Satu bulan kemudian
Menatap gedung-gedung yang menjulang tinggi di sekitarnya, membuat perasaan Rean sedikit lega. Pria itu mengisap pod yang terisi liquid rasa tiramissu guna menghilangkan pusing di kepalanya, selesai makan siang dia berjalan melalui tangga darurat dan berdiri di pagar pembatas gedung kantor untuk mencari udara segar.
Sudah sebulan belakangan dia hidup seperti ini, kerja ke kantor, kadang lemburan hingga tengah malam dan begitu terus terulang. Rean malas pulang ke apartemen karena keadaan di sana sepi dan dia tidak suka dengan suasana itu. Tidak ada keceriaan, juga tidak ada semangat di dalamnya.
Berusaha beradaptasi dengan hal baru ini membuatnya harus ekstra menyiapkan energi, kadang Rean sengaja tidak pulang dan lebih memilih menginap di rumah temannya karena terlalu banyak minum setelah jam kantor berakhir. Atau sengaja melakukan lemburan atau hal apa pun untuk membuatnya selalu sibuk, maka dengan itu dia tidak akan selalu teringat oleh Viona.
Hatinya sakit setiap membayangkan wanita itu pergi lalu tidak pernah menghubunginya hingga kini. Apa Viona tidak rindu pada interaksi mereka? Apa Viona masih rutin mengonsumsi es krim chocomint yang rasanya seperti pasta gigi itu?
Setiap detail kenangan yang mereka ciptakan tercetak jelas di ingatan Rean.
Orang-orang pasti akan menyebutnya bodoh karena terlalu berharap pada wanita itu yang jelas-jelas tidak menghargai perasaannya, terlalu kekanak-kanakan dan sering seenaknya. Orang-orang hanya bisa menggarisbawahi semua kejelekan yang Viona miliki, tetapi tidak pernah melihat ketulusan murni yang wanita itu punya. Sifatnya yang tidak suka menuntut dan sangat pengertian, hanya Rean yang dapat merasakannya karena dia mengenal wanita itu.
Semuanya terjadi karena komunikasi mereka yang sangat jelek dan tidak seimbang. Rean mengakuinya, sejak awal dia main kucing-kucingan dan sering mengide siapa wanita yang dia suka tanpa berterus terang langsung. Dia ingin meminta maaf karena dia pun memiliki andil dalam masalah yang saat ini terjadi.
Mengembuskan asap ke udara, kedua mata lelaki itu terpejam dan merasakan angin menerpa wajahnya. Tangan kanannya merogoh saku celana lalu mengeluarkan ponsel dari sana, dia menilik kalender di ponselnya, kemudian menghitung sisa cuti miliknya berikut libur panjang yang tidak lama lagi akan tiba.
Pada kesempatan itu dia akan menemui Viona, dia harus memanfaatkan momen libur selama tiga hari itu untuk meluruskan hal yang belum selesai di antara mereka.
"Kak, ngapain? Nggak lagi mau bunuh diri kan?" Twinsi datang dan menyapa pria itu, lalu ikut berdiri di pagar pembatas yang tingginya sebatas dada di sebelah Rean.
Pria itu menoleh dan tersenyum. "Ya nggak lah. Kamu ngapain?"
"Iseng aja tadi liat kamu ke sini? Selama sebulan ini galau mulu. Kenapa sih, Kak?"
"Nggak ada apa-apa," balas Rean tak bersemangat. "Masuk sana, nanti masuk angin."
"Kamu ditolak ya sama perempuan itu?" tanya Twinsi menyelidik. "Oon banget sih, masa cowok seganteng Kak Rean ditolak. Dia kerasukan setan mana sampe memperlakukan pangeran kita begini?" ucap wanita itu lagi yang membuat Rean menautkan alis tidak suka. Siapa saja yang menyebut Viona bodoh, oon, bego atau sebagainya Rean akan marah karena wanita itu tidak seperti yang orang-orang katakan.
"Jaga mulut kamu deh, Twin. Nggak boleh sembarangan ngatain orang, apalagi kamu nggak kenal dia." Rean memasukkan pod berukuran sebesar pena itu ke dalam kantung kemeja kemudian hendak berlalu dari sana, tetapi hal itu dicegah oleh Twinsi. Wanita itu mencekal pergelangan tangan Rean secara tiba-tiba.
"Kak, kamu kayak perempuan itu ternyata."
Rean menghela nafas dan menatap tangannya yang dicekal Twinsi. Pria itu lalu beralih menatap kedua mata indah perempuan di hadapannya itu yang baru kali ini nampak putus asa dan tidak seceria biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
RomansaBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...