🌷 selamat membaca 🌷
_____🦋🦋
Disepanjang perjalanan menuju kelas, Zira tidak henti-hentinya diperhatikan siswa siswi yang tengah berada di koridor. Mereka semua keheranan melihat Zira yang tampil berantakan dengan kondisi badannya yang basah kuyup, meski begitu tidak ada satupun yang ingin bertanya ia kenapa dan membantunya padahal ia berjalan secara tertatih-tatih.
Zira menghentikan langkahnya lalu menarik nafasnya pelan, ia melihat kearah kakinya yang diinjak oleh Arina tadi. Zira menutup matanya ketika mendapati kakinya membiru, rasanya benar-benar sangat sakit.
"Zira?"
Panggilan seseorang membuat Zira mendongak untuk tau siapa yang memanggilnya itu.
"Zira lo kenapa?" tanya seorang cowok yang memanggil Zira tadi.
Zira menggeleng, "gue gapapa." jawabnya sambil tersenyum, tapi senyumnya itu tidak bisa menutupi rasa sakit yang tengah ia rasakan.
"Lo bohong. Kalau lo gak kenapa-napa, lo gak mungkin basah kuyup kayak gini, mana muka lo pucat banget lagi." ujar cowok itu.
"Gue gak papa, Kak Kei." ucap Zira mencoba membuat kakak kelas di depannya tidak khawatir.
Dia Keintang Abimana, teman Zira saat mereka berdua berada di panti asuhan 9 tahun yang lalu. Keintang atau yang selalu disapa Kei itu menjadi satu-satunya orang yang bisa Zira percaya di sekolah ini. Dulu saat masih di panti asuhan, mereka terpaksa harus berpisah karena mereka diadopsi oleh orangtua yang berbeda. Tapi nasib Kei lebih beruntung daripada Zira.
"Lo gak baik-baik aja, sekarnag ikut gue!" tanpa persetujuan Zira, Kei menarik pelan tangan gadis itu.
"Lo mau bawa gue kemana?"
"Ke UKS."
Karena tak mau membantah akhirnya Zira memilih untuk menuruti ucapan cowok di depannya, lagipula pelajaran belum dimulai.
🦋🦋
"Sari, gue titip dia sebentar. Jangan biarin dia pergi."
Kei meminta pada salah satu anggota PMR sekaligus teman sekelasnya yang sedang berjaga di UKS untuk mengawasi Zira agar gadis itu tidak pergi. Setelah Sari mengiyakan ucapannya, Kei pun langsung bergegas pergi untuk membelikan Zira baju seragam baru.
Sari menoleh kearah Zira dan mereka pun saling melemparkan senyum.
Sari mendekati Zira dan duduk disamping Zira, "kalau boleh tau lo kenapa?" tanya Sari hati-hati.
Zira tersenyum canggung lalu menunduk malu, "gak papa, Kak." jawab Zira.
"Lo bukan korban buly, kan?"
Mendengar pertanyaan baru dari Sari membuat Zira seketika mendongak, ia terkejut atas tebakanan kakak kelas di depannya yang sangat tepat sasaran.
Zira menggeleng pelan enggan untuk mengaku, "e-enggak kok." jawabnya mencoba setenang mungkin.
Bukan apa-apa, Zira hanya takut jika berita ini menyebar dan tentu akan membuat dirinya menjadi topik hangat perbincangan siswa siswi di sekolahnya. Perlu diketahui, Zira paling tidak suka dirinya dikenal banyak orang, jadi tidak heran jika di sekolah ia hanya di kenal beberapa murid saja.
Sari mengangguk percaya walau rasanya sangat ragu, ia yakin adik kelas di depannya tidak mungkin basah kuyup secara tiba-tiba.
"Lo mau tau sesuatu?" tanya Sari sambil menggerakkan kedua alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen FictionKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...