🌷 selamat membaca 🌷
___
🦋🦋
Alan bersama Janni berdiri di depan ruangan Pak Ilham dengan jantung yang berdebar tak karuan. Mereka benar-benar takut jika Pak Ilham marah besar karena mereka sudah memilih El dan Tyo sebagai pasangan calon ketua dan wakil ketua OSIS. Dalam hal ini, Alan yang pastinya akan disalahkan oleh pembinanya.
Janni melirik Alan yang tengah mengatur nafasnya, cowok itu terlihat sedang ketakutan.
"Lan, gue yakin Pak Ilham gak akan apa-apain lo." ucap Janni mencoba menenangkan Alan.
Alan mengangguk pelan, mencoba yakin. Dengan perlahan ia mengetuk pintu ruangan Pak Ilham. Tak lama terdengar sahutan dari dalam yang memberikan dirinya dan Janni izin untuk masuk.
Di dalam ruangan terlihat Pak Ilham tengah menatap layar laptop dengan kening mengerut dan punggungnya yang disenderkan ke belakang kursi, tangannya mengelus dagunya seperti sedang berfikir.
Melihat Alan dan Janni yang sudah masuk, Pak Ilham menoleh. "Duduk," ucap Pak Ilham yang diangguki Alan dan Janni. Keduanya langsung duduk di sofa yang ada diruangan itu.
Pak Ilham yang semula duduk di kursinya, kini pindah ke sofa untuk gabung bersama dua muridnya.
"El pemenangnya?"
Pertanyaan Pak Ilham yang tiba-tiba membuat Alan dan Janni terdiam seribu bahasa. Mereka sama-sama menunduk karena takut terkena marah Pak Ilham.
"Bapak nanya lho ini. Benar El?" tanya Pak Ilham kedua kalinya.
Alan dengan ragu mengangguk, "benar, Pak." jawabnya.
Pak Ilham manggut-manggut setelah mendengar jawaban dari Alan. Guru berkepala tiga itu menyenderkan punggunya ke belakang sofa dengan tangan bersedekap dada.
"Saat El mengisi biodata diri, bakat apa yang dia tulis?" tanya Pak Ilham.
"Izin menjawab, Pak. Seingat saya, El menjawab bakatnya adalah selalu berkata jujur." jawab Alan dengan sopan.
Pak Ilham menarik sudut bibirnya tersenyum kecil, "itu alasan kenapa saya menerima dia sebagai calon ketua OSIS." ujar Pak Ilham yang membuat Alan dan Janni menatapnya keheranan.
Pak Ilham mengubah posisi duduknya, "Kalian tau? Jaman sekarang banyak pemimpin yang pintar tapi tidak jujur. Kejujuran adalah yang utama, dan kejujuran juga termasuk bakat paling sulit ditemui dikalangan pelajar."
"Kenapa saya berbicara seperti ini? Karena saya yakin, tidak semua murid bisa seperti El. Berkata jujur apa adanya, berusaha dan berbuat semampunya tanpa harus dilebih-lebihkan agar mendapat pujian banyak orang."
"Kalian mungkin hanya melihat El dari sisi buruknya saja, tanpa kalian sadar, El adalah orang terjujur yang bisa kalian temui."
Pak Ilham berhenti berbicara, ia tersenyum kearah Alan dan Janni bergantian. "Jangan terlalu khawatir, saya yakin El tidak terlalu buruk untuk dijadikan ketos disekolah kita."
Ucapan Pak Ilham diangguki oleh Alan dan Janni, walaupun mereka sedikit kurang paham maksud dari ucapan panjang Pak Ilham tadi.
"Maaf Pak, jika saya boleh bertanya. Maksud dari ucapan bapak yang bagian 'tanpa sadar El adalah orang terjujur yang bisa kalian temui' itu maksudnya gimana ya Pak?" tanya Alan yang penasaran dengan kata-kata Pak Ilham pada bagian itu.
Janni mengangguk setuju. "Iya, Pak. Bukannya El itu murid yang suka bikin onar ya? Dia juga suka bikin pusing guru-guru karena dia selalu terlambat menyelesaikan tugas." sambung Janni meluapkan keheranannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Dla nastolatkówKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...