Menyadari besok adalah akhir pekan, dan di Jumat malam ini adalah kegiatan Rean sedang mengerjakan laporan terakhirnya, rasanya hari benar-benar berjalan lambat akhir-akhir ini. Jika dia bisa mendapatkan hari yang normal seperti dulu mungkin akan beda cerita, tapi selama satu minggu ini semua orang di kantor menaruh atensi padanya.
Jujur Rean tidak nyaman. Pertanyaan demi pertanyaan mengenai Twinsi yang ditolak dan alasan mengapa Rean menolaknya masih terus menggema. Tak sedikit ada yang mengatainya bodoh karena Twinsi tidak sepatutnya ditolak.
Wanita itu anggun, cantik, pintar dan berasal dari keluarga terpandang. Ayah dari Twinsi adalah seorang dosen di salah satu universitas swasta bergengsi di Jakarta, dan wanita itu pula lulusan perguruan tinggi terkemuka di Australia.
Orang-orang tidak mengerti kenapa Rean mengabaikan wanita itu saat dulu mereka selalu berbagi banyak hal. Kerap dijodoh-jodohkan oleh rekan satu divisi membuat Twinsi benar-benar jatuh dalam pesona pria itu. Padahal dia tahu, Rean pernah mengatakan jika dia mencintai wanita yang tinggal bersamanya saat ini.
Orang-orang mengira jika Rean menerima Twinsi hidupnya akan mudah sebah koneksi yang dimiliki perempuan itu beserta keluarganya akan memudahkan kehidupan Rean di kemudian hari. Tetapi Rean tetap teguh pada prinsipnya bahwa memiliki kekasih satu kantor apalagi satu divisi, justru akan menimbulkan masalah.
Dan hal itu benar terjadi, bahkan mereka tidak sedang berkencan tetapi gosip terus menyebar dengan liar di kantor.
Hari-harinya yang berat hanya akan tuntas di apartemen saja saat bersama kekasihnya. Viona begitu pengertian dan baik hati, wanita itu kini tidak pernah malas akan kebutuhannya sendiri dan tidak selalu mengandalkan Rean.
Dia bahkan mulai belajar memasak atau membuat kue untuk dimakan bersama saat Rean pulang dari kantor. Viona tahu, Rean pasti lelah dan stres. Lelaki itu pula selalu curhat setiap malam akan kondisi setiap hari di kantor yang membuatnya jengah.
Malam nanti Rean ingin berkencan dengan Viona ke luar, dia ingin menjernihkan pikirannya selama dua hari ini untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan bersama wanita itu.
Dan yang menbuat Rean sangat lega adalah Viona kini tidak pernah menolak apa pun usulannya, dia bersedia melakukan banyak sekali hal, ikut menyusun rencana tanpa mau mendebat seperti dulu. Semenjak memutuskan menjadi kekasih, wanita itu kini sangat menjaga perilaku, juga begitu tampak tulus tanpa merasa terbebani.
Menekan pin sandi di pintu kemudian masuk setelah jam kantor yang panjang, Rean melepas sepatunya di perbatasan masuk untuk menyapa kekasihnya itu.
"Sayang, aku pulang."
Hidung bangir pria itu dapat mencium aroma semerbak dari mentega dan cokelat yang memenuhi ruangan. Menengok ke sebelah dan mendapati wanita itu---kekasihnya sedang fokus mengurus bahan membuat kue dan tak menyadari keberadaan Rean yang baru saja datang, seketika membuat hati Rean menghangat.
Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada, kemudian menyandarkan bahunya ke dinding perbatasan dapur dan ruang nonton tv untuk memerhatikan wanita itu meracik kue brownies.
Viona memang seperti itu, jika fokus akan sesuatu dia tidak akan menyadari apa pun. Dulu saat tempat kosnya kebanjiran nyaris menyentuh pinggang posisinya saja sedang sibuk di atas lemari sambil mengetik. Dia tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekelilingnya selama dia mengerjakan sesuatu.
Rean meletakkan tasnya di sofa lalu berjalan menuju dapur untuk memeluk wanita itu dari belakang.
"Sayang, dipanggil nggak jawab sih?" tanya pria itu yang tiba-tiba merangkul tubuh Viona seketika. Viona yang sedang sibuk menghias brownies di kitchen island tampak terperanjat dan tersenyum setelah menyadari Rean memeluknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
RomanceBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...