🌷 selamat membaca 🌷
________🦋🦋
Kei menghentikan mobilnya tepat di depan gang rumah Zira, kemudian bergegas keluar dan memutari mobilnya ke samping untuk membukakan pintu untuk Zira.
"Makasih," ucap Zira dengan senyum tipis dibibirnya.
Kei mengangguk, " ayo, gue anter sampai depan rumah." ucap Kei kemudian menarik pelan tangan Zira namun Zira berhasil menahannya.
"Gak usah, Kak, gue bisa sendiri ko." ucap Zira pelan.
"Gapapa, Ra, gue takut lo kenapa-napa." balas Kei terdengar khawatir, itu bisa terlihat jelas dari tatapannya pada Zira.
"Dari sini ke rumah gue deket, gue bisa sendiri, Kak." balas Zira, gadis itu lebih melebarkan senyumnya agar Kei semakin yakin bahwa Zira baik-baik saja.
Kei menghela nafasnya kemudian mengangguk pasrah, "oke, kalau ada apa-apa jangan sungkan buat hubungin gue." peringat Kei yang diangguki cepat oleh Zira.
"Pasti." balas Zira sambil mengacungkan jempolnya.
Kei terkekeh melihatnya, tangannya bergerak mengelus pelan atas kepala gadis di depannya. "Sehat-sehat terus ya," ucap cowok itu.
Zira yang mendengarnya hanya bisa melemparkan senyum sambil mengangguk meski tidak yakin.
"Kalau gitu gue duluan, inget Ra, kalau ada apa-apa langsung hubungin gue." ujar Kei sambil mendekati mobilnya. Sebelum masuk ke dalam mobil Kei melambaikan tangannya yang dibalas juga oleh Zira.
"Take care, Kak!"
Tangan Zira masih melambai sampai mobil milik Kei menjauh di telan jarak.
Sehat-sehat terus ya ..
Kalimat itu masih terngiang-ngiang dipikiran Zira, dia tidak yakin kalau dia akan selalu sehat seperti yang diharapkan Kei. Meski Zira sudah terbiasa merasakan sakit, ia juga manusia yang pasti merasakan lelah dengan keadaan yang selalu tidak adil padanya.
Zira menggelengkan kepala mencoba menyadarkan dirinya. Ia menghela nafas berat kemudian berjalan pelan menuju rumahnya. Zira benar-benar lelah, seolah energinya dikuras habis hari ini.
🦋🦋
Selang beberapa lama Zira sampai di rumahnya, begitu masuk ke dalam kamar Zira langsung melemparkan dirinya keatas kasur.
"Laper," gumam gadis itu sambil memegang perutnya yang baru terisi roti saja.
Karena kali ini Zira tidak bisa menahan rasa laparnya, ia memutuskan untuk mendadar telur. Tapi sebelum itu Zira menyempatkan mandi terlebih dahulu agar badannya fresh kembali.
Selesai mandi Zira langsung bergegas menuju dapur kecilnya untuk melihat apakah stok telur masih ada atau tidak.
Zira mengerucutkan bibirnya ketika melihat rak penyimpanan telur dan mie yang sudah benar-benar kosong.
"Kenapa kalian habisnya barengan?" gumam Zira sedih. Setelahnya ia kembali ke kamar untuk mengambil uang di dompetnya. Zira berencana membeli telur dan mie ke warung yang terletak di depan gang rumahnya.
"Padahal lagi mager banget buat ke warung." gerutu Zira sambil menutup pintu rumahnya, kemudian ia bergegas ke warung karena sudah benar-benar lapar dan ingin segera makan.
Sampai di warung Zira langsung membeli telur dan mie yang dibutuhkannya. Tidak hanya untuk makan hari ini, Zira juga membeli bahan masakan lain untuk makan beberapa hari ke depan, kebetulan dirinya baru saja menerima gaji dari tempatnya berkerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Fiksi RemajaKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...