Rombongan Putri Agung telah sampai di bagian belakang istana yaitu, kandang Kuda. Semenjak kejadian di jalanan kemarin, Kaisar memutuskan Putri Agung lah yang berhak memberikan hukuman kepada Lee Juyeon.
Jadi dengan berbagai ide di otak Putri Agung, ide penjaga kandang kuda adalah salah satu di antara hukuman konyol yang ada di kepalanya.
Putri Agung langsung masuk ke dalam.kandang Xuxu dan membelai rambut kuda kesayangannya itu. Kepalanya melihat ke segala arah mencari keberadaan Juyeon.
Sampai Putri Agung tak sengaja melihat sepasang kaki yang muncul di balik tumpukan jerami. Putri Agung langsung melipat tangannya di depan dada dan berjalan dengan angkuh menghampiri sepasang kaki yang di yakinin milih Putra pejabat Lee, Juyeon.
Dugh!
Putri Agung menendang kaki tersebut cukup kencang hingga sang pemiliki kaki tersebut langsung terbangun dengan kesal. Bahkan dia sempat mengutuk orang yang menendang kakinya tersebut.
" APA KAU TIDAK LIHAT AKU SEDANG TID-ur..Yang Mulia,"
Nada tinggi dan tegas yang diucapkan oleh Juyeon langsung merendah saat menyadari dihadapannya adalah Putri Agung. Dia bahkan langsung mengubah posisinya menjadi berlutut karena merasa bersalah sudah berteriak seperti tadi.
"Maafkan saya Yang Mulia," ujar Juyeon memohon ampun kepada Putri Agung Nanhe.
" apa kau memperlakukan semua orang seperti itu? Jika yang menendangmu hari ini adalah pelayan biasa, apakah kamu akan berlutut dan berkata maaf seperti ini?" Tanya Putri Agung.
Juyeon hanya bisa menunduk takut dan menggeleng kecil menjawab pertanyaan dari Putri Agung. Melihat tak ada respon dari Juyeon, Putri Agung langsung berjongkok menyamakan tingginya dengan Juyeon.
" tadinya aku ingin meminta saran darimu, tapi melihat kejadian hal ini, sepertinya hukuman kemarin belum cukup," ucap Putri Agung sembari tertawa kecil.
"Tapi, urusanku lebih penting. Cepat bangun dan ikut denganku," ujar Putri Agung seraya bangkit dan berjalan meninggalkan Juyeon yang masih berlutut.
Juyeon langsung mengikuti Putri Agung dari belakang dengan jalan menunduk, hingga langkahnya terhenti saat ia sampai di pavilliun 和平 'Hépíng ' yang berarti damai.
" cepat duduk," titah Putri Agung yang sudah duduk dan memakan kue manis dari kediamannya.
" kau tau kenapa aku membawamu kesini?" Tanya Putri Agung kepada Juyeon yang masih berdiri di hadapannya. Melihat hal tersebut, Putri Agung langsung berdecak kesal dan menarik tubuh Juyeon untuk segera duduk.
"Aku ingin meminta tolong" ujar Putri Agung memulai topik yang ingin ia bicarakan dengan Juyeon.
" jadi, aku dengar-dengar julukanmu adalah buaya darat kan?" Tanya Putri Agung yang sontak membuat seluruh pelayannya terkejut mendengar ucapannya.
Bahkan Juyeon yang mendengar hal itu langsung menunduk malu karena Putri Agung.
"Jangan malu, aku hanya ingin bertanya, jika pasanganmu ulang tahun, hal apa yang harus kamu berikan kepadanya?" Tanya Putri Agung.
" yang pasti aku akan memberikan apa yang dia suka," jawab Juyeon dengan cepat.
" jika kamu tidak tahu apa yang dia suka?"
"Maka aku akan memberikan apa yang dia butuhkan." Jawab Juyeon dengan lugas karena sudah sering mengalaminya.
" jika kamu tidak tahu apa yang dia butuhkan juga?"
" berarti dia tidak terlalu penting bagiku," jawab Juyeon lagi.
"Kejam sekali," ujar Putri Agung yang tidak suka dengan jawaban terakhir Juyeon.
" Yang Mulia, jika dua hal itu saja anda tidak tahu, maka anda tidak mengenal orang itu dengan baik," jelas Juyeon menyempurnakan jawaban terakhirnya.
Putri Agung langsung berpikir sebentar sembari memakan biskuitnya. Mencoba memikirkan hal apa yang ingin ia lakukan ke depannya.
Brak!
" Yang Mulia, Maafkan Kami!"
Melihat Putri Agung yang memukul meja secara tiba-tiba membuat seluruh pelayan langsung berlutut ketakutan. Bahkan Juyeon langsung turun dari bangkunya dan kembali ke posisi berlutut.
" kenapa kalian begitu? Berdirilah, aku baru saja mendapatkan ide yang sangat bagus!" Ucap Putri Agung senang mendapatkan ide yang muncul tiba-tiba di kepalanya.
"Xona,beritahu Kasim Tan, aku ingin memilih kuda perang terbaik di negri ini. Ah, bilang padanya agar datang sebelum hari minggu," titah Putri Agung kepada Xona.
"Lebih cepat lebih baik,"lanjutnya.
"Baik, Yang Mulia" jawab Xona menanggapi perintah Putri Agung.
"Ini akan menjadi hadiah terbaik!"
■■■■
Pangeran Niki dan pelayan pribadinya menyusuri setiap tempat di istana untuk bernostalgia karena sudah lama sejak terakhir kali Pangeran Niki ke sini saat umur 7 tahun.
Tidak banyak yang berubah dari tampilan istana, hanya beberapa orang yang terlihat berbeda karena semakin tua. Dan banyak juga orang baru yang berada di istana.
" Yang Mulia, apakah anda akan mengabdi disini bersama Putri Agung Nanhe? Meninggalkan semua hal yang sudah anda cita-citakan di Istana lama?" Tanya sang pelayan pribadinya, Hein.
"Dekret dari Ayahanda sudah sangat jelas bukan? Aku harus merelakan semuanya dan mengabdi disini," ucap Pangeran Niki tanpa mengalihkan pandangannya dari deretan bunga yang tumbuh di sisi tembok istana.
" jadi anda melakukannya karena terpaksa? Bagaimana jika dekret tersebut tidak pernah dikeluarkan?" Tanya Hein yang penasaran mengapa tuannya begitu tenang menerima dekret tersebut.
"Bahkan jika tidak ada dekret sekalipun, aku akan meminta ayah untuk mengeluarkan dekret lamaran untuk Putri Agung Nanhe," ucap Pangeran Niki dengan senyuman tulus di wajahnya.
"Jadi, anda benar-benar menyukainya," ucap Hein senang karena sudah mengerti mengapa tuannya memilih pilihan ini.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan mereka hingga tak sengaja bertemu dengan segerombolan pelayan yang baru datang dari pintu masuk dengan kuda perang yang sangat gagah dan besar.
Pangeran Niki mengkode Hein untuk memberhentikan salah satu pelayan tersebut untuk menanyakan perihal kuda tersebut.
Hein langsung menghentikan salah satu pelayan yang lewat dengan kuda di sampingnya. Pelayan tersebut langsung membungkuk hormat menghadap Pangeran Niki.
"Salam Yang Mulia," ujar pelayan tersebut.
" Apa Raja sedang membutuhkan banyak Kuda Perang?" Tanya Pangeran Niki yang sedikit penasaran karena para pelayan membawa banyak sekali Kuda Perang dengan berbagai jenis dan tampilan.
" menjawab Yang Mulia, Bukan Raja yang memintanya melainkan Putri Agung Nanhe. Kasim Tan memerintahkan kami untuk membawa seluruh Kuda Perang yang ada di kandang krajaan kehadapan Putri Agung agar dia bisa melihat keseluruhan jenis dan tampilannya," jelas pelayan tersebut memberitahu alasan banyaknya Kuda perang yang datang ke dalam istana.
" Yang Mulia, apakah Putri Agung Nanhe akan menggantikan Xuxu? Atau mungkin dia akan ikut berperang?" Terka Hein yang langsung membuat pelayan tersebut terkejut dengan peekataan Hein.
" maaf, tapi anda tidak boleh menerka seperti itu terhadap Putri Agung tuan," ujar pelayan tersebut mengingatkan Hein.
"Jaga ucapanmu," ucap Pangeran Niki memberikan peringatan kepada Hein untuk menjaga bicaranya.
"Maafkan saya, Yang Mulia," ucap Hein sembari membungkuk kecil.
"Jadi, untuk apa Putri Agung memilih Kuda perang ini?" Tanya Pangeran Niki kembali pada topiknya.
"Kasim Tan berkata bahwa Putri agung Nanhe tengah memilih sebuah hadiah," jawab pelayan tersebut.
"Untuk siapa?"
"Komandan Yang Jungwon."
■■■■
Haiii
Apa kabar?
Semoga baik yaa♡♡
Jangan lupa untuk vote dan comment uri readersnim♡♡
Ditunggu part selanjutnya♡♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Back for you [Yang Jungwon X You]
Fiksi Penggemar"Aku harap aku bisa melihat betapa cantiknya wajahmu." Seorang komandan jendral yang buta di tugaskan menjaga perbatasan oleh raja. Tanpa di sangka-sangka tuan putri semata wayang kerajaan yang suka kabur di istana tak sengaja selalu bertemu dengan...