3. Nyonya Yang

969 187 4
                                    

Tuan muda Huang langsung menurunkan putri agung dari punggungnya dan menaikan putri Agung ke atas kudanya sedangkan tuan muda Huang yang akan menuntun kudanya.

" Putri Agung! Tuan muda Huang! KALIAN MAU KEMANA?"

Sontak Putri Agung dan tuan muda Huang langsung menoleh bersamaan ke arah belakang dimana ada Xona yang tengah membawa air hangat untuk putri Agung.

" tunggu apalagi? Ayo cepat," ujar Putri Agung menyuruh tuan muda Huang menarik kudanya dengan cepat.mereka berdua brrhasil keluar dari istana melewati penjaga pintu belakang istana.

" Xona tidak akan memberitahu kasim Tan tentang hal ini kan? Jika iya, ayahku bisa dalam bahaya," ujar tuan muda Huang sedikit takut.

" kau dan aku sudah berteman sejak kecil, bahkan Raja dan Ratu tidak berani memarahimu," ucap putri Agung yang membuat tuan muda Huang tertawa.

" itu karena amarah dirimu lebih menakutkan dibandingkan mereka," jawab tuan muda Huang.

" sudah tau kan."

Sebelum pergi ke tebing, tuan muda Huang mengajak Putri Agung untuk membeli beberapa cemilan di toko. Dia mengikat tali kuda Putri Agung di salah satu tiang.

" tunggu sebenatar, aku akan kembali dengan cepat," ujar tuan muda Huang.

Putri Agung hanya mengangguk dan menunggu di atas kuda. Dia melihat ke sekelilingnya dimana semua orang tengah sibuk berbelanja. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa berada di satu tempat.

Tidak ada perbedaan yang menghalangi mereka.

Sangat jarang putri Agung melihat kebebasan seperti ini. Bahkan saat kecil, jika ia tidak sengaja menumpahkan teh di atas selembar kertas, tangannya akan di pukul dengan rotan oleh Raja atau di kurung di istama dingin semalaman.

Hal itu di karenakan Putri Agung adalah satu-satunya penerus kerajaan. Sebenarnya bisa saja Raja mengangkat seorang selir dan melahirkan seorang pangeran.

Tetapi rasa cinta raja kepada Ratu tidak bisa di ganggu gugat. Hal itu juga yang membuat Putri Agung sangat kesepian di istana.

Sekalipun ada banyak sepupu yang menjadi pangeran di istana, mereka selalu bersikap arogan dan sangat peduli tentang takhta.

Bahkan di saat perkumpulan saja yang di bahas adalah takhta takhta dan takhta. Hal itu membuat putri Agung sangat muak.

Buat apa mendapatkan takhta jika tidak mendapat sebuah kebahagiaan?

Tak lama kemudian tuan muda Huang keluar dari dalam toko membawa sekotak kue manis. Putri Agung yang melihat hal itu langsung tertarik untuk mencobanya.

" beri aku satu," pinta Putri Agung. Tuan muda Huang langsung menggeleng dengan cepat.

" maaf Putri Agung, tapi anda tidak bisa memakannya," tolak tuan muda Huang.

" beraninya kamu menolah permintaanku," gerutu Putri Agung.

" anda akan tahu nanti," ujar tuan muda Huang. Laki-laki itu langsung melepas tali kuda dari tiang kayu dan menuntun kuda putri Agung ke sebuah kediaman.

'Kediaman Yang'

" bukankah kau mengajakku ke tebing untuk melihat meteor? Kenapa malah pergi kesini?" Tanya putri Agung bingung.

Tanpa menjawab pertanyaannya, tuan muda Huang menjulurkan tangannya kehadapan putri Agung, membantu perempuan itu turun dari kudanya.

"Anda sudah datang tuan muda Huang,"

Seorang pelayan kediaman menyambut kedatangan tuan muda Huang dan putri Agung. Tuan muda Huang langsung tersenyun melihat pelayan tersebut.

" apa nyonya Yang ada di dalam?" Tanya tuan muda Huang.

" dia sudah menunggu anda sedari tadi tuan," ucap pelayan tersebut.

" bagus kalau begitu, ayo putr-ah maksud saya (y/n)," ucap tuan muda Huang yang hampir saja membocorkan identitas putri Agung.

Tuan muda Huang membantu putri Agung berjalan masuk kedalam kediaman keluarga Yang. Kediaman yang sederhana dengan beberapa pelayan yang sedari tadi mondar-mandir seperti kehilangan sesuatu.

" mereka kenapa?" Tanya putri Agung yang sedikit bingung dengan keadaan rumah ini.

" tenang saja, mereka hanya mencari barang yang hilang, sudah biasa terjadi disini," jelas tuan muda Huang yang di setujui langsung oleh pelayan kediaman.

" tuan muda Huang benar sekali," ujar pelayan tersebut.

Setelah sampai di dalam ruang utama kediaman Yang. Seorang wanita yang terlihat muda duduk di kursi tengah ruangan. Di sampingnya ada beberapa pelayan yang berdiri mengelilinginya.

" nyonya, tuan muda Huang sudah datang," ujar pelayan tersebut.

Wanita tersebut langsung menampakan senyuman lebar di wajahnya dan menyuruh beberapa pelayan untuk menyajikan teh serta mempersilahkan mereka duduk.

Yang menjadi perhatian putri Agung sekarang adalah saat wanita tersebut berdiri ada seorang pelayan yang memberikannya tongkat dan memegang tangan wanita tersebut.

Hingga putri Agung menyadari wanita di hadapannya ini adalah ibunda dari komandan Yang Jungwon.

" dimana temanmu yang sakit tuan muda Huang?" Tanya wanita tersebut.

Tuan Muda Huang langsung menjukurkan tanganmu menyentuh tangan nyonya Yang. Dengan perlahan Nyonya Yang menggenggam tanganmu.

" dia temanmu? Apa dari kerajaan?" Tanya nyonya Yang.

" bagaimana anda tahu?"tanya Putri Agung yang kagum dengan kemampuan menebak Nyonya Yang.

Kening Nyonya Yang langsung berkerut. Dia terlihat seperti berpikir sangat keras, membuat dirimu langsung menoleh ke arah tuan muda Huang.

" nyonya, ada apa?" Tanya tuan Muda Huang.

Secara tiba-tiba nyonya Yang langsung membungkuk hormat ke arah Putri Agung yang membuat putri Agung langsung menoleh ke arah tuan muda Huang.

" nyonya anda telah sal-"

" Lee hee memberi salam kepada Putri Agung," ucap nyonya Yang. Seluruh pelayan di dalam ruangan tersebut ikut membungkuk hormat kepada putri Agung.

" Huang renjun!" Bisik putri Agung yang kesal karena identitasnya terungkap.

" nyonya, anda salah mengenali. Dia bukanlah putri Agung," ujar tuan muda Huang meyakinkan nonya Yang bahwa teman yang ia bawa bukanlah putri Agung.

"Anda tidak bisa membohongi saya tuan muda Huang. Mungkin mata saya tidak bisa melihat, tetapi tangan saya bisa merasakannya," ujar nyonya Yang.

Putri Agung dan tuan Muda Huang saling bertatapan dan pada akhirnya Putri Agung menyuruh untuk tuan Muda Huang jujur saja.

" maaf telah membohongi anda nyonya," ujar Tuan muda Huang yang sudah pasrah. Nyonya Yang hanya bisa tersenyum kecil mendengar permintaan maaf tuan muda Huang.

"Tidak papa, saya tau maksud dirimu baik. Tuan putri, apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya nyonya Yang kepada putri Agung.

"A-ah kakiku terkilir karena jatuh dari kuda," ujar putri Agung.

Salah satu pelayan nyonya Yang mengarahkan tangan Nyonya Yang menyentuh kaki putri Agung untuk melihat kondisinya. setelah merasa cukup memeriksa kaki putri Agung nyonya Yang langsung berdiri dari duduknya.

"Tuan putri, kaki anda terkilir, obat oles yang tabib kerajaan gunakan tidak berguna untuk kesembuhan kaki anda. Mungkin obat oles tersebut hanya bisa menghilangkan lebam biru di bagian luar kaki tapi tidak untuk tulang anda," jelas nyonya Yang.

"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" Tanya Putri Agung.

"Izinkan saya untuk memijit kaki anda."

■■■■

Haiii
apa kabar?
Semoga baikkk yaa
Jangan lupa untuk vote dan comment♡♡
Di tunggu part selanjutnya♡♡

 

Back for you  [Yang Jungwon X You]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang