28: Dia semakin menjauh

16 3 3
                                    

Di ruang kelas, Sangah yang akan mengikuti kuliah pada jam 8 pagi duduk di barisan ketiga dari pintu masuk. Di mejanya, ia sudah mengeluarkan buku pegangan dan sebuah buku catatan beserta pulpen untuk menyalin materi perkuliahan. Selain itu, ada juga novel yang dipinjam dari perpustakaan kota sebelum datang ke kampus.

Pagi musim panas, gadis itu mengikuti perkuliahan dengan memakai kaus tipis berwarna kuning cerah―seperti yang dikenakan saat bertemu Hun dan berakhir ketumpahan kuah jjigae di restoran masakan rumahan―dan jeans selutut. Puncak musim panas akan segera datang, namun penduduk kota sudah merasakan hawanya terlebih dahulu. Pagi itu juga, ia menguncir rambut.

Sambil menunggu perkuliahan yang akan dimulai, ia sedang membaca kalimat-kalimat berdiksi indah dan berpuitis dari novel yang dipinjam. Jiwanya seolah meresap ke dalam cerita yang dibuat oleh pengarang yang menentukan jalan cerita. Ia seolah-olah menjadi saksi atas kejadian yang dialami oleh dua pemeran utama. Pikirannya tenggelam di bawah sana.

Namun kegiatan itu tiba-tiba terganggu oleh suara getaran yang berasal dari atas meja. Ia menoleh ke sumber suara. Ponsel miliknya yang ada di atas meja menyala. Benda itu yang menyebabkan adanya getaran. Ia melirik ke layar ponsel untuk mengetahui apa yang sedang terjadi kepada ponselnya. Seharusnya tidak ada yang terjadi karena ia diiming-imingi oleh penjual ponsel yang mengatakan bahwa ponselnya akan awet.

Di layar ponsel, terlihat seseorang dengan nama kontak 'Cha Hun' menelepon dan menunggu Sangah menerima teleponn dari luar sana. Membaca nama yang tertera di layar, ia membeku dan terdiam di tempat. Tidak ada reaksi yang bisa ditunjukkan.

Telepon yang berasal dari Hun tidak kunjung diangkat. Gadis itu hanya membiarkan ponselnya bergetar. Mengikuti getaran telepon, ia menghembuskan nafas dengan lemah. Wajahnya terlihat gelisah. Pikirannya sibuk memutuskan apakah ia harus mengangkat teleponnya atau tidak.

Beberapa saat kemudian, Sangah mengulurkan tangannya ke atas meja dan meraih ponsel. Setelah berpikir dengan serius, ia sudah memutuskan apa yang akan dilakukan. Ia memutuskan untuk membalikkan layar ponsel. Ia memutuskan akan mengabaikan panggilannya dan kembali membaca novel yang masih dibaca sebanyak setengah halaman.

Sangah kembali menerima telepon saat ia telah menempatkan tulang duduknya di bangku halte bus. Menjelang siang, ia telah mengikuti perkuliahan yang dimulai pukul 8 pagi. Saat ini, ia duduk di halte menunggu kedatangan bus. Selain dirinya, ada orang lain yang duduk namun jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Matanya saat ini mengarah ke layar ponsel. Nama kontak bertuliskan 'Cha Hun' kembali menelepon. Hari ini, Hun telah menelepon lebih dari 5 kali karena gadis itu tidak kunjung mengangkat teleponnya. Mulai dari saat ia menjejakkan kaki di kelas hingga kuliah berakhir, ia mengabaikannya.

Namun untuk panggilan kali ini, ia tidak bisa lagi mengabaikan teleponnya. Berkali-kali mengabaikan telepon membuat ia merasa bersalah. Padahal asal-muasal ia mulai mengabaikan panggilan telepon itu berasal dari diri sendiri. Bukan salah Hun pula karena lelaki itu tidak melakukan kesalahan kepadanya.

Menatap ke layar ponsel, ia mengulurkan ibu jari. Tombol hijau di layar ditekan lalu digeser ke arah kanan untuk menerima panggilan. Ponsel itu kemudian ditempelkan ke telinga lalu menunggu orang yang meneleponnya menyapa.

"Halo?" sapa Hun dengan suaranya yang lembut.

Mendengar suara yang dikenali memulai pembicaraan di telepon, detak jantungnya kembali berdetak lebih cepat. Mendengar suara yang dikenali setelah sudah lama tidak bertegur sapa, nafasnya kembali tidak teratur. Padahal sekarang ia tidak dikejar oleh seekor anjing, namun deru nafasnya seperti kehabisan oksigen.

Sebelum membiarkan dirinya semakin kehabisan nafas, ia berusaha menenangkan diri dan mengatur laju nafasnya. Oleh karena itu, ia menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya dengan perlahan. "Halo, Hun?" jawabnya yang menyapa lelaki itu kembali.

✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang