i know i'm late for update new chapter, but thank u so much bcs always stay and read my stories, love 🥰
🌷selamat membaca🌷
___🦋🦋
Bertemu lagi dengan hari Senin. Hari yang begitu Zira tidak sukai kedatangannya, karena selain upacara hari ini juga dia harus bertemu dengan pelajaran yang keseluruhannya menyangkut dengan angka. Ya, pelajaran itu adalah Matematika Minat, Kimia dan Fisika. Begitu sial bukan? Ketiga pelajaran menyebalkan itu menyerang Zira di hari yang sama, sudah gitu di hari Senin pula!
Tepat 5 menit lagi gerbang sekolah Zira pasti akan segera ditutup, tapi Zira saat ini masih berada dijalan dengan kondisi berlari. Gadis itu berusaha agar tidak terlambat.
Kali ini Zira bukan kasiangan, hanya saja saat dijalan ia lupa membawa dompetnya sehingga membuatnya harus pulang kembali untuk mengambil dompetnya itu.
"Eh tunggu-tunggu!" sahut Zira ketika melihat Kell hendak menutup gerbang.
Kell reflek menghentikan pergerakannya, ia menatap Zira lalu geleng-geleng kepala. Gadis itu berlari dengan cepat sehingga berhasil melewati gerbang sebelum Kell menutupnya rapat.
"Makasih Kell!" ujar Zira lalu melambaikan tangannya ketika berhasil masuk ke dalam sekolah. Setelah itu ia hendak berjalan menuju kelasnya.
"Eettt, mau kemana lo?"
Zira memutar badannya ketika tas miliknya ditarik oleh seseorang dari belakang. Zira reflek mencebikkan bibirnya ketika tau bahwa yang menarik tasnya adalah El.
"Ih Kak El! Lepasin gak?!" protes Zira ketika melihat El masih memegang tasnya. Saat ini ia sudah seperti anak kucing yang digendong ibunya.
"Gak! Masa udah telat mau masuk gitu aja? Gak bisa! Sana ikut baris ke barisan anak-anak yang telat." jawab El sambil mendorong pelan pundak Zira agar ikut berbaris dibarisan siswa dan siswi yang datang terlambat.
Zira menatap kesal kearah El, matanya menajam seolah ingin menembus jauh netra hitam milik cowok itu.
"Gak usah melotot-melotot gitu! Lo bukannya keliatan serem malah keliatan gemes tau gak?!" tegur El yang hanya mendapat delikan mata dari Zira.
Mendengar itu semakin membuat Zira geram terhadap El, lihat saja kedua tangannya yang sudah mengepal seolah ingin meninju wajah El detik itu juga. Meski kesal dan sangat marah, Zira tetap menurut dan ikut berbaris dibarisan murid yang katanya .. terlambat?
"Apaan banget deh, biasanya kalau telat juga suka langsung suruh lari ke lapangan. Ini malah disuruh baris disini." celetuk salah satu murid perempuan yang ada di depan Zira.
"Tau tuh, males banget." sahut teman yang ada disampingnya.
Jika Zira pikir-pikir ada benarnya juga pembahasan dua perempuan itu, biasanya jika ada murid terlambat akan langsung diperintahkan untuk segera lari menuju lapangan. Soal tas yang mereka bawa bisa dititipkan dulu diteras ruang BK yang kebetulan posisinya berada di dekat lapang. Tapi kali ini, kenapa berbeda?
"Gak usah kaget, gak hari ini doang ko. Hari-hari berikutnya juga kalau ada yang telat bakalan dikumpulin kaya gini."
Murid-murid yang berbaris itu menoleh pada seseorang yang baru saja bersuara. Dia Queen Irishtaqilla, anggota OSIS yang merupakan ketua dari Sekbid Kedisiplinan.
"Ini salah satu program kerja yang baru terlaksana dari anggota OSIS angkatan sekarang. Setelah dikumpulin, yang datang terlambat bakalan dihukum." lanjut Queen memberitahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen FictionKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...