Terima kasih (EP)

18 3 2
                                    

Menunggu perkuliahan yang akan dimulai sebentar lagi, Sangah mengisi waktu kosong dengan membaca buku. Novel romantis yang dipinjam dari dua hari yang lalu menjadi pilihannya untuk melatih sel-sel di dalam otak menjelang siang itu. Sebelum beberapa saat kemudian ia akan dipusingkan dengan materi perkuliahan menjelang ujian akhir, ia ingin menghibur diri terlebih dahulu.

Buku berukuran dua kali telapak tangan kini mencapai bagian tengah. Buku yang sudah dibaca sejak dipinjam dua hari yang lalu mencapai pertengahan cerita. Matanya terfokus pada serangkaian kalimat yang berpadu menjadi satu paragraf. Pikirannya semakin tenggelam dalam dunia fiksi yang diciptakan sang pengarang dalam cerita. Seolah ikut bermain peran, ia meresapi kehidupannya.

Angin musim panas yang masuk melalui celah udara di dalam ruang kelas menjadi latar belakangnya. Pagi menjelang siang itu, hawa sejuk seolah mendukung untuk membaca kalimat per kalimat yang terangkai dengan indah oleh sang pengarang. Hawa itu membuatnya sedikit mengantuk, namun ia berupaya menahan rasa kantuk itu agar jangan sampai tertidur di kelas. Akan tidak lucu kalau ia ditegur karena tertidur saat mengikuti perkuliahan.

Di sela-sela itu, terdengar suara getaran yang berasal dari mejanya. Ia menoleh ke ponsel berwarna hitam yang tergeletak di atas meja. Kegiatan membacanya terganggu karena suara yang berasal dari ponsel. Dengan segera, ia meletakkan buku di atas meja namun terlebih dahulu menandai bagian terakhir yang ia baca.

Ia meraih ponsel yang layarnya menghadap langsung ke meja. Membalikkan ponsel untuk mengetahui siapa yang baru saja mengirimkan kepadanya pesan singkat. Sebelum itu, ia menyalakan ponsel yang berada dalam keadaan gelap dan membuka mode Lock.

Di daftar notifikasi bagian teratas, ada sebuah notifikasi berupa chatting yang dikirimkan seseorang. Seseorang bernama kontak 'Lee Changsub' mengirimkan sebuah pesan yang tidak begitu jelas apa isinya. Jari telunjuknya kemudian menunjuk pesan itu untuk membukanya.

Lee Changsub
Aku sadar apa yang kuucapkan dan apa yang kukatakan hari itu sungguh keterlaluan dan bisa melukai hatimu. Aku sungguh minta maaf atas perbuatanku hari itu. Aku sungguh tidak ingin mengatakan hal itu tapi aku terlalu dibutakan oleh perasaan cemburu.
Fire Tteokbokki

Beberapa detik kemudian, Sangah mengalihkan pandangan ke arah lurus. Tatapannya ke punggung seseorang yang mengenakan kemeja kotak-kotak yang tidak berpaling. Bersamaan dengan itu, hembusan nafas terdengar.

Walaupun hanya kelihatan punggungnya, ia bisa tahu bahwa pemilik punggung yang membelakanginya itu Changsub. Sudah beberapa hari lelaki itu tidak lagi duduk di sebelahnya, jika biasanya keduanya selalu duduk bersebelahan saat mengikuti perkuliahan. Sudah beberapa hari pula mereka saling berjauhan. Semua karena hari itu. Hari dimana Sangah dikecewakan oleh ucapan Changsub.

*

Mata kuliah Pengantar Statistika telah berakhir yang ditandai oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut baru saja keluar dari ruang kelas. Semua mahasiswa bertampang lelah karena mengikuti perkuliahan yang berakhir saat jam makan siang tiba beranjak dari tempat. Ada yang langsung keluar dari ruangan itu, namun tidak sedikit pula yang memilih untuk duduk di kelas.

Sangah yang duduk di barisan ketiga dari pintu masuk bergegas memasukkan buku catatan ke dalam tas sandang yang selalu dibawa ke kampus. Termasuk juga novel pinjaman yang berada di balik tas. Sebelum kuliah dimulai, rencananya ia akan mengikuti perkuliahan sambil membaca buku namun itu tidak terlaksana.

Ia bangkit dari tempatnya. Ia bergerak dari tempat dan menjauh dari bangku. Langkah kakinya yang pendek menuju bagian depan, padahal pintu keluar di arah sebaliknya. Tampaknya ia akan mendekati seseorang. Pandangannya mengarah ke seseorang berkemeja kotak-kotak yang berada di barisan pertama dari depan.

Tanpa basa-basi, ia menarik mundur kursi yang berada di sebelah lelaki berkemeja kotak-kotak tersebut. Kemudian, ia meletakkan tas sandang bersamaan dengan ia yang duduk di bangku tersebut.

"Jangan kemana-mana dulu. Aku ingin bicara denganmu," ujar Sangah yang membuat Changsub mendadak menoleh ke arahnya.

Sudah jelas dari raut wajah Changsub bahwa kedatangan Sangah merupakan hal yang sama sekali tidak diduga. Lelaki itu hanya diam membeku. Matanya membulat saat mengetahui ada orang yang duduk di sebelahnya lalu orang itu pernah menjadi orang yang menjadi tambatan hatinya.

"Mengapa kau mulai menjauhiku? Aku dari kemarin ingin duduk bersebelahan karena hanya kau yang bisa membantuku. Karenamu aku tidak bisa lagi sambil baca buku selama kuliah," gerutu Sangah yang memulai pembicaraan itu dengan mengomeli Changsub. Tatapannya tampak kesal dan jengkel.

Changsub tidak bisa berkata-kata. Bukannya takut dengan omelan Sangah yang memulai pembicaraan, respon pertama kali yang diberikan adalah tatapan khawatir. Sudah pasti ada sesuatu yang salah terjadi kepada gadis itu. "Kau ... tidak apa-apa?" tanyanya dengan hati-hati.

"Apa maksudmu?" tanya Sangah kembali yang tampak tidak mengerti ke mana arah pembicaraannya.

"Hari itu," balas Changsub dengan cepat. Jawabannya merujuk ke kejadian di mana dirinya membuat gadis itu merasa kecewa karena ucapannya. Ia sengaja menyinggung kejadian itu karena seharusnya Sangah sama sekali tidak menggubris jika gadis itu masih waras.

"Aku sudah memaafkanmu, Sub. Lagipula ucapanmu kemarin tidak ada yang salah. Memang benar tulisanku buruk. Karena itu juga aku tidak berniat kembali ke sana," ujar Sangah dengan tenang. Ia mengarahkan pandangan ke depan kelas dan menatap ke udara kosong.

"Kau tahu keputusanku untuk tidak ingin kembali ke dunia itu bukan karenamu, tapi karena aku. Aku selalu membawa nasib buruk karakterku ke dunia nyata. Walau aku sudah berulang kali dilarang, tapi aku masih melanjutkannya sampai aku sadar aku menerima karmanya. Setidaknya aku tahu alasan mengapa aku harus berhenti dari dunia itu," tambahnya.

"Sangah―"

"Kau juga benar," sela Sangah saat Changsub ingin memotong ucapannya, "Hun terlalu sempurna untuk orang sepertiku. Karena itu aku sadar kalau aku tidak akan bisa bersamanya."

Sangah memalingkan wajahnya kembali ke Changsub. Kini, Changsub semakin mengkhawatirkannya. Tatapan matanya tampak berbinar-binar. Ia mendadak merasa gelisah saat mendengar perasaan Sangah sebenarnya. "Terima kasih atas sarannya, Sub."

Sangah bangkit dari tempat duduk. Arah tujuannya kini berlawanan dari arah sebelumnya. Langkahnya menuju pintu keluar yang selalu terbuka. Siang itu, gadis itu meninggalkan Changsub tanpa berpaling ke belakang. Hal terakhir yang dilakukan sebelum menghilang dari balik pintu adalah membenarkan posisi tas.

Sementara itu, Changsub terdiam mematung. Rasa bersalah kini semakin berdatangan dan malah semakin membawa racun di dalam dada. Duri yang tumbuh tanpa disadari menancap di dinding benak hatinya yang lembut. Ia sudah mengibarkan bendera putih, namun bukan seperti ini yang diharapkan.

 Ia sudah mengibarkan bendera putih, namun bukan seperti ini yang diharapkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TPI, 13 Juni 2022
brother7tubi_guitar

✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang