Tidak terlintas dalam pikiran Viona dan Rean, awalnya saat tiba di apartemen beberapa menit lalu mereka ingin balas dendam menuntaskan hasrat yang tertunda saat perjalanan macet. Namun begitu berjumpa dengan ranjang dan kasur yang empuk, tubuh Viona dan Rean seakan mengirim sinyal jika mereka lebih baik beristirahat saja.
Seharusnya perjalanan yang normalnya tiga jam untuk sampai ke Jakarta, tadi memakan nyaris lima jam karena macet di jalan tol sebab semua orang beramai-ramai kembali dari liburan. Tidur di mobil sangat sempit dan ruang terbatas, tidak senyaman membaringkan diri di ranjang tentu saja. Maka saat tubuh menyentuh kasur, yang ingin Viona dan Rean lakukan adalah istirahat lalu menunda kegiatan ekstrem mereka seperti di mobil tadi.
"Astaga, aku capek," keluh Viona lalu segera membanting diri ke ranjangnya yang sudah sebulan ini dia tinggalkan. Wanita itu tengkurap dan tidak sempat memasang sprei miliknya karena terlalu letih.
"Kita mau tidur pisah lagi nih?" tanya Rean penasaran, pria itu meletakkan kopernya dan milik Viona di sisi lemari. Kemudian duduk di sisi ranjang wanita itu.
Viona yang semula sudah menutup mata kini bangun mengubah posisi menjadi duduk berhadapan dengan Rean.
"Kamu maunya gimana?" tanya Viona ingin tahu sudut pandang menurut Rean karena mereka akhirnya kembali satu kamar. Rean mengedarkan pandangan ke sekeliling, dia ingin tidur sambil memeluk wanita itu setiap harinya. Dia tidak mau terpisah jarak lagi.
"Mau beli ranjang lagi?" ucap Viona sambil mengerling nakal. "Aku tau kamu pengen tidur sama aku."
Rean yang mengerti maksud kekasihnya itu hanya bisa tersenyum malu. Untuk saat ini membeli ranjang baru akan memakan waktu lebih lama, lalu memasukannya ke dalam apartemen sangat membutuhkan usaha maksimal dan Rean tidak punya waktu untuk berbelanja hal semacam itu karena besok pagi harus ke kantor. Rean tidak akan membeli furniture jika dia tidak benar-benar menyukai barangnya. Seperti ranjang yang mereka gunakan saat ini, Rean membelinya di sebuah pusat perbelanjaan dan mengajak Viona untuk diskusi soal barang tersebut agar sama-sama nyaman.
"Gini deh..." Rean bangkit lalu menggeser nakas yang menjadi pembatas ranjangnya dan ranjang milik Viona untuk memindahkannya ke dekat pintu. Lalu menyuruh wanita itu untuk bangun sebentar. "Kamu bangun bentar, ranjang kamu mau aku geser dempet ke ranjang aku."
"Re, ini berat loh. Emang kamu kuat? Berdua aja aku bantu, ya." Viona bangun lalu berinisiatif ingin membantu pacarnya untuk menggeser ranjang. Dan hal itu tidak ditolak oleh Rean, dia sudah lelah di jalan dan energinya habis. Maka kali ini dia tidak menolak inisiatif yang Viona ajukan.
"Oke, kamu pegang sebelah sana, aku sebelah sini. Hitungan ketiga dorong. Oke?"
Wanita itu mengangguk paham, kemudian Rean mulai berhitung dan keduanya mendorong kuat-kuat ranjang untuk mentok ke ranjang milik Rean. Maka dia tidak perlu membeli ranjang baru, tetapi masih bisa tidur bersama tanpa jarak.
Mengambil nafas untuk mengulang hal yang sama, pada hitungan selanjutnya ranjang berhasil digeser dan sesuai dengan rencana yang Rean rancang. Pria itu kemudian menarik sprei putih miliknya di kasur single untuk diganti dengan sprei baru ukuran queen. Dibantu Viona dan membereskan semuanya dengan mudah, Rean segera membaringkan diri ke ranjang lalu menghela nafas lega.
"Huh, berat banget ternyata. Kalau gini kan nggak usah beli ranjang lagi. Beli perabotan baru kalau kita nikah aja." Pria itu mengisyaratkan Viona untuk datang dalam pelukannya, pria itu berbaring kemudian merentangkan tangan lebar-lebar dan tersenyum hangat.
Tanpa banyak berpikir, Viona datang dan menyambut pelukan itu. Rean mendekapnya sambil berbaring, dan posisi wanita itu berada di atasnya.
"Muachh..." Rean mengecup singkat bibir Viona ketika wanita itu begitu dekat dengannya. "Aku mau setiap malam tidur sambil meluk kamu, terus bacain kamu dongeng, sama ngelus-ngelus kepala kamu biar kamu tidur nyenyak dan nggak ngigo rebutan gorengan lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
Lãng mạnBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...