterima Jin Sangah sepertinya lebih bisa dikatakan sebagai kutukan. Hingga lelaki yang tidak pernah tersenyum hadir dan mewarnai hidupnya, dia juga membuatnya bertahan dari...