🌷 selamat membaca 🌷
____🦋🦋
Tepat disiang harinya, El, Tyo, Kelvin dan Abil dikumpulkan oleh anggota OSIS diruangan meeting yang biasa digunakan oleh anak OSIS untuk berdiskusi.Sudah tak terhitung berapa kali El berdecak kesal dan mengoceh tidak jelas karena beberapa anak OSIS yang lain belum juga menampakkan diri mereka, padahal El sudah datang tepat pada waktu yang ditentukan. Bahkan, dirinya datang 15 menit lebih awal.
"Ini gimana sih OSIS-nya? Bilangnya jam 2, sekarang udah lebih 15 menit belum juga dimulai?" tanya El pada Tyo.
Tyo yang biasanya santai juga sudah mulai kesal, sudah kesal karena menunggu lama ditambah kesal karena mendengar ocehan El yang tidak ada henti-hentinya. Sahabatnya itu sedari tadi mendumel tidak jelas membuat Tyo sebal mendengarnya.
"El, lo bisa diem gak? Gue udah kesel karena anak OSIS belum mulai juga kumpulannya, ditambah lo yang ngoceh terus. Pengang telinga gue!" ujar Tyo penuh peringatan.
Mendengar teguran Tyo membuat El merenggut kesal, cowok itu langsung duduk diam dengan bibir cemberut.
Selang beberapa lama, beberapa anak OSIS datang dengan wajah songong khas mereka. Melihat itu membuat El mendelik kesal, bisa-bisanya masih bersikap angkuh padahal mereka datang telat 15 menit.
"Gue baru tau, ternyata anak OSIS bisa nyepelein waktu juga ya." sindir El sambil menyenderkan punggungnya ke belakang kursi dengan tangan menyilang di depan dada.
Beberapa anak OSIS yang telat termasuk Alan, Gery dan Janni kompak melihat kearah El. Berbeda dengan Alan, Janni dan beberapa anggota OSIS lain yang mengabaikan ucapan El, Gery justru langsung menghampiri El dan mendorong pundak cowok itu.
"Maksud lo apa?" tanya Gery sewot.
El yang tak terima langsung bangkit berdiri dan melakukan hal yang sama para Gery, mendorong pundak cowok itu.
"Lo bisa santai gak?!" tanya balik El tak kalah sewot.
"Gimana gue bisa santai kalau lo aja gak bisa bersikap sopan!" tegas Gery.
El berdecih, "gue bakalan sopan kalau lo dan teman-teman lo bisa menghargai waktu! Lo lupa atau gimana? Lo yang umumin kalau kumpulan dilaksanain jam 2, bukan jam 2 lebih 15 menit!" ujar El yang membuat Gery bungkam.
Melihat Gery yang kalah talak dengannya membuat El mengeluarkan smirk-nya. "Cih, belaga sok keras ditegur dikit gak terima. Banci lo!" ledek El lalu duduk kembali di kursinya.
Tyo yang notabene-nya sahabat El hanya diam saja, tanpa berniat membela ataupun menyalahkan. Tyo tau bagaimana El, mulutnya itu bisa membungkam mulut-mulut orang yang tidak sadar diri. Tanpa ada yang membela, Tyo yakin El akan menang dan membuat orang yang beradu ucap dengannya kalah talak.
Tyo menoleh kearah El dan menyinggingkan senyumnya, El yang melihat itu melakukan hal yang sama. Bagi El, menumpas mereka-mereka yang hanya bermodalkan gaya itu hal mudah. El memang bodoh, tapi El tidak bodoh dalam menilai sikap dan sifat seseorang. Terutama orang yang tidak sadar diri seperti kakak kelas di depannya.
"Kenapa masih diem disini? Sana ke tempat lo!" usir El yang sudah muak melihat tampang songong Gery.
"Gery?! Sini!" panggil Alan yang terdengar sangat tegas.
Gery berdecak kesal kemudian berjalan mendekati Alan dan Janni. Walaupun sudah duduk di bangkunya, tatapan Gery tidak lepas dari menatap wajah El dengan tatapan tajam. Keduanya saling melemparkan tatapan membunuh satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen FictionKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...