BAB 14
I Touch You, J
Tanpa mengetahui jalan nasib, manusia tidak bisa memaki-maki meminta apa yang mereka inginkan. Manusia tidak bisa menolak garis tangan yang telah tercantum jelas.
Di jam 9 pagi ini Jiyeon menguatkan tekat untuk menjenguk Eunwoo setelah Soo Hyun pergi. Puluhan kata maafpun tak teragungkan jika maaf itu tidak langsung terucap pada suaminya, berdosalah engkau satu langkah dari rumah berpergian tanpa kata izin dari sang suami.
Terlalu banyak scandal percintaan menerpa kehidupan, kata orang menjadi cantik itu beruntung, menurutnya menjadi cantik menjadikan boomerang tersendiri. Memikat tanpa sengaja kata Laudia, memikat dengan aura yang mematikan, ia sesungguhnya tidak sadar visual ini mampu membangkitkan sisi agresif lelaki manapun.
Sebenarnya ia sudah bosan dengan kehidupan terlalu monoton seperti ini, membohongi Ayahnya dan segudang dosa ia simpan. Balik lagi, bosannya hidup akan terbuang ketika ia mendekap tubuh Soo Hyun. Pria itu seperti menjadi favorit dalam sekejap, Soo Hyun pria istimewa saat ini. Jikapun ia ingin berbuat curang, mungkin ia tidak bisa mendapatkan sisi sempurna seperti suaminya itu.
Kata Soo Hyun seperti ini kepada dirinya, terlalu sering mengucapkan ia ingin menertawakan sisi lebay dari Soo Hyun. "Apa salahnya aku membanggakan istriku ini, tetapi aku tidak bisa leluasa memamerkan kau, Jiyeon. Karena aku terlalu banyak musuh, aku juga tidak bisa leluasa memamerkan wajahku sebagai pemilik elegant, aku tidak mau kau jadi sasaran."
Jiyeon tersenyum simpul menatap foto Soo Hyun di ponselnya.
"Nona, Tuan Soo Hyun baru saja pergi."
Laudia menghampiri Jiyeon yang masih tidak sadar dengan atensinya, Laudia selalu tersenyum melihat sisi keanggunan Jiyeon, senyum Jiyeon begitu mengembang, dengan perlahan Laudia mendekati Nonanya.
"Nona, apa Tuan begitu mengangumkan?"
Jiyeon berbalik ia sendiri sedikit terkejut atas suara Laudia yang tiba-tiba memasuki genderang. "Laudia, kau mengejutkanku.
Jiyeon mengangguk malu menjawab pernyataan tadi. "Sangat, dia sudah pergi? Laudia..."
"2 menit yang lalu, Tuan pergi."
Jiyeon menggenggam tangan pelayan pribadinya ini. "Aku meminta maaf perihal tadi malam."
"Tidak masalah Nona, boleh saya memberi saran?"
Jiyeon mengangguk menantikan mulut tipis itu terbuka, baginya Laudia sudah seperti Ibunya sendiri.
"Jadikan satu pria yang menetap di sisimu, bukan karena mapan atau tampan, pilih lelaki yang membuat anda nyaman, memberikan kedamaian dan ketenangan."
Jiyeon memeluk Laudia erat, "Aku akan mendengarkan saranmu, sungguh aku menemui Eunwoo hanya tidak enak kejadian menimpanya."
"Laudia, kau ikut bersamaku?"