Menjelang sore dan memutuskan untuk pulang ke apartemen, Viona membuka pintu dan masuk ke dalam untuk beristirahat. Sementara Rean datang menyambutnya di depan perbatasan melepas sepatu sambil merentangkan tangan.
"Huwaaa... pacar aku pulang juga. Kangen tauuuu!" ucapnya sambil mengelus-elus punggung Viona, wanita itu tidak membalas hanya membenamkan wajah di dada pacarnya untuk menjernihkan pikiran. Sesuai yang Viona percayai, tidak ada tempat yang lebih nyaman selain pelukan pria itu.
"Sayang, ada sesuatu kah?" tanya Rean ingin tahu, karena pacarnya sejak datang hanya diam saja.
"Aku sayang banget sama kamu, Re." Viona berujar pelan, pikirannya berkecamuk dan kalimat yang Twinsi ucapkan tadi pagi begitu memengaruhinya meski dia sempat melawan.
"Aku juga. Kamu makan siang nggak tadi? Aku masak, loh."
Viona mengendurkan rengkuhan itu kemudian mendongak untuk menatap wajah kekasihnya yang ketampanannya tidak pernah luntur sedikitpun. Senyum yang terukir di bibirnya selalu merekah saat mata indah itu melihat wajahnya, tidak ada senyum mana pun yang dapat menyamai senyuman indah Rean. Lelaki yang mencintainya.
Rean memajukan wajah lalu menggesek-gesekan hidungnya ke hidung Viona, melakukan eskimo kiss seperti saat dia mengide minta diajari ciuman oleh wanita itu. Modus yang berhasil membuatnya memiliki Viona.
"Aku sayang kamu," ucap Viona lagi, kali ini penuh dengan ketulusan. "Kamu nyesel nggak pacaran sama aku? Kamu tau, aku nggak punya apa-apa untuk dibanggakan."
Sebab omongan Twinsi tadi, Viona jadi terus memikirkannya dan kembali merasa dirinya tidak cukup pantas.
"Siapa yang bilang kamu nggak membanggakan? Pacar aku ini adalah perempuan paling cantik, pinter, pengertian, jago nulis novel, jago bikin aku happy... hmm... apa lagi ya?" ucap Rean terus terang lalu menerawang lagi semua hal ajaib yang dimiliki wanita itu sehingga membuatnya begitu jatuh cinta. "Pokoknya semuanya. Kamu kebanggaan aku."
Seketika hati Viona menghangat. Dia tersenyum bahagia saat Rean memberikan validasi mengenai perasaannya, Viona tidak perlu mengkhawatirkan ucapan Twinsi karena Rean mencintainya sedalam itu.
"Kamu janji akan setia sama aku?" tanya Viona lagi, yang tanpa menunggu waktu lelaki itu langsung mengangguk dan mencium bibirnya begitu hangat. "Kok pakai nanya sih? Aku harus sebucin apa lagi?"
"Sebenernya, tadi pagi aku ketemu Twinsi." Viona mengatakan hal itu kepada Rean yang langsung mendapat delikan mata tidak percaya. "Ngapain dia?" tanya Rean tidak suka.
"Duduk dulu yuk." Viona menggandeng tangan Rean untuk mengajaknya duduk di sofa dan membicarakan soal kejadian tadi pagi. Viona hanya ingin meluruskan sebab Twinsi tahu jika dia tinggal seatap dengan Rean, khawatir perempuan itu nekat dan akan menimbulkan masalah di kantor.
Rean duduk di sofa, lalu menarik tangan Viona untuk mengajak wanita itu duduk di atas pangkuannya. "Bilang apa dia? Kok bisa ketemu kamu?"
Viona memegang kedua bahu lebar pacarnya lalu mengutarakan semuanya. "Twinsi bilang dia suka sama kamu, dia nggak terima kamu nolak dia."
"Haduh, bikin masalah aja!" dengkus pria itu tidak suka. "Dia pasti ngomong macem-macem kan. Udah cuekin aja. Orang gila emang gitu."
"Aku juga bingung dia dapat nomor aku dari mana. Aku kira kamu yang kasih."
"Idih! Ya nggak lah. Ngapain? Yang ada ganggu kamu. Blok aja udah. Sini mana hp kamu," ucap Rean kesal, tangannya merogoh tas milik Viona lalu mengeluarkan ponsel wanita itu dari sana, kemudian membuka aplikasi berbalas pesan dan segera memblokir nomor Twinsi di ponsel itu. Dia tidak ingin pacarnya mendapatkan teror dari perempuan itu, saat di kantor nanti Rean harus memperingatinya agar berhenti berulah.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
RomanceBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...