11 | Sertijab Day.

37 3 0
                                    

HII GUYS!!
HUHU SETELAH BEBERAPA MINGGU GA UP AKHIRNYA UP LAGIIIIIII, BUSET LAMA BANGET AKU NGILANGNYA HEHEHEHE.

TAPIIII, INI PART PENTING DI CERITA INI. SEMOGA FEEL NYA DAPET YA KARENA AKU JUGA UDAH BEBERAPA KALI REVISI, SEMOGA AJA HASILNYA MEMUASKAN KALIAN. AAMIIN

OK DEH,

🌷 selamat membaca🌷
____

🦋🦋

Setelah sampai di sekolah El melajukan motornya kearah parkiran, disana sudah sangat sepi. Bahkan siswa atau siswi yang biasanya nongkrong atau berkumpul diparkiran sudah tidak ada. Sepertinya mereka sudah masuk ke area sekolah untuk mengikuti upacara.

Zira turun dari motor El, ia membenarkan roknya kemudian menilap kembali jas OSIS milik El agar tidak kusut.

"Astaghfirullah! Gue telat!" jerit El ketika melihat jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya.

"Eh, eh bantu gue. Ambilin dasi sama topi di dalem tas!" ucap El lalu memberikan tasnya kepada Zira. Cowok itu melepas helmnya secara buru-buru, setelahnya bergerak melepaskan jaket yang melekat ditubuhnya.

Zira memberikan dasi kepada El, "ini, Kak."

"Ih gue gak bisa pakainya, pakein!"

Zira melotot tak percaya, ini dirinya kenapa mendadak menjadi babu pribadi kakak kelas di depannya?

"Males banget, pakek sendiri!" ujar Zira sambil mengasongkan dasi kearah El dengan ekspresi galak.

El memelas, "ayo lah, Ra. Gue udah telat ini, lo gak ada niatan bantuin gue gitu?!" tanya El memohon.

Zira menghela nafasnya, "yaudah sini."

Dengan berat hati Zira membantu El, coba saja kalau cowok itu tidak akan sertijab hari ini. Mungkin tidak akan Zira bantu sama sekali.

Dengan telaten Zira membantu memasangkan dasi untuk El. Dan ini adalah kali kedua ia dan El berjarak sangat dekat. Perlu kalian tahu, baik Zira maupun El sama-sama merasa canggung saat ini.

Zira menjauhkan badannya dari hadapan El ketika dasi yang ia pasang dikerah baju cowok itu sudah terlihat rapi. Tanpa disuruh Zira mengambil topi yang semula dipegang El lalu dipakaikan dikepala cowok itu.

Melihat Zira yang berjinjit untuk memakaikan topi dikepalanya, El berinisiatif untuk sedikit membungkukkan badannya sehingga mempermudah Zira.

Zira dan El saling tatap, tanpa sadar El menyunggingkan senyumnya lalu menyelipkan beberapa anak rambut kebelakang telinga Zira.

"Makasih," ucap El lalu menuil hidung Zira karena gemas.

Zira membeku sesaat, kemudian memasang wajah judes, "iya sama-sama." ucapnya.

Bohong kalau Zira tidak baper, ia sangat mengakui kalau dirinya benar-benar tidak bisa mengontrol perasaanya saat ini. Apalagi orang yang selalu membuatnya kehilangan kendali tentang perasaanya itu adalah seorang El, cowok yang harus dijauhinya. Tapi sepertinya Zira akan menentang larangan itu.

Beberapa saat kemudian Zira tersentak kaget ketika tangannya digenggam oleh El. Zira mendongak menatap El, "ayo lari!" ucap El mengintruksi.

Kini kedua sejoli itu berlari cepat ke lapangan sebelum upacara bendera sekaligus sertijab itu di mulai.

🦋🦋

Sampai di dekat lapang baik Zira maupun El sama-sama menghembuskan nafas lega karena upacara belum dimulai.

RAFAELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang