5. 💋 Attention 💋

28.9K 852 51
                                    

Jarum arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri Rean sudah berhenti tepat di angka lima sore ini, pekerjaannya sudah selesai dan hari ini dia mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Tidak ada meeting di luar, dan tidak ada lembur adalah hari yang membahagiakan untuk pria itu.

Setelah selesai memasukkan seluruh barang miliknya ke dalam tas, Rean menyunggingkan senyum kecil seraya bangkit dari kursi. Sebelum itu, dia mematikan komputer di meja dan mengecek penampilannya di cermin kecil yang letaknya dekat dengan vas kaktus berukuran mini teman pelengkap mejanya yang mana hadiah dari Viona saat wanita itu pergi berlibur bersama Yuji.

Saat berbalik hendak berjalan pergi, entah sejak kapan sudah ada wanita itu yang tersenyum lebar di belakang punggungnya. Beruntung Rean tidak punya indikasi penyakit jantung, dia hanya terkejut sedikit saja dan berdecak kecil.

"Re, mau balik?" tanya wanita itu—teman kantornya yang bernama Elis. Wanita berusia 25 tahun yang bergabung di divisinya dua tahun lalu. Wanita itu pula yang Rean sering ceritakan kepada Viona, perihal tingkahnya yang aneh lalu kerap memepetnya dan agresif seperti musang birahi.

"Menurut lo gue mau ke mana?" balas Rean datar. "Gue pergi."

"Tunggu!" cegah wanita itu saat Rean melewati tubuhnya bersiap pergi dari sana. Tangan kanan Elis terjulur dan mencegat pergelangan tangan Rean dalam sekali tarikan. "Maaf," ucap gadis itu saat menyadari jika Rean tidak nyaman dengan sikap yang baru saja dia lakukan.

"Ada apa sih, El?" tanya Rean mulai risih.

"Sibuk nggak? Makan malam berdua, yuk? Ada restoran bagus baru buka minggu lalu. Tenang aja, gue yang traktir, kok." Wanita itu masih saja memasang senyum lebar di hadapan Rean, melirik malas, Rean melepas cekalan tangan itu dan menghela nafas pelan.

"Gue ada janji sama seseorang, nggak bisa sekarang. Lo ajakin aja temen yang lain, mereka pasti nggak akan keberatan," ucap Rean berusaha menolak dengan halus.

"Tapi... gue udah ngajakin lo dari kapan tahu, lo nggak pernah mau. Sekarang masa masih nggak mau juga?" ucap Elis dengan nada setengah merengek. "Please, cuma sebentar aja. Gue cuma mau makan sama lo doang susah banget kayak ngajak makan pejabat."

"Gue ada janji. Nggak bisa, sorry." Tanpa menunggu tanggapan wanita itu, Rean menyampirkan tas miliknya ke bahu sebelah kiri dan berbalik berjalan pergi dari sana. Wanita itu tidak pernah lelah mendekatinya, hanya saja... Rean tidak berniat untuk dekat dengan Elis melebihi rekan kerja. Apalagi makan malam berdua, hal itu sangat berisiko. Jika ada teman sekantor mereka yang melihat, akan jadi gosip keesokan paginya. Rean tidak mau menjadi pusat perhatian di dalam kantor yang penuh orang-orang bermulut busuk. Mereka semua bermuka dua, sangat penasaran dengan hidup orang lain, sibuk mencocokan lawan jenis dan diam-diam di belakang mereka menghujat orang-orang itu.

Rean ingin bekerja dengan tenang, hidup seperti seharusnya dan tidak perlu merasa khawatir akan orang-orang. Maka dari itu, dia tidak pernah mau terlibat hubungan romantis dengan teman sekantor dan seprofesinya.

Sembari berjalan menuju tempat parkir, tangan kanan Rean merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci mobil, setelah menekan alarm mobil dan membuka pintu, tas yang tersampir di bahunya dipindahkan ke bangku penumpang. Hari ini dia ingin menyegarkan otak dengan menonton film di bioskop dan jajan di luar bersama Viona.

Mereka tidak pernah jalan berdua karena Rean yang selalu sibuk. Sementara Viona pun sama, dia akan sanggup nyaris 24 jam di depan laptop, mengetikkan novel yang memiliki tenggat waktu tertentu sampai bonus hariannya cair.

Menjelang malam seperti sekarang, jalanan ibukota memang sangat padat akan kendaraan yang berjejer hendak menuju arah tujuan mereka. Tak jarang bunyi klakson menggema dan membuat kepala Rean pusing bukan main.

How to kiss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang