Dua jam Shana tersita hanya untuk topang dagu sambil mendengarkan cerita panjang El tentang perkembangan bisnis coffee shop-nya bersama Ben, dan menikmati Matcha Latte. Meski jam dinding di kafe menunjukkan pukul dua pagi, tapi energi Shana bak tidak habis-habis. El sukses mengecas energinya yang terkuras habis karena bekerja.
"Lo sendiri, gimana? Apa yang lo perbuat selama gue di Bandung, Shan?" tanya El, yang akhirnya memasukkan sedotan ke dalam gelas minumannya sendiri, setelah dua jam berceloteh tanpa jeda.
"Nggak ada yang spesial, sih. Biasa aja. Gue kerja, pulang nongkrong ke sini, terus pulang," jawab Shana. "Belum lama, gue nggak sengaja ketemu Mas-Mas yang pernah gue ceritain ke lo, yang ngajak gue kenalan itu. Nggak sengaja, sih, dia dateng pas gue udah mau cabut."
El mengangguk-angguk. "Jadi kenalan?"
"Sedikit," jawab Shana sambil menyungging senyum tipis. "Gue udah coba buat nolak, sih, tapi kayak ... lo ngerti, lah, he has effort untuk bikin gue stay duduk di sana. Akhirnya gue tanggapin aja."
Cerita Shana mengalir selagi El diam dan menyimak. Wajahnya penuh semangat, matanya berbinar-binar. Tidak sedetik pun El melihat binar di mata Shana luruh dari wajahnya selama mulutnya terus bercerita panjang. Sementara El mengulum senyumnya sendiri. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa sebetulnya cemburu kini membara di dalam hatinya. Tetapi, El juga tidak bisa berbohong, bahwa melihat Shana akhirnya tersenyum sebegitu lebarnya, membuatnya tenang dan turut bersuka cita.
"Seneng banget, ya, keliatannya," komentar El.
Shana menampakkan cengir lebar.
"Nggak apa-apa, sih, lo deket sama dia. Tapi, kalau kata gue ya, Shan. Mending jangan, deh. Maksud gue, lo belum kenal sama dia. Asal-usulnya belum jelas. Emang lo mau, sakit hati lagi sama orang nggak jelas? Apalagi, dalam waktu dekat?"
Shana mengangguk dan tersenyum tipis. El mengacaukan cerita bahagianya. Tetapi Shana tidak membantahnya. Perempuan dengan mata sipit cokelat itu memilih untuk tetap diam dan mengaduk Matcha Latte-nya dengan sedotan. Sebelah tangannya menopang dagu, sementara kedua matanya menyapu seisi ruangan yang sudah kosong dan hampir gelap sepenuhnya.
"Oh iya, El, gue ketemu Kaisar pas lagi belanja di Grand Indonesia," lapor Shana. Pandangannya lekas terpusat pada mata bulat El yang sedang menatapnya lekat. "Udah bawa cewek baru, manggilnya sayang."
Bibir Shana mengerucut kala pikirannya kilas balik pada kejadian tersebut. Mantan pacar tiga tahunnya sudah punya pengganti bahkan ketika hubungan mereka baru berakhir belum ada satu bulan lamanya. Di sisa malam hingga pukul empat pagi, dingin dan sendu berkolaborasi. Shana berduka lagi atas berakhirnya hubungan Kaisar dengan dirinya.
"Mau sampai kapan ya, El, gue sedih-sedihan terus? Padahal, Kaisar juga lagi seneng-seneng sama cewek itu," sungut Shana. Gadis itu menjatuhkan kepalanya ke atas meja. "I can't accept the fact that he is happy and I am not."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Tamu & Tuan Rumah
ЧиклитSekali lagi dalam dua belas tahun terakhir, Ishana Anantari dipatahkan hatinya dengan tidak terhormat! Lebih tidak etisnya lagi, si bajingan itu meminta Shana untuk mengembalikan uang yang digunakannya untuk membeli kado sebulan yang lalu. Apa-apaan...