Menarik selimut hingga sebatas dada kemudian mengeratkan pelukan ke tubuh wanita itu membuat hati Rean sangat tenang. Semalam sehabis menikmati malam bersama sambil minum beer dan banyak bercerita mengenai kejadian dulu, Viona dan Rean tidur cukup larut setelah merasa lelah terlalu banyak hal yang melintas dan mereka bahas.
Terutama beberapa kejadian saat mereka kuliah bersama. Sembilan tahun saling mengenal, dua tahun memutuskan menjadi sahabat dan dua hari menjadi pacar membuat lelaki itu banyak berpikir. Selama ini meski Viona tidak cukup peka akan kode darinya, tetapi wanita itu kini bersedia untuk saling menyalurkan kasih sayang.
"Dingin," bisik Viona yang saat ini berada di pelukan Rean, mereka tidur satu tenda dan saat ini waktu sudah menjelang pagi.
"Sayang, kamu nggak mau lihat matahari terbit?" tanya Rean berusaha sepelan mungkin membangunkan wanita itu agar tidak kaget. Pria itu sudah bangun sejak 30 menit lalu, lengannya dibiarkan dijadikan bantal oleh wanita itu. Meski pegal Rean tidak peduli selama Viona nyaman dalam dekapannya.
"Emang udah terbit?" Wanita itu membenamkan wajahnya di dada Rean, kemudian menggeliat dan bergidig karena udara di sekitarnya masih sangat dingin. Viona yakin di luar pun masih gelap, dan kabut sedang tebal-tebalnya di sekitar mereka.
"Aku cek di hp, lima belas menit lagi fajar. Kamu bangun ya, aku pengen lihat sunrise sambil peluk kamu." Rean berujar hangat, pelan-pelan dia mulai mengutarakan apa yang dia inginkan dan hal apa yang membuatnya bahagia.
Meski masih sangat mengantuk, tetapi Viona sudah berjanji pada pria itu akan melakukan apa yang lelaki itu sukai dan bersedia mendampinginya. Perlahan tapi pasti, kedua matanya terbuka, lalu mulai bangun dan bertahan dalam posisi duduk untuk mengembalikan kesadarannya.
"Selamat pagi, Rere Cintaku," sapa Viona masih dengan nada orang mengantuk, dia menguap lebar lalu mengucek matanya yang terasa berat. "Gimana tidurnya?"
"Pagi, Sayang," balas Rean lalu ikut duduk dan mencium pipi kiri wanita itu. "Kamu tidur nyenyak banget sampe mendengkur."
Viona yang semula masih tertunduk lesu kini langsung mendongak saat Rean mengatakan jika dia semalam mendengkur. Rambutnya yang acak-acakan dan matanya yang membulat seperti bola pingpong membuat Rean sangat ingin menyemburkan tawa.
"Hah? No way! Nggak mungkin aku ngorok," elak Viona, kemudian menyugar rambutnya dan menutupi wajahnya dengan telapak tangan. "Kamu pasti ngarang kan!"
"Serius, malah aku rekam." Rean mengeluarkan ponselnya dari saku hoodie lalu memutar rekaman Viona mendengkur semalam, yang mana suara itu cukup keras seperti suara knalpot motor.
"Kenapa kamu rekam?" Viona meraih selimut yang tadi dia singkap lalu menutupi seluruh wajah dan tubuhnya dengan benda itu, pipinya merah sekali dan dia sangat malu. Bisa-bisanya dia mengorok di saat sedang kencan dengan lelaki itu yang mana baru menjadi pacarnya.
Rean tertawa kemudian menyingkap selimut yang menutupi Viona itu dengan cepat, dia ingin melihat wajah tersipu wanita itu yang membuatnya salah tingkah. Sejurus kemudian dia menggelitik perut Viona yang menghasilkan pekikkan dari mulut wanita itu karena geli.
"Re! Stop! Geli bangetttt!" Viona berguling ke sana ke sini menghindari gelitikan itu yang tidak sama sekali digubris oleh Rean.
"Hehe, lucu banget ngoroknya. Kayak knalpot racing."
"Kamu kenapa sih kayak papa suka menistakan aku? Aku kan malu." Viona membuka selimut itu kemudian bangun dari posisinya dan memasang wajah cemberut. "Jahat ih," tambahnya lagi merajuk.
"Lucu banget abisnya. Udah gitu kamu ngigo rebutan gorengan sama Ciki, asli kocak banget!"
Menyadari waktu terus berjalan, Rean menilik jam di ponselnya lalu menyadari jika fajar akan segera tiba. Dia segera membuka resleting tenda dan menyumbulkan kepala keluar, tersenyum puas sebab tinggal sedikit lagi, pria itu keluar dari tenda dengan raut antusias menyambut terbitnya matahari pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
RomanceBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...