9. 💋 Too hard to handle 💋

25.6K 802 43
                                    

Sstt little bit 🔞

Menyusul langkah sahabatnya, Rean dengan cepat menutup pintu dan membuka sepatu tanpa peduli pada letaknya lagi. Biasanya pria itu akan rapi dan menaruhnya di rak dekat perbatasan melepas alas kaki itu, tapi kali ini dia melupakan aturan yang telah dibuatnya sejak lama.

Nafas pria itu kentara sekali memburu, wanita yang diajak bicara sejak di lift tadi mendadak diam lalu wajahnya masam dan langsung melejit meninggalkannya. Viona tidak mau mendengar apa pun lagi yang keluar dari mulut Rean, dia marah sebab Rean sengaja menjebaknya ikut ke pertemuan itu dan membuat dirinya malu soal adu pencapaian.

"Viona, lo kenapa?" tanya Rean setelah mencekal lengan wanita itu dengan cepat saat Viona hendak menuju dapur.

Wanita itu menyeringai kecil, kemudian meliriknya dengan tatapan tajam sembari terus mempertahankan seringaian itu. "Menurut lo gue kenapa?" tanyanya dengan nada sewot. "Lo tanya? Seriously, Dude? Lo tolol beneran atau cuma pura-pura?"

Dengan perlahan, Rean melepas cekalan tangannya kemudian berujar, "Maafin Glowy kalo dia nyinggung lo. Dia pasti nggak bermaksud untuk—"

"Brengsek lo!" umpat Viona pada Rean. "Lo nggak perlu tanya penjelasan gue harus gimana, dan apa yang gue rasa. Apa lo nggak lihat muka cewek yang lo taksir tadi saat lihat gue gimana? Tatapan merendahkan! Gue tahu gue nggak semapan lo atau pun dia, tapi jangan sesekali remehin gue!" pekik Viona kencang.

"Kenapa lo marah!" Teriakan Rean tak kalah kencang nan sengit, pria itu mendelik lalu menyugar rambutnya frustrasi.

"Ck!" Viona menggeleng pelan lalu membuka pintu kulkas dan mengeluarkan botol air mineral, kemudian meneguk isinya dengan rakus. "Nggak usah teriak, apalagi ngajak berantem. Hidup gue udah cukup melelahkan. Tanpa lo dan temen lo remehin gue, gue sendiri sadar kalau gue payah."

Dia berlalu menuju ranjangnya tanpa menoleh lagi. Sementara Rean tidak habis pikir dengan polah Viona hari ini, wanita itu salah paham padanya. Glowy, bukan orang yang dia sukai. Rean menyetujui permintaan makan malam itu hanya sebatas menunjukkan rasa sopan pada seniornya yang dulu sempat bekerja satu kantor. Rean tahu, jika dia menolak ajakan wanita cantik itu, keesokan harinya Glowy akan terus mengganggu pekerjaannya. Mereka hanya rekan, dan Viona selalu menganggap jika teman Rean adalah wanita yang pria itu maksud.

Rean hanya tidak mau makan enak di luar sendiri dan meninggalkan Viona yang sedang sakit sendirian. Dia khawatir Viona mungkin akan mengalami hal di luar kendali saat dia tidak berada di tempat. Namun, jika perkara makan malam dan obrolan sampah itu membuat Viona tidak nyaman, maka Rean sangat menyesal sudah menyetujui ajakan itu. Dia tidak menyangka, karena hal itu dia dan Viona menjadi berdebat, padahal sebelumnya mereka masih saling tertawa bersama dan keadaan baik-baik saja.

Berusaha sabar dan memberi ruang untuk wanita itu, Rean mengembuskan nafas lelah lalu berjalan menuju kamar mandi, setelah mengganti pakaian dan menggosok gigi, Rean merebahkan diri di ranjang miliknya. Viona sendiri tidur dan membelakanginya, hanya punggung yang dapat Rean lihat, tetapi Rean tahu jika Viona belum sepenuhnya terlelap. Rean ingin memberi pengertian bahwa Viona hebat dalam versinya sendiri.

"Vio," panggil pria itu. "Lo udah tidur?"

Terdengar suara helaan nafas, kemudian berganti dengan suara selimut yang bergeser posisi. "Maaf untuk tadi, gue... nggak bermaksud untuk teriak dan ngajak ribut. Gue hanya mau meluruskan kalau lo nggak perlu tersinggung sama ucapan nggak berarti dari orang yang nggak lo kenal."

"Dan marah adalah hak gue, Re!" balas Viona pada akhirnya, yang membuat Rean otomatis menoleh ke arah wanita itu. "Gue nggak marah sama lo, gue marah sama diri gue sendiri karena apa yang diucap perempuan itu benar. Gue bukan penulis sejati karena buku gue belum terbit."

How to kiss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang