🌷 selamat membaca 🌷
_______🦋🦋
El memarkirkan motornya tepat di parkiran khusus motor di Sekolahnya, ia melepaskan helm lalu beranjak pergi dari sana untuk segera ke ruang OSIS karena sudah ada Asyila yang menunggunya disana.
Dengan kedua tangan yang memasuki saku celana, El berjalan santai melewati koridor-koridor kelas yang sudah mulai ramai oleh siswa dan siswi.
Sebuah panggilan manja dari beberapa siswi yang ada di koridor hanya El balas dengan senyuman tipis, itu sudah menjadi hal biasa baginya. Dan sebenarnya, El sangat jarang pagi-pagi seperti ini berjalan melewati koridor, cowok itu selalu datang terlambat yang membuatnya harus memanjat tembok agar bisa masuk ke dalam Sekolah. Tapi karena sudah menjadi Ketos, El harus mau berubah walaupun masih ada keinginan dihati kecilnya untuk datang ke Sekolah jam 8, dimana semua kelas sudah memulai pelajaran.
Tak terasa El akhirnya sampai di ruang OSIS, ia masuk setelah mengucapkan salam.
"Pintunya jangan ditutup, buka aja." ujar Asyila yang dipatuhi oleh El, ia kembali membuka pintu yang semula sudah ia tutup. El mengerti, mungkin Asyila tidak mau menimbulkan fitnah karena di ruangan itu hanya ada mereka berdua.
"Ada apa, Syil?" tanya El sambil duduk dibangku yang berhadapan langsung dengan posisi duduk Asyila.
"Aku mau bahas soal PenSi yang nanti bakalan diadain di Sekolah, kira-kira kita adain PenSi apa aja selain penampilan band, tari tradisional, teater dan dance?" jawab Asyila dengan penjelasan maksud dan tujuannya menyuruh El datang lebih pagi untuk segera bergegas ke ruang OSIS.
El terlihat sedikit berpikir, cowok itu mengetuk-ngetuk meja dengan jarinya.
"Fashion show?" tanya El setelah mendapatkan satu ide yang tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Em .. siapa yang fashion show-nya?" tanya Asyila balik.
Pertanyaan Asyila kembali membuat El berpikir keras. Cowok itu menggaruk jidatnya yang tak gatal, matanya merem melek, otaknya berputar keras mencari jawaban terbaik.
Bahu El melorot, ia memasang wajah lesu. "Otak gue mentok, Syil." ucap El akhirnya.
Asyila geleng-geleng kepala tak habis pikir, "kamu bisa kasih ide tapi gak tau gimana nyelenggarainnya." ucap Asyila lalu terkekeh.
El berdecak sebal. "Ck! Lo tau sendiri, gue gak pinter, gue juga gak kreatif. Ngerjain ginian mana bisa gue?" ucap El lalu menyenderkan punggungnya pada belakang kursi yang didudukinya dengan kedua tangan bersedekap dada.
"Gue tau gimana caranya."
El dan Asyila menoleh kompak kearah Tyo yang baru saja datang, cowok itu menarik kursi dan duduk di samping Asyila.
"Tumben lo dateng pagi?" celetuk El pada Tyo.
"Bunda lo kasih tau kalau lo udah ke Sekolah, makannya gue cepet-cepet buat nyusul." balas Tyo tentunya dengan penjelasan yang membuat El manggut-manggut.
"Ko kamu tau kalau El ada disini? Kamu cenayangnya dia ya?" tanya Asyila dengan kekehan kecil diakhir kalimatnya.
"Tyo sama gue itu punya ikatan batin yang kuat, Syil, jadi kita bisa saling mengetahui dimana kita berada. Eaaakkk!" ujar El yang membuat Asyila tertawa kecil.
"Berisik." tegur Tyo. Asyila dan El langsung menutup rapat bibir mereka.
"Gue udah denger apa yang lo berdua diskusiin dari tadi." cowok itu mengambil note di dalam tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Teen FictionKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...