008

686 96 6
                                    

Mata Shana fokus menyorot pada layar ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Shana fokus menyorot pada layar ponselnya. Ditelitinya lagi tiap-tiap kata yang ia ketikkan di kolom chat dengan El. Ia pastikan ini benar-benar nomor Elwandana Nugraha yang sudah mengabaikannya selama hampir satu bulan lamanya.

Ishana: El....

Memang singkat pesannya. Shana pikir, ia sudah tidak perlu mengeluarkan effort besar-besaran untuk orang yang tidak menghargainya. Termasuk El. Mungkin, El tidak akan pernah butuh penjelasan jika nanti Shana meninggalkannya. Dan Shana sudah bertekad ketika pesan tersebut ia kirimkan kepada El sepuluh detik lalu.

Ada satu dari dua keputusan yang akan Shana ambil: pertama, jika El memberikan respons, maka Shana akan menyudahi kedekatannya dengan Ares dan mendengarkan nasihat El tempo hari. Kedua, jika El masih akan mengabaikannya, maka Shana juga berhak mengabaikan nasihatnya.

Toh, Shana seharusnya memiliki hak penuh atas dirinya untuk membuka hatinya, bukan? Shana tidak mau memaksakan diri menutup hatinya. El memang benar, Ares dan Shana belum kenal dengan baik, tapi, toh apa salahnya kalau harus melalui proses perkenalan, meski kelak akan berlangsung panjang?

Selama ini, Shana dan El bisa sedekat ini pun, pada awalnya pernah asing. Shana ingat sekali, kali pertama ia mengenal El, karena laki-laki itu sering main PlayStation di rumah dengan kakak laki-lakinya. Shana dulu tidak langsung dekat dengannya. Butuh waktu bertahun-tahun bagi mereka sampai akhirnya bersahabat baik seperti hari ini.

Ralat, mungkin lebih tepatnya seperti dua bulan lalu, sebelum Shana putus dengan Kaisar, dan sebelum El meninggalkannya tanpa kabar.

Ares: Belum tidur?

Ponsel Shana berdering. Satu notif masuk dari WhatsApp. Bukan nama El, melainkan Ares. Rasa kecewa sedikit mengelilingi hatinya. Shana sedang mengharapkan pesan balasan dari El, bukan pesan dari Ares.

Tidak serta-merta membuka pesan tersebut, Shana justru bengong memandangi notifikasinya sambil tetap melihat-lihat Instagram di layar ponselnya. Sejujurnya, Shana ragu sekali. Pada satu sisi, Shana ingin sekali ikut dengan kata hatinya untuk tidak menutup hati. Akan tetapi, di sisi lain, Shana juga takut.

Bagaimana jika hubungannya dengan Ares berjalan tidak lancar? Bagaimana jika ternyata, Ares sama saja dengan tiga belas laki-laki yang pernah mematahkan hatinya?

+ + +

"Kaisar bukan, sih?" El bergumam pelan sambil mendekat pada laki-laki dengan kemeja hitam yang berdiri di depannya. Laki-laki yang ia duga Kaisar itu menoleh, keduanya langsung menyungging senyum. "Eits! Apa kabar, Kaisar?"

Kaisar mengulurkan tangannya untuk segera El jabat. "Baik, El. Lo apa kabar? Baru balik nih, dari Bandung?" tanyanya. Khas basa-basi ketika berjumpa dengan teman lama. "Gue liatin Instagram lo sama Ben, makin sukses aja ya bisnisnya. Keren. Nanti ajak gue lah kapan-kapan ke kafe lo yang di Bandung."

Mas Tamu & Tuan RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang