26: Kutukan tiada akhir

17 3 4
                                    

Di ruang tidur milik putri satu-satunya dari Keluarga Jin, Sangah duduk di depan meja rias. Gadis yang malam ini menggunakan T-shirt berwarna putih yang dilapisi blazer berwarna burgundy sebagai atasan sedang merias wajahnya. Polesan lipstik merah yang tidak terlalu terang menyapu bibir untuk menyamarkan bibir keringnya. Akhir-akhir ini bibirnya terasa kering dan sepertinya ia harus sering menggunakan pelembab bibir.

Dengan dilengkapi rok putih sepanjang lutut sebagai bawahan, ia akan pergi ke suatu tempat malam ini. Ia tidak pergi sendiri, namun bersama Hun yang sebelumnya menelepon dan mengajak bertemu. Oleh karena itu, ia berusaha memberikan penampilan terbaik dengan berdandan demi bertemu lelaki yang dikenalkan oleh Nayeon. Sepertinya juga ia harus berterima kasih kepada Nayeon karena mereka jadi semakin akrab.

Setelah disibukkan dengan kegiatan busking bersama teman band-nya, mereka akhirnya bisa bertemu dan menghabiskan waktu bersama. Pertemuan itu tidak hanya sekedar bertemu di halte bus lalu berpisah saat itu juga, namun pertemuan yang sungguh dua pasang mata bertemu. Mereka sudah lama tidak bersama. Ujian akhir juga akan usai dan liburan musim panas juga akan tiba. Oleh karena itu, mereka bisa memanfaatkan waktu kosong ini sesering mungkin.

Di tengah-tengah polesan bibirnya yang sebentar lagi akan diakhiri, ponsel yang terletak di atas meja rias berdering. Ia melirik ke ponsel yang layarnya menyala. Ada panggilan telepon yang ditujukan kepadanya dan nama kontak yang tertera tertulis dengan nama 'Cha Hun'. Dari arah seberang sana, Hun menghubunginya melalui panggilan telepon. Waktu yang tertera di ponsel pukul 7:01.

Sangah meraih ponsel setelah menyelesaikan polesan terakhir. Ia meletakkan lipstik ke atas meja rias bersamaan dengan ponsel di tangan. Dengan ibu jari, ia menggeser ke kanan tombol berwarna hijau di layar. Ponsel itu kemudian ditempelkan ke salah satu telinga setelah menerima panggilannya.

"Lagi di mana?" tanya Hun di seberang sana yang menyapa tanpa mengucapkan kata 'halo' sebelum memulai pembicaraan. Suara lembut itu menyapa telinganya seolah dilambai oleh angin malam.

"Masih di rumah," jawab Sangah yang sepertinya tidak masalah dengan pembicaraan di telepon tanpa 'halo'. Oleh karena mereka sudah terlalu lama menghabiskan waktu bersama, mereka sudah terbiasa berbicara langsung ke inti pembicaraan tanpa berbasa-basi. Ia bertanya kembali, "kau?"

"Aku sudah di luar. Sedang menunggu taksi yang lewat," balas Hun yang kemudian disertai dengan suara dengungan kendaraan yang lewat. Sepertinya di luar sana lalu lintas sedang padat merayap dan itu sebabnya Sangah bisa mendengar suara kendaraan melintas.

"Kalau begitu aku juga akan menunggu di halte bus sekitar apartemen. Nanti berhenti saja di situ," ujar Sangah yang kemudian meminta sesuatu kepada Hun di sana. Di sela percakapan itu, ia meraih tas sandang yang disandingkan ke bahu dengan masih menempelkan ponsel di telinga. Ia menggerakkan kakinya ke pintu.

Di halte bus, Sangah duduk di bangku bersama dengan penumpang lain yang juga duduk di bangku. Dari sekian kepala yang menunggu, tidak ada seorangpun yang dikenalnya. Kemungkinan mereka berasal dari apartemen lain. Di sini, ada juga apartemen lain yang dibangun sekitar Apartemen Yonhee. Sangat jarang baginya untuk menyapa warga yang tinggal selain di Apartemen Yonhee. Tidak seperti orang tuanya yang sangat ramah kepada siapa saja.

Bus kota berhenti di pemberhentian. Pintu bus terbuka. Orang-orang yang menunggu di sana naik ke dalam bus, kecuali Sangah yang betah duduk di bangku. Menyisakan dirinya yang menunggu di halte sendirian. Hal itu karena ia menunggu taksi yang akan berhenti di halte, bukan bus kota. Bus itu kemudian berlalu menyisakan asap yang tidak ramah lingkungan.

Setelah bus menghilang dari pandangan, ia menurunkan pegangan tas yang awalnya tergantung di bahu. Ia mengeluarkan ponsel yang dikeluarkan dari tas sandang lalu menyalakan layar ponsel. Waktu yang tertera sekarang pukul 7:12 malam. Kurang dari 5 menit ia telah menunggu di halte bus dan menantikan kedatangan Hun dengan taksi. Sejenak ia menggoyang-goyangkan kaki.

✅Jinx : The Great Destroyer | BTOB x OC x N.Flying FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang