BAB 21
VibratorTiga tepukan di bahu membuat Jiyeon bangun, keadaannya masih lelah. Diluar jendela lampu berwarna kuning menerangi, ini sudah malam. Si rambut acakan sambil menopang dagu tengah tersenyum menyambut perasaan kelabu yang mengganjal. Senyuman itu palsu, cahaya hitam pekat telah terlihat. Jiyeon Termangu, terduduk tanpa memperdulikan payudara tak tertutup bra, bukannya tak tau malu tetapi titik jenuh kehidupan telah tercantum jelas, kelelahan tanpa ada istirahat inilah jalannya, sudah tersesat di jalan buntu, Anjing yang sekarat masih menguntungkan dibanding kisah hidup dipenuhi kebajingan, sang pria melemparkan tatapan menggelikan.
"Kutebak, mau lagi?" tanya Eunwoo terang-terangan.
Jari-jarinya memijit pelan lengan yang terasa sengal, decitan ranjang terdengar membawa kepala tergeser melihat gerakan si sialan terduduk tuk memerhatikan lekat.
"Aku mau mandi."
"Tunggu, aku mau bertanya, kenapa kau tidak menangis seperti orang yang di paksa di perkosa oleh orang asing."
"Untuk apa menangis?"
"Kenapa? Pergerakan ku membuat kau terlena."
"Manfaat menangis apa, di mana kamar mandi?"
Eunwoo merasa terlawani, tetapi pria itu tetap tersenyum, senyuman memuakkan selalu tercetak yang tidak disukai Jiyeon. "Cepat mandi lalu kembali tidur, subuh ini kau ikut aku ke California, di sana lihat telunjukku?" Eunwoo menunjuk salah satu pintu berada di kamar ini dan mengamati ekspresi Jiyeon sedikit terkejut sambil menggerakkan tangan agar menyentuh kedua bahu Jiyeon, menatap sebentar lalu berkata. "Tampil cantik jangan mengecewakan." Diliriknya lagi Jiyeon mengarahkan telapak tangan mengusap wajah dingin kedinginan atas deruan AC di titik terendah.
"Apa lagi rencanamu," ujar Jiyeon serius, "Kau ingin menjualku!"
"Sungguh mencenangkan kepercayaan dirimu," kata si sialan.
"Begitukah, Tuan?" Jiyeon menarik dagu Eunwoo lalu pergerakan cepat ia hempaskan kesamping kiri wajah tampan Eunwoo yang penuh kedustaan. "Kusimpulkan," kata Jiyeon tersendat. "Saat hakim memutuskan Soo Hyun dihukum mati, kau juga harus mati!"
"Kau terlebih dahulu." Eunwoo tertawa tak percaya. Dipandanginya sang wanita dengan ekspresi remeh dan mata menusuk tajam. "Terlebih dahulu makan aku tak mau kau pingsan, aku tak mau direpotkan."
"Aku benci wanita manja memanfaatkan segala situasi, menjual diri lagi, pekerjaan terendah."
Eunwoo membelai pelan wajah Jiyeon sebelum memberikan tamparan keras di pipi bagian kiri, wajah lelah itu terlempar kesamping, Eunwoo puas melihat tanda kemerahan yang terlihat samar.
"Kau menghancurkan keluargaku."
"Kau mengemis pada keluargaku."
"Bangga menjadi jalang?"