021

585 69 14
                                    

Ini adalah pesta pernikahan Kaisar, maka tidak heran kalau banyak sekali teman Kaisar yang hadir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah pesta pernikahan Kaisar, maka tidak heran kalau banyak sekali teman Kaisar yang hadir. Tiga tahun berpacaran dengan Kaisar sudah membuat Shana cukup mengenal hampir semua teman laki-laki itu. Beberapa ada yang dikenalkan padanya, entah teman kuliah, teman kantor, atau bahkan sepupu-sepupu Kaisar.

Dan menurut Shana, itulah kenapa ia sangat mencuri perhatian sejak kakinya melangkah masuk untuk kali pertama. El melangkah lebih lamban di belakangnya. Mungkin, semua orang berpikir Shana datang sendirian bersama satu buket bunga besar yang didekapnya. Iya, Shana akhirnya memutuskan untuk membeli satu buket bunga selain kado yang sudah ia titipkan pada pagar ayu di depan. Senyumnya merekah. Ia sadar hampir semua orang memusatkan perhatian padanya, pun dengan kedua mempelai yang berdiri di pelaminan. Tetapi, Shana tak peduli. Kakinya yang terbalut high heels putih setinggi delapan sentimeter itu tetap membawanya menuju pelaminan dengan langkah yang penuh percaya diri.

El mengikuti langkahnya, ikut menyadari bahwa perempuan yang dibawanya sore ini, menyita perhatian seisi gedung. Seulas senyum terbit di wajahnya. El segera mengimbangi langkah dengan Shana, menyikutnya pelan untuk memberi kode kepada Shana. Sang perempuan yang mendapatkan kodenya menoleh, memandangi El. "Apaan, sih?"

"Gandeng, lah, gila. Masa dateng berdua jalan masing-masing," desis El. Shana hanya mengangguk-angguk sambil tertawa pelan. Perempuan itu tidak membantah. Tangan kanannya lantas melingkar pada lengan El, mendekapnya erat, untuk kemudian menemaninya naik ke pelaminan dan memberikan selamat pada Kaisar dan Cindy, perempuan yang pernah ditemuinya beberapa waktu silam di H&M.

"Selamat, ya, Kai dan Cindy." Shana menyodorkan buket bunganya kepada mempelai wanita yang mengenakan gaun putih yang begitu megah. Senyum tercipta baik di wajah Cindy maupun Kaisar. "Ya, walaupun kalian jadian kar—"

"Karena emang jodoh kan nggak ada yang tau, ya, emang. Suka nggak ketebak gitu." El cepat-cepat menginterupsi sebelum Shana menyelesaikan kalimatnya, yang El duga akan ngawur dan akan mempermalukan keduanya di atas pelaminan. "Langgeng, ya, kalian."

Kaisar tersenyum, menyambut uluran tangan El segera. "Makasih loh, El," tuturnya. "Anyway, kalian ... berdua gini? Mesra banget, lagi dari tadi."

Shana dan El saling tatap sesaat. "Hahaha. Iya, dong! Kan bukan kalian doang yang bisa," celetuk Shana asal. Lawan bicaranya menanggapi dengan tawa renyah. "Kita bentar lagi juga nyusul."

Tawa Kaisar redup segera. Senyum El yang semula lebar, kini datar. "Hehe, iya nih, Kai. Doain aja ya, semoga segera." El menanggapi. "By the way, ya udah, deh, kita turun dulu, ya. Nggak enak sama tamu lain."

Kaisar tersenyum kecil menyambut kepergian dua sejoli yang masih bergandengan tangan sampai turun dari pelaminan. Semakin jauh mereka melangkah, semakin samar dan hilang suara keduanya. Kaisar tidak tahu lagi apa yang mereka diskusikan setelah turun dari pelaminan. Satu kesimpulan langsung bertamu pada benaknya. Ternyata, selama ini bukan hanya Kaisar yang bermain di belakang. Di balik hubungan tiga tahunnya, Shana sudah menunjuk El jauh sebelum Kaisar masuk ke kehidupannya.

Mas Tamu & Tuan RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang