005

825 119 22
                                    

"Maaf, boleh duduk di sini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, boleh duduk di sini?"

Pertanyaan singkat tersebut menghentikan gerak tangan Ishana yang sibuk mengemas barang-barangnya ke dalam tas. "Oh, iya silakan, kebetulan saya juga udah mau pergi," ujar Shana setelah merapatkan kuncian tasnya. Gadis itu menyungging senyum pada laki-laki yang datang di sebelah kanannya.

"Eh, kamu ternyata."

Senyum Shana yang sempat surut, kini terbit lagi di wajahnya. Ia mengangguk. "Iya. Saya duluan, ya, Mas."

"Tapi kita kan belum kenalan?" balas laki-laki tersebut, yang membuat langkah Shana kembali terjeda. Dengan penuh ramah, Shana kembali berbalik, melihat laki-laki itu menyungging senyum dengan lesung pipit yang tiba-tiba timbul di pipi kirinya. "Nama saya Ares."

"Udah tau nama saya, kan, ya?" tanya Shana. "Kan, Mas follow Instagram saya."

Ares terkekeh. "Iya. Saya tau, sih. Nama kamu Ishana."

Shana memetik jarinya dan mengangguk. Segera, ia meraih gelas minumannya yang masih terisi setengah. "Nah, kalau gitu saya duluan ya, Mas," pamitnya sambil berbalik, melanjutkan langkahnya.

"Tapi di following Instagram saya ada dua Ishana. Kamu yang penyanyi atau bukan?"

Mungkin untuk yang terakhir kali, Shana kembali berhenti melangkah. Gadis itu berbalik badan lagi, melihat Ares tersenyum dengan semringah. Shana mengangguk-angguk sambil turut membentuk senyum yang sama lebarnya. "Mas lucu juga," katanya.

"Kamu salah," tuding Ares. "Saya bukan lucu."

Kening Shana mengernyit. "M ... maksudnya?"

"Saya Ares, bukan lucu."

Meski pernyataannya adalah pengakuan bahwa ia tidak lucu, tapi justru itulah yang membuat Shana semakin memperlihatkan tawanya. Gadis itu mengangguk-angguk. "Maksud saya, Mas orangnya lucu."

"Oh," respons Ares singkat. "Kalau kamu, orangnya cantik."

Bak orang salah tingkah, senyum Shana masih saja selebar sebelumnya. Cepat dan yakin, perempuan itu membulatkan keputusan untuk urung meninggalkan gerai Koi Thé. Ia kembali duduk di sebelah Ares. "Mas selalu kayak gini kalau ngajak orang kenalan?"

Ares pikir, ia sudah menang. Terbukti dari senyumnya yang semakin melebar kala menyadari keputusan Shana akhirnya bulat untuk menanggapinya. Sore berakhir panjang sekali. Shana dan Ares bertukar cerita ditemani gelas Milk Tea dan Matcha Latte yang tak bertahan lama. Senda gurau berulang-ulang terdengar, barangkali berhasil membuat pengunjung lain menaruh perhatian dan iri akan kebahagiaan yang tercipta di meja mereka.

Secara resmi, sore itu keduanya saling kenal, dan memutuskan untuk bertukar kontak. Shana tidak keberatan. Sebab, mungkin memang kini saatnya ia meninggalkan duka yang akhir-akhir ini menjadi temannya.

Akhir dari pertemuan mereka usai di parkiran mobil. Ares mengantar Shana ke mobilnya. Tadinya, ia menawarkan tumpangan untuk pulang, tapi tentu saja ditolak, toh Shana membawa mobil sendiri. Alhasil, Ares mengantarnya ke parkiran, dan menyaksikan kepergiannya. Keduanya berpisah dengan senyum yang saling menyambut kepulangan satu sama lain. Langkah Ares selanjutnya menuju motornya sendiri, pulang dengan juta bahagia yang membludak.

Mas Tamu & Tuan RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang