2 bulan 15 hari kemudian
Menyelesaikan masa revisi naskahnya yang jumlahnya sudah ratusan ribu kata dan harus dipangkas untuk kurang dari jumlah awal cukup membuat perut Viona mual. Viona mengerjakannya dengan kerja ekstra keras sampai tekanan darahnya naik sebab kurang cukup tidur.
Wanita itu masih memiliki dua minggu sebelum tenggat akhir yang diberikan oleh penerbit, dia menyelesaikannya dan sekarang dia bisa beristirahat dengan sangat tenang.
Mengirimkan berkas akhir epilog kepada editor dari penerbit yang membantunya selama dua bulan lebih ini, senyum yang terukir di bibir Viona tercetak sangat lebar. Wanita itu mendesah lega, sebab usahanya benar-benar sudah maksimal dan kini dia bisa bersantai juga tidur dengan nyenyak. Dia tidak akan malam-malam mendadak bangun dan membuka laptop lagi.
Menggulir kursor dari mouse yang dia geser di atas meja, Viona menatap haru pada naskah yang sangat dia perjuangkan itu. Matanya mendadak panas dan dia sangat ingin menangis, tidak menyangka batu loncatan yang direkomendasikan oleh Yuji itu akan dijadikan dalam versi cetak. Yang awalnya tidak ada harapan dan hanya mengikuti syarat kontrak saat bergabung di platform itu untuk menulis beribu-ribu kata, kini dunianya tidak lagi sama.
Viona bangga atas pencapaian ini. Begitu naskah itu dikirim editor ke pihak penerbit dan segera melakukan sesi cetak, Viona tidak sabar untuk memeluk buku itu dalam dekapan saat selesai nanti.
Right man in a one delicate relationship adalah judul dari buku itu, meski tampak seperti kisah roman picisan biasa, Viona tidak menyangka bahwa para pembaca yang mendukungnya begitu menyukai alur kisah itu.
"Sebentar lagi gue akan peluk lo," gumam Viona menatap deretan kata di layar laptopnya. "Gue bangga. Terima kasih diriku, makasih udah berjuang dan tetap disiplin meski semua yang dilalui sangat nggak mudah. Ini cetak dalam partai besar, semoga lancar yaaa." Viona memeluk diri sendiri kemudian tersenyum sangat lebar.
Dari semua hal yang Viona sangat syukuri adalah editor yang mendampinginya tidak galak seperti Yuji, sangat sabar, komunikatif dan begitu lembut membantu naskah Viona hingga siap naik cetak. Saat nanti mereka bertemu tatap di kantor penerbit, Viona ingin memberikan bingkisan sebagai tanda terima kasih.
"Sayang..."
"Hmm?" Viona menoleh mendapati Rean terbangun dari tidurnya, lelaki itu memeluk guling sejak tadi sebab Viona belum bisa tidur sementara waktu sebelum pekerjaannya selesai.
"Apa?" tanya Viona, kemudian beranjak dari kursi untuk mendatangi pria itu. "Kenapa bangun?" Viona duduk di sisi ranjang lalu mengelus kepala Rean yang tampak masih mengantuk.
"Nggak enak tidur kalau nggak meluk kamu. Udah selesai revisinya?" tanya Rean lalu menggeser kepalanya untuk merebahkannya di pangkuan Viona. Wanita itu mengangguk sembari terus mengelus kepala Rean, dia tersenyum sangat bahagia saat ini.
Viona membalas, "Maaf, aku udah selesai kok. Besok kita bisa jalan-jalan ke taman kalau kamu mau. Maaf ya, kemarin-kemarin batal terus."
"Nggak apa-apa. Kamu kan sibuk. Masa aku ngerengek minta diturutin terus." Rean berusaha memberi pengertian, sebab Viona memang sesibuk itu, bahkan untuk makan pun wanita itu sering melewatkannya.
"Sekarang udah nggak. Mau kencan?" tanya Viona, kemudian Rean bangkit dan duduk tegap di depan wanita itu. "Ke pantai mau?"
"Boleh. Mumpung aku ada waktu. Karena nanti kalau udah proses pencetakan buku aku agak sibuk lagi bantu admin penerbit soal pesanan."
"Okey, lusa pokoknya jadi ke pantai. Kita nginep sehari di sana." Rean tampak begitu girang saat satu-satu list kencan dalam daftarnya mulai tercoret perlahan-lahan. Masih ada banyak, termasuk melihat kembang api di Osaka nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
RomanceBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...