Bus berwarna hijau berhenti di halte yang berada di wilayah Sinchon. Tempat pemberhentian itu pada awalnya kosong dan tidak ada bangku yang terisi. Keheningan itu berakhir hingga bus kota itu berhenti di sana. Sekumpulan mahasiswa Universitas Yonsei turun dari bus menuju pemberhentian terdekat dari kampus.
Jam dinding yang berada di halte menunjukkan pukul 8, tepatnya 15 menit lagi menuju pukul 9. Matahari yang masih menempatkan dirinya di ufuk timur bersinar dan bersembunyi di balik awan tebal yang sudah menutupi setengah permukaan. Musim panas bagian selanjutnya akan dimulai. Pagi itu juga, para mahasiswa tersebut akan mengikuti kelas pagi yang sebentar lagi akan dihadiri.
Di antara keramaian itu, Sangah juga terlihat. Ia membaur di antara keramaian, namun tampak tidak akrab seperti yang dilakukan mahasiswa lain. Mungkin dari sekian keramaian, ada sekitar 6 orang yang menyendiri seperti dirinya. Ia menyusuri bahu jalan dan mengikuti arah tujuan para mahasiswa itu. Di tangan, ia menggenggam ponsel dan menggeser-geser layar ponsel selagi melangkahkan kaki menuju kampus.
Di layar ponsel, tulisan '1 panggilan tidak terjawab' muncul di daftar notifikasinya. Pemilik ponsel tersebut kemudian menekan tulisan itu untuk mengetahui pemilik kontak yang menelepon pagi itu. Sebelum itu, ada yang menelepon saat dirinya naik bus dan berada di tengah perjalanan. Ia yang berdiri saat itu menggenggam pegangan bus dengan erat sehingga ia tidak bisa meraih ponsel di dalam tas. Kala itu juga, bus dinaiki banyak orang.
Layar pemilik kontak yang menelepon tadi ditampilkan. Layar itu menampilkan nama serta nomor ponsel yang digunakan. Kontak bernama Cha Hun adalah orang yang meneleponnya di bus tadi. Namun hal itu hanya berlangsung sekali saja dan tidak ada panggilan selanjutnya.
Tanpa pikir panjang, Sangah menekan tombol panggilan yang ditampilkan dalam lambang telepon. Bunyi nada sambungnya kemudian bisa terdengar. Ia hanya perlu menunggu hingga Hun mengangkat panggilannya. Matanya menatap lurus ke depan.
Tidak butuh waktu lama, Hun akhirnya mengangkat teleponnya. "Halo, Sangah. Bagaimana keadaanmu hari ini?" sapanya dengan suara bernada lembut dari ponsel. Sebelum memulai pembicaraan, ia menyapa gadis itu dengan nada bersahabat.
"Halo juga, Hun. Aku baik-baik saja," jawab Sangah menyebutkan keadaan yang terjadi kepadanya saat ini. Hari ini ia dalam keadaan sehat. Jika pagi itu dia sakit, tidak mungkin pula saat ini ia sudah berada di kampus dan akan mengikuti kelas pagi. "Kau tadi meneleponku ya?" tanyanya.
"Iya, aku tadi meneleponmu. Sepertinya kau masih di dalam bus makanya aku tidak memanggilmu lagi," jawab Hun yang kemudian mengakui.
Tebakan Hun benar. Saat lelaki itu meneleponnya, Sangah masih berada di dalam bus menuju Yonsei pagi ini. Berada di dalam bus dan membaur bersama orang lain membuatnya bingung sekaligus merasa kikuk. Tidak ada teman sejurusan yang dikenalnya. Oleh karena itu, ia seperti mengasingkan diri.
"Benar, Hun. Aku masih di tengah jalan tadi. Ini saja aku baru sampai di halte," balas Sangah yang kemudian memberitahu tentang posisinya saat ini. Pintu gerbang Universitas Yonsei sudah berada di depan mata. Ia yang menggunakan flat shoes mempercepat langkahnya.
"Kau ada kelas pagi ini?" tanya Hun yang masih berbicara dengan gadis itu melalui panggilan telepon.
"Ada, 2 kelas sampai jam 2 siang. Seharusnya aku ada kelas sore tapi dipindahkan ke hari Jum'at," jawab Sangah yang menyebutkan kegiatan perkuliahan pada hari ini. Hari Rabu pada musim panas baginya merupakan hari terpadat sepanjang kehidupannya sebagai mahasiswi Akuntansi.
"Semangat, Sangah! Jangan lupa makan siang," ujar Hun yang kemudian menyemangatinya. Bahkan di dalam panggilan telepon, nada bicaranya terdengar manis. "Aku hari ini tidak bisa bertemu denganmu. Seunghyub bilang ada busking siang ini di depan Yonsei," tambahnya yang memberitahu alasan ia menelepon Sangah pagi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying Fanfiction
Fanfiction[END] Kesialan dan nasib buruk bisa menimpa siapapun, tapi nasib buruk yang diterima Jin Sangah sepertinya lebih bisa dikatakan sebagai kutukan. Hingga lelaki yang tidak pernah tersenyum hadir dan mewarnai hidupnya, dia juga membuatnya bertahan dari...