(22) BERUSAHA ᕦ[ ◑ □ ◑ ]ᕤ

9 5 1
                                    

•••🕊️•••

♡♡♡

Pagi sudah tiba, sekolah berjalan seperti biasa nya kecuali untuk Zea, sekarang dia dapat omongan yang bikin hati nya sakit.

Dia jalan bareng Gibran, Gibran juga tentunya kecewa dengan kelakuan adik nya ini tapi apa boleh buat udah terlanjur juga, jadi dia harus nemenin adik nya menyelesaikan masalahnya.

Di kelas IPS 2 seperti biasa nya belajar, Zea juga ada, biasa nya Zea berisik ngobrol sama Amory, sekarang dia kaya di kucilkan sama temen kelas nya sama sahabat-sahabat nya juga, ada sedikit rasa kasian dari dalam hati teman-temannya tapi kasian itu di tepis jauh-jauh karna kesalahan yang udah di buat Zea sangat keterlaluan.

Tapi gapapa ini salah nya juga, kata Amory juga kemaren 'berani berbuat harus berani bertanggungjawab' gitu.

"Silahkan istirahat dulu anak-anak, karna bel udah bunyi."

Semua murid keluar kelas, kecuali Zea dia tetap diem di kelas.

"Eh anjir kasian gue waktu liat Zea cuma diem doang nggak ada yang nyapa, biasa nya banyak yang nanya dia." Kata Aisha ribut.

"Sama gue juga." Ucap Gazala, seperti biasa lagi dah mereka makan sambil ngobrol-ngobrol.

Zea tadi di panggil ke BK bareng Olina and the genk.

Sial nya mereka harus lewatin kantin buat sampe BK, walaupun nggak dilihat Zea tetap melihat pake sudut mata sahabat-sahabat nya lagi ngobrol-ngobrol sambil makan happy sih kelihatan nya.

Udah nggak peduli lagi mungkin ama dirinya. Sakit hati ada, pengen nangis iya rasa nya, tapi dia harus tahan karna nggak mungkin dia harus nangis di situasi yang nggak tepat ini, nanti pikir nya dia butuh pembelaan, nggak Zea nggak butuh itu!

"Silahkan duduk."

"Zea apa bener ini kamu?" Tanya Bu Dahlia seraya menunjukkan vidio pada Zea.

"Iya."

"Kenapa kamu lakuin itu?"

Hening tidak ada jawaban,

"Saya lagi di toilet tiba-tiba Zea nyerang saya, Bu." Kata Siska dengan wajah yang dramatis, kepalanya ia perban padahal Zea yakin sakitnya nggak seberapa sakit dengan apa yang Zea dapatkan.

Zea terkejut karna kan fakta nya bukan begitu, "Gila." Ucap Zea kecil yang hanya bisa di denger oleh Siska, dia mau ngomong fakta nya tapi guru ini pasti nggak percaya.

"Apa bener Zea?"

"Hm."

"Kecewa ibu, kamu termasuk siswi kebanggaan sekolah Zea, kok kamu tega sih rusak reputasi kamu sendiri."

"Maaf." Hanya itu yang bisa Zea kata kan, kalo aja di beri kesempatan terus mereka bakal percaya mungkin Zea akan ngomong panjang lebar.

"Pihak sekolah harus nya ngeluarin kamu Zea tapi Siska masih baik hati, jadi dia cuma minta sesuatu yang ibu saja tidak tau biar dia sendiri yang bicara."

"Gapapa bu biar saya bicara kan di luar, makasih sebelumnya." Mereka berempat keluar dari BK menyisakan Bu Dahlia sendirian.

"Ibu gak percaya kamu gitu Zea, ibu harus cari tau yang sebenarnya karna terlihat jelas kebohongan yang ada di wajah kamu tadi, eum aha pak Angga."

Siska membawa Zea ke luar BK yang tentunya jauh dari orang-orang.

"Untung gue masih baik Zea nggak ngeluarin lo dari sekolah."

"Mau lo apa?" Tanya Zea dengan wajah datar, berurusan dengan orang-orang seperti ini harus ekstra sabar.

"Berlutut di kaki gue, di tengah lapangan, putusin Bagas di depan gue, terakhir handphone iPhone keluaran terbaru."

VIR ALTYD [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang