BAB 18
WarningLangkah cepat penuh gairah dan emosi Eunwoo muncul di ruangan khusus jejeran Brangkas, kemeja dan celana yang ia gunakan terlihat kusut, Eunwoo tidak mau ambil resiko seluruh barang di rumah ini menjadi pelampiasannya. Maniknya menatap tajam kearah titik fokus yang menjadi emosi tak terbantah.
Eunwoo menatap Brangskas di hadapannya, tangannya melesat menyapu kotak besi dalam pandangan memicing di setiap jengkal Brangkas dihadapannya. Sepanjang mata memandang hanya ada satu pikiran, tangan pembobol amatiran mustahil memecahkan kode yang ia gunakan. Eunwoo menggeram, maniknya menatap awas Brangkas kosong itu, sepertinya Eunwoo benar-benar ingin membunuh si pelaku. Tak akan memberi kesempatan kerongkongan bergerak keras meminta maaf atas apa yang terjadi.
"Siapa yang melakukan semua ini?" tanya Eunwoo geram.
Tacyeon berjalan mendekat, pria berambut hitam itu memandang Barangkas terbuka lebar, Eunwoo menunjukkan raut wajah seperti ingin berteriak sebelum itu terjadi Taecyeon memegang pundak tuannya.
"Ini sebuah peringatan, anda harus mundur, Tuan."
Eunwoo spontan memandang nyalang Taecyeon seraya menemukan manik coklat Taecyeon masih menatapnya lekat. Eunwo tak percaya kaki tangannya itu benar-benar sudah gila. Kalau begini ia bisa mengamuk. "Pikiran bodohmu tidak memperngaruhiku, mengerti?"
Eunwoo mencoba tenang, hati kecilnya mengatakan bahwa sudah seharusnya ia menemui Soo Hyun malam ini, tapi, mustahil Soo Hyun. Jikalau pun itu Soo Hyun, pria berperangai tenang itu tak segan menghancurkan seluruh tempat tinggalnya. Soo Hyun bukanlah pria yang setengah-tengah.
"Saya mohon." Taecyeon tetap bersikukuh.
"Lalu apa yang perlu aku lakukan? Membiarkannya begitu?."
Taecyeon tanpa ragu mengangguk, Eunwoo tidak pernah menduga Taecyeon baru kali ini mencegah apapun yang ia ingin lakukan. Eunwoo meremas rambutnya kasar, Taecyeon adalah kaki tangannya yang cerdas tapi untuk malam ini ia tidak bisa menilai bagaimana Taecyeon.
"Ibumu, tidak menyukai ini, Tuan. Berhenti lah."
Taecyeon melanjutkan. "Berhentilah melakukan hal tidak berguna."
Eunwoo menatap Taecyeon sekali lagi seraya mendengus kesal, dengan menyunggingkan senyuman seraya menepuk kuat bahu besar ketangguhan dari Taecyeon, ia tetap pada pendiriannya keharusan tetap keharusan, dan Eunwoo berkata. "Aku tidak bisa."
"Cha Eunwoo yang saya kenal tidaklah begini."
"Maaf atas ucapan saya, anda harus memikirkannya lagi, saya permisi."
Taecyeon bergegas keluar, meninggalkan Eunwoo dalam pikiranya yang berkecamuk, ia bersumpah akan menemukan pelaku pembobolan ini, dimana Taecyeon malam ini? Kemana seluruh penjagaan yang bertugas. Eunwoo berusaha menepis rasa tak masuk akal, rasa lelahnya terlalu kental membuat kepalanya terserang denyutan-denyutan kecil.