"Dude, lo mau diem aja kayak gini sampe pagi?" tanya Viona seraya melirik singkat pada pria itu. Buliran bening turut melintas melewati pelipis Rean saat matanya lekat menatap pemandangan leher jenjang nan mulus sahabatnya tepat di depan wajahnya. Detak jantungnya benar-benar tidak beraturan, tetapi Rean tidak bisa menyembunyikan raut jika dia ingin mempraktekan arahan mengenai jenis ciuman itu."Duh, leher gue pegel, nih. Katanya mau diajarin, pengen tahu banyak soal ciuman. Tapi diem aja kayak patung!" protes Viona setelah meregangkan otot lehernya yang sedikit kaku. "Yang harus lo lakukan adalah rileks, jangan tegang dan lakukan secara alami. Nggak usah kebanyakan mikir. Anggap gue," jeda Viona sambil mengarahkan jari telunjuknya tepat di dada, "Cewek yang lo taksir itu. Anggap gue dia, sehingga lo bisa leluasa. Jangan dibikin sulit. Ngerti nggak sih?"
Kepala Rean reflek mengangguk, setelah membenarkan kembali posisinya, kedua tangan Viona mengalung lagi ke leher pria itu. Tatapannya intens dan mengunci, tak beralih ke mana pun.
"Anggap gue dia," bisik Viona pelan, jemari kurus Rean yang semula berada di pinggang Viona kini terangkat dan mengelus lembut pipi wanita itu. Kemudian beralih untuk menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Viona, elusan itu merambat menyentuh bahu ramping wanita itu, dan memberikan gerakan berputar sekejab.
"Good, keep going," kata Viona pelan, dengan yakin Rean menempelkan bibirnya ke pipi lembut wanita itu, memberikan kecupan mesra yang tak lama setelahnya turun menuju rahang dan berakhir di leher mulus milik Viona. Rean memberikan kecupan lembut, hangat dan terasa intim dalam waktu bersamaan.
"Hmm..." Suara gumaman Viona membuat Rean memejamkan mata dan larut dalam suasana candu itu, dia mengulum kulit leher wanita itu dengan sesapan pelan, mengecup lagi, mengulum lagi, dan memberikan gigitan kecil di sana. Sehingga membuat Viona ikut memejamkan mata dan merenggut pelan rambut belakang Rean secara reflek.
"Re..." panggil Viona pelan.
"Hmm?" balas Rean dengan gumaman.
"Enough." Kamudian keduanya sama-sama membuka kelopak mata, Rean memundurkan wajahnya dari jangkauan leher wanita itu, lalu berdeham pelan guna menetralkan detak jantungnya yang menggila.
"Vio, apa sakit?" tanya Rean hati-hati.
Kedua sudut bibir wanita itu terangkat sehingga membentuk senyum lebar yang begitu cantik, lalu menggeleng dan telapak tangannya menepuk pelan bahu kiri pria itu. "Nggak! Lo pinter ternyata. Wah, baru awal udah sejago ini. Gimana kalo sering praktek sama cewek yang lo taksir. Bakal jadi expert lo!" puji Viona berterus terang akan kemampuan sahabatnya. Rean tidak sepenuhnya amatir macam anak remaja puber, dia paham bentuk menyalurkan kasih sayang itu. Hanya saja, dia terlalu takut dan sudah minder duluan. Padahal dia punya kemampuan yang lumayan.
"Oke, setidaknya lo tahu dasar gimana ciuman itu berjalan. Cukup ya malam ini, kita lanjut kapan-kapan."
Rean mengangguk menyetujuinya, wanita itu menyunggingkan senyum kecil lalu bangkit dari posisinya di pangkuan Rean. Viona bersiap kembali ke posisinya duduk di kursi kerja, laptopnya sejak tadi menyala dan lanjutan draft naskahnya masih belum selesai.
"Vio..." panggil Rean yang menatapnya dengan lekat, sunggingan senyum tipis tercetak jelas di bibir indah pria itu. "Makasih, ya, udah mau bimbing gue," ucapnya dengan nada tulus. Dan Viona memberikan dua jempol seraya tersenyum lebar pada pria itu.
"Good. Lo punya bakat! Hahaha!" cetusnya seraya tertawa kencang. Setelah kembali duduk di kursi depan laptop, senyum lebar itu lenyap seketika. Pria yang tadi menjadi partner ciumannya sudah berbaring dan menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal bersiap tidur malam ini.
"Vi."
"Hm?" balas Viona sembari terus mengetik.
"Lo nggak tidur? Udah malem," kata Rean yang tak benar-benar memejamkan mata. Pandangannya lurus menatap langit-langit apartemen yang berwarna cerah. "Lo... nggak terpaksa kan melakukan ini?" tanyanya dengan nada hati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
Любовные романыBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...