Mematung di tempat saat keduanya menoleh bersamaan membuat Viona tersentak seperti ada palu godam yang menimpanya saat ini. Di depan mata kepalanya sendiri pacarnya tengah dicium oleh perempuan itu. Tidak ada kalimat yang dapat keluar dari mulut Viona saat menjumpai adegan tersebut, detak jantungnya mendadak bergemuruh dahsyat.
Tubuhnya membeku, dan pria itu... dicium paksa oleh perempuan brengsek yang terus mengejarnya.
Menyadari hal itu seharusnya tidak Viona lihat, dia berbalik badan dan lari secepat mungkin dari sana. Niatnya untuk turun adalah ingin ke minimarket bawah membeli susu dan kecap karena Viona ingin menghidangkan sesuatu untuk Rean dan dia kekurangan bahan. Tapi siapa sangka dia justru menemukan adegan sialan itu tepat di depan mata.
"Viona! Tunggu! Ini bukan seperti yang kamu kira!!" teriak Rean kencang saat berhasil mendorong tubuh Twinsi agar menjauhinya, saat keluar dari lift dan mengedarkan pandangan ke lorong apartemen dia sama sekali tidak menemukan keberadaan Viona. Sedangkan Twinsi tersenyum meledek ketika dia berhasil mencuri kecupan pria itu. Benar-benar di luar ekspektasinya, dan siapa sangka jika Viona melihat langsung. Hal itu membuat rasa senang dalam diri Twinsi membuncah ke mana-mana.
Menyugar rambutnya dan mengerang kesal, Rean menatap tajam wanita yang barusan menciumnya itu. Twinsi terkikik geli saat mengingat wajah Viona tadi, matanya yang sudah bulat tampak nyaris keluar ketika melihat Twinsi mencium Rean.
"Aduh, gila! Ini nggak ada dalam rencana tapi, for real bibir kamu manis banget, Kak."
Rean sudah terlanjur marah, urat di pelipisnya menegang dan dia tidak sanggup menahan diri lagi, dia maju beberapa langkah kemudian mendekati wanita itu dan mengayunkan tangan dengan keras mendaratkan tamparan. Dia benar-benar tidak ingin melakukan tindakan bodoh macam kekerasan begini, tapi sungguh... jika hubungannya dengan Viona rusak karena Twinsi, Rean akan memburu wanita itu dan melakukan pembalasan.
PLAKK!
Mendapat tamparan keras hingga tubuhnya terhuyung dan nyaris jatuh, membuat kedua mata wanita itu melebar. Sudut bibirnya bahkan sedikit berdarah dan wajahnya menjadi merah karena itu.
Rean bahkan mencengkeram kerah baju Twinsi dan menggeram tidak terima. "Kurang ajar kamu! Aku udah nahan diri supaya nggak menyakiti kamu! Kenapa kamu terus ganggu aku!"
Ada sorot kesedihan dari netra Twinsi, dia tidak pernah mengira Rean akan berani memukulnya, lalu mencengkeram kerah bajunya seperti ini. Wanita itu menitikkan air mata secara perlahan merasa tidak tahan akan perlakuan Rean. Dia tahu aksinya sudah gila, tetapi dia tidak punya pilihan. Dia begitu mencintai Rean dan ingin pria itu menjadi miliknya.
"Aku cinta banget sama kamu, Kak. Aku ingin kamu lihat aku." Perempuan itu terisak saat merasa lehernya kesakitan sebab Rean mencengkeramnya begitu ketat. Wajahnya merah padam dan dia hanya ingin Rean tahu, bahwa Twinsi melakukan ini agar dia ternotice oleh pria itu. "Kamu selalu mengabaikan aku setelah aku mengakui kalau aku suka sama kamu. Makanan yang aku buat, kamu bahkan ngasih itu ke orang lain. Aku... aku ingin kamu menghargai aku, Kak."
"Tapi aku udah punya Viona!!!" bentak Rean tak kalah kesal. Rahang pria itu mengetat dan matanya membola marah, jika tidak mengingat siapa saja bisa melihat dia benar-benar akan mencekik Twinsi dan menghabisi wanita itu. Namun kini prioritasnya adalah menemukan Viona lalu meminta maaf atas kesalahpahaman mereka tadi.
"Pergi," ucap Rean setelah melepas cengkeraman pada kerah baju Twinsi. "Pergi sebelum aku benar-benar ngamuk! Yang kamu lakukan tadi adalah pelecehan. Nggak ada consent dalam ciuman itu dan seharusnya Viona nggak melihatnya."
Menghapus air mata yang meleleh di pipi, Twinsi menahan isakan saat hal gila yang sudah dia lakukan pun tetap tidak mendapat perhatian oleh Rean.
"Aku menyukai kamu sejak kita pertama ketemu, Kak. Aku ngelakuin berbagai cara bahkan mendengar curhatan konyol kamu, semuanya aku lakukan karena aku begitu sayang sama kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to kiss?
RomansaBagaimana rasanya diminta menjadi partner berlatih ciuman? Aviona Elardi pikir, teman sekamarnya yang 27 tahun menjomblo itu akan terus berpikiran pendek dan takut untuk membuka hati. Namun saat suatu hari Reandra Abimanyu memintanya untuk diajari d...