36

1.6K 140 15
                                    

Seminggu berlalu dan Meiza yang sudah siap dengan seragam sekolahnya berlutut saat melihat kehadiran Noir yang mendekatinya.

"Aum."

Gadis itu tersenyum senang mendapati bayi macannya yang lucu itu, rasanya stres yang dialaminya menguap seketika mendapati Noir. Dibawanya bayi macan itu ke dalam gendongannya dan menggesekkan pipinya dengan gemas.

"Aum."

Pupil mata onyx itu bergetar melihat hal menggemaskan dipelukannya itu. Meiza kemudian menyadari sesuatu ketika menggendong Noir, raut wajahnya menjadi serius saat melihat Noir yang menatap polos padanya.

"Noir, apa berat badan kamu bertambah?"

Jdar!

Raut muka bayi macan itu berkaca-kaca sebelum akhirnya menempelkan kedua cakar mungilnya pada seragam sekolah Meiza cukup kuat yang kemudian membuatnya robek. Hal itu membuat gadis itu kelimpungan dan menenangkan bayi macan itu.

"Apa ada masalah sayang?"

Evan muncul tiba-tiba di belakang Meiza yang membuat gadis itu hampir saja melompat kaget. "Kamu mengagetkanku Evan!"

Mengabaikan protes dari tunangannya, pupil darah itu melirik buntalan bulu dipelukan Meiza dengan datar. Hampir seminggu ini gadisnya itu selalu bermain-main dengan gumpalan bulu itu hingga dia hampir dilupakan. Karena memang Meiza mengambil ijin sekolah setelah kejadian itu, mau tak mau Evan berangkat sekolah sendirian dan setelahnya pemuda itu juga sibuk dengan pekerjaannya. Waktu mereka bersama jadi sedikit yang membuat Evan jadi kesal.

"Seragammu robek?" Melihat seragam Meiza robek dibagian atasnya itu dengan sigap Evan mengambil alih gumpalan bulu dari tunangannya dan menyuruh Meiza segera ganti meninggalkan Evan yang masih memasang wajah lembut dengan Noir digendongannya.

"..."

Setelah menghilangnya Meiza dibalik pintu kamar, raut Evan kembali datar dan bayi macan itu ditentengnya dengan jari-jarinya seolah tengah membawa barang. Kedua makhluk berbeda spesies itu saling bertatapan seolah ada aliran listrik ditengahnya.

"Grr.."

"Bajingan kecil yang licik."

Entah karena alasan apa Evan dan si bayi macan tak pernah akur. Evan selalu menganggap gumpalan bulu itu sebagai saingan yang selalu mencuri perhatian tunangannya.

Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian Evan pada Noir dan membiarkan bayi macan itu santai di atas meja dengan bantal persegi dibawahnya, sepertinya bayi macan itu memilih tidur.

"Ayo kita berangkat."

Meiza mengangguk menyetujui. Sebelum mereka keluar gadis itu menyempatkan mengelus bulu Noir sejenak.

______________


Baru saja Meiza menginjakkan kakinya di kelas, tubuhnya terhantam oleh tubuh orang lain yang tak lain teman dekatnya sendiri Isna.

"Meiza....!!!"

"Akhirnya gue bisa lihat lo juga! Tau gak betapa khawatirnya gue denger lo hilang, setelah ketemu malah gak bisa ketemu lo." Isna sedikit melirik takut pada Evan yang masih berdiri berdampingan dengan Meiza.

Alasan Isna tak bisa menjenguk Meiza pasca kejadian penculikan tidak adalah karena larangan Evan, pemuda itu dengan tegas dan tatapan dingin melarang Isna dan membuat gadis kecil ketakutan. Tunangan sahabatnya itu memang sangat posesif sekaligus menyeramkan.

Dan benar saja, baru sebentar Isna memeluk sahabatnya, tatapan menusuk diarahkan padanya yang membuatnya menggigil ketakutan. memilih jalan aman Isna melepaskan pelukannya dan tersenyum canggung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapped by The Psycho ProtagonistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang