🌷 selamat membaca 🌷
_________🦋🦋
Bel pulang sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu, saat ini El sudah berada di parkiran dengan tangan yang menggenggam erat telapak tangan Zira. El bersikap seolah-olah tidak mau kehilangan gadis itu sedikitpun.
"Kak, gue bisa pulang sendiri." ucap Zira untuk kesekian kalinya, dan untuk kesekian kalinya pula El tidak menanggapi.
Rasanya Zira ingin kabur saja, tapi sayang dirinya sudah tidak mempunyai energi untuk memberontak pada El.
"Kak?"
El masih mengacuhkan Zira, cowok itu mengambil helm dan hendak memakaikan ke kepala Zira namun gadis itu berhasil menghentikan pergerakan El.
Zira menggeleng membuat El menghela nafasnya.
"Gue anterin lo, Ra." ucap El sangat memohon.
Lagi-lagi Zira menggeleng, "gue bisa pulang sendiri. Gue udah bikin lo repot dengan lo harus awasin gue di depan kelas dari abis istirahat sampai pulang. Dan untuk saat ini gue mohon, lo jangan repotin diri lo lagi dengan cara nganterin gue pulang, Kak." tutur Zira merasa tidak enak.
Ya, ucapan Zira itu benar. Setelah menenangkan Zira menangis, El langsung meminta untuk mengawasi Zira di depan kelas gadis itu karena takut Zira diapa-apakan oleh Sesil. Padahal, tanpa pengawasan El pun Zira yakin Sesil tidak akan berani melakukan sesuatu kepadanya terlebih ada Mei, Geby dan Lyodra yang pastinya akan membantu Zira. Tapi memang dasarnya El keras kepala, Zira tidak bisa membantah cowok itu.
Namun melihat bagaimana El rela tidak masuk pelajaran hanya karena dirinya membuat Zira semakin yakin bahwa cowok itu tidak bermain-main dengannya. Meski begitu, Zira akan tetap hati-hati agar tidak berharap lebih.
"Gue mohon, Ra. Liat kondisi lo sekarang, lo tiga L begini gimana gue mau biarin lo pulang sendiri?"
Zira mengerutkan keningnya tidak mengerti, "tiga L? Maksudnya?" tanya gadis itu.
"Yaelah masa kaga tau? Tiga L, lemah, letih, lesu." jelas El.
Zira tersenyum tipis lalu geleng-geleng kepala tak habis pikir, "kalau untuk pulang gue masih kuat, Kak." ucap Zira mencoba meyakinkan El.
"Gak, pokoknya lo--"
"Rafael?!"
Zira dan El kompak menoleh kearah cowok yang memanggil El. Cowok itu berjalan mendekat kearah El dan Zira dengan ekspresi wajah yang sepertinya sedang marah.
"Lo mau kabur lagi? Iya? Enak banget ya lo! Lo lupa atau sengaja dilupa-lupain?!" tanya Kelvin --cowok yang tadi memanggil El.
"Apaan sih?" tanya El tidak mengerti.
"Lo liat gak sih pengumuman kalau hari ini bakalan ada rapat? Lo dari kemarin susah banget dihubunginnya!" kesal Kelvin.
"Rapat lagi? Mau rapat apaan lagi sih, perasaan rapat mulu?!" tanya El yang kali ini juga ikut kesal.
"Hari ini rapat pembentukan struktur! Lo dari kemarin gue cari-cari sama gue hubungin gada banget balesan!" omel Kelvin.
"Hari ini gue gak bisa, suruh Tyo aja yang wakilin!" balas El dengan entengnya.
"Dia dari kemarin-kemarin ngewakilin lo mulu, El, masa rapat penting begini lo gak bisa luangin waktu?" Kelvin masih mencoba untuk membuat El sadar akan posisi cowok itu saat ini.
El menghela nafasnya, ia menoleh kearah Zira kemudian kembali menatap Kelvin.
"Tapi gue harus anterin Zira pulang, Vin." ucap El yang membuat Zira menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen FictionKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...