10 | Suatu Pagi, Dipinggir jalan.

51 4 0
                                    

🌷 selamat membaca 🌷
______

🦋🦋

Dibalik helm hitam full face, seorang cowok dengan wajah tampan tengah tersenyum-senyum sendiri. Dia El, cowok yang sebentar lagi akan menjabat sebagai Ketua OSIS.

El sangat menantikan hari ini, dia sudah berlatih selama lima hari agar sertijab yang akan dilaksanakan beberapa menit lagi itu berjalan lancar tanpa kendala. El benar-benar tidak sabar untuk bisa sampai di sekolah.

Zira? gumam El ketika melihat seorang gadis yang wajahnya sangat mirip dengan Zira tengah berjalan dipinggir jalan sambil bersenandung ria.

Untuk memastikan, El memelankan motornya agar bisa melihat apa benar gadis itu adalah Zira atau bukan.

Bibir El membentuk lengkungan senyum ketika melihat ternyata gadis itu memang benar gadis yang dikenalinya, dia Zira.

Tin! Tin!

Zira menolehkan kepalanya ke samping, ia mendapati seorang cowok dengan motor besar berwarna hitam yang tengah membuka helmnya.

Kening Zira mengerut ketika melihat jelas wajah cowok itu, "kak, El?" gumam Zira.

"Hai," sapa El lalu tersenyum.

"Ngapain?" tanya Zira tidak bersahabat.

El berdecak sebal, "jangan ditekuk gitu mukanya. Masih pagi udah bikin gemes aja!" tegur cowok itu yang membuat Zira bergidik geli.

"Gak jelas."

Zira kembali melanjutkan jalannya karena malas meladeni orang yang kewarasannya wajib dipertanyakan itu.

"Eh, eh, kok pergi sih?" gerutu El lalu mengejar Zira sambil menjalankan motornya.

"Eh, Ra! Tunggu dulu napa? Ra, ih!"

Zira tidak menghiraukan El, gadis itu terus berjalan seolah-olah tidak mendengar apa-apa.

"Buset dah, Ra, capek ini kaki gue dorong motor. Lo gak tau apa motor gue ini berat banget? Ra, ih!"

Zira mengepalkan tangannya mulai risih, ia menghembuskan nafas secara kasar. "Kak El bisa gak sih gak ganggu gue?" tanya gadis itu lalu merenggut kesal.

"Gak bisa! Sebelum lo jadi pacar gue, gue bakalan terus ganggu lo!" jawab El.

Zira terkejut sampai membuka lebar matanya ketika mendengar ucapan kakak kelas di depannya. Sama seperti Zira, El juga sama terkejutnya. Bahkan cowok itu tidak sadar dengan yang diucapkannya sendiri.

"Maksud gue, gue gak akan berhenti ganggu lo sampai lo mau naik ke motor gue dan ke sekolah bareng sama gue!" ralat El.

Tapi kayaknya gue beneran jatuh cinta sih sama lo, Ra. Batin El gelisah setengah mampus.

Zira mendelik malas. "Gue kan udah bilang, gue gak mau berurusan sama lo, Kak. Ya elah gak mau ngerti banget." kesal Zira.

"Emang kenapa kalau berurusan sama gue? Lo bukannya bersyukur gue suka sama lo! Coba kalau cewek lain, udah kena serangan jantung kali!"

Zira memasang ekspresi geli, "lo kepedean, Kak!" tegur Zira lalu bersedekap dada.

"Lah, emang bener kok. Udahlah, mending sekarang lo naik biar bareng ke sekolah sama gue. Lagian lo gak capek apa jalan kaki dari rumah lo ke sekolah?"

"Gue udah biasa, gak usah lebay. Udah sana, lagian kalaupun lo paksa, gue gak akan mau!" setelah itu Zira kembali melanjutkan jalannya.

El memonyongkan bibirnya, Zira itu menyebalkan tapi sialnya El baru mengklaim kalau dia jatuh cinta pada gadis itu. Sampai-sampai diperlakukan seperti apapun tidak membuat dirinya menyerah.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang