019

580 75 9
                                    

Baru ada tiga orang di dalam kafenya ketika El melihat Toyota Camry hitam memasuki parkiran kafenya, seiringan dengan satu Scoopy hitam yang menyalipnya untuk masuk duluan ke parkiran motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru ada tiga orang di dalam kafenya ketika El melihat Toyota Camry hitam memasuki parkiran kafenya, seiringan dengan satu Scoopy hitam yang menyalipnya untuk masuk duluan ke parkiran motor. Seketika, tangan El yang sibuk di balik mesin pembuat kopi, terhenti begitu saja. Matanya yang semula fokus pada gelas kaca di hadapannya, kini terkunci pada perempuan yang menutup pintu mobilnya.
Sembari tangannya melanjutkan pekerjaan yang tertunda, El tetap memperhatikan orang yang sama. Kalau biasanya perempuan itu akan cepat-cepat masuk ke kafe setelah menutup pintu mobil, kali ini ia tetap diam di samping kendaraannya, menatap ke arah parkiran motor yang ada di sebelah kiri kafe. Laki-laki dengan Scoopy hitam yang tadi masuk bersamanya, jalan seiringan dengannya kini.

Shana sungguh tidak bermain-main dengan ucapannya sendiri. El tidak bisa mencegahnya lebih jauh lagi. Sekarang, kalau laki-laki itu sudah benar-benar Shana bawa ke sini, maka mustahil El melarangnya lagi. Toh, kafenya adalah tempat umum yang boleh disinggahi siapa saja.

Dengan senyum semringah, Shana mendorong pintu kaca, melambaikan tangannya kepada El, dan serta-merta mendekat. "Hai, El!"

El mengernyitkan kening sambil tersenyum mengejek. "Hai?" Laki-laki itu tetap pada tugasnya, mengantarkan minuman kepada pelanggannya yang sudah duduk di salah satu kursi di luar kafe. Tak lama. Langkah El begitu cepat. Sebelum Shana sempat membuat pesanan kepada pegawai lain, El sudah kembali ke meja kasir. "Hari ini sif sore atau malam?"

"Malam kok. Nanti jam sembilan baru berangkat kerja," jawab Shana. "Eh, gue mau kayak biasa, El. ... Mas, kamu mau kayak biasa?"

Sambil menginput pesanan Shana di layar, El diam-diam melirik, melihat mata Shana yang berbinar dan senyumnya yang merekah ketika menoleh kepada laki-laki dengan kaus putih di sampingnya. Kayak biasa? Shana bahkan sudah tahu minuman apa yang biasa Ares pesan? Berarti El sudah tersalip jauh.

Baik El maupun Shana mendapati Ares mengangguk, dan ketika itulah Shana kembali menoleh kepada El lalu bilang, "Milk Tea, El."

El mengangguk dengan ramah, seolah ia sedang menghadapi pelanggan baru yang tidak seakrab ini dengannya. "Duduk di sini atau di sana?"

"Di sini aja deh." Shana segera meletakkan clutch dengan warna dusty pink di atas meja bar yang mengarah langsung ke counter, tempat favoritnya untuk minum dan mengganggu El bekerja sekaligus. "Mas, di sini aja nggak apa-apa, kan?"

Sekali lagi, Ares mengangguk. Laki-laki itu belum mengeluarkan suaranya sama sekali. Ia hanya manut pada tiap kata-kata Shana, termasuk untuk duduk di meja bar. El langsung berbalik dari meja kasir. Disiapkannya minuman pesanan Shana dan Ares, ditambah segelas Iced Coffee untuk dirinya sendiri. Sambil tangannya yang lincah itu bergerak, El terus menyimak percakapan antara Shana dan Ares.

Sesekali El menoleh pula, untuk sekadar tersenyum ramah kepada Shana dan laki-laki bawaannya, atau ikut campur dalam obrolan mereka ketika Shana mengajaknya bicara. Dalam lima belas menit, El selesai membuat tiga minuman termasuk untuk dirinya sendiri. Ia segera menyajikannya di atas meja, lalu melepaskan celemek cokelat yang masih membalut tubuhnya.

Mas Tamu & Tuan RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang