🌷 selamat membaca 🌷
_____🦋🦋
"RAFAEL?! Kenapa nilai ulangan Sosiologi kamu 20?!"
El yang sedang meminum susu dimeja makan langsung tersendak ketika mendengar teriakan Bundanya. Wajah El langsung berubah pucat ketika Bundanya datang sambil memegang kertas ulangan Sosiologinya, jangan lupakan wajah galak sang Bunda yang saat ini terpampang jelas.
"Bunda bilang kemarin apa? Kamu harus belajar biar nilai kamu gak anjlok terus, El!" kesal Nindya --Bunda El.
"El udah belajar kok, Bun." jawab El sambil menunduk.
Nindya menghela nafasnya tidak habis pikir lagi. Kemudian duduk dikursi, "Bunda potong uang jajan kamu." ucap Nindya yang membuat El melotot lebar.
"Astaghfirullah, Bun. Jangan potong terus uang jajan El dong, nanti lama-lama El jadi kere!" ucap El dengan tatapan lesu memohon pada Bundanya.
"Bodo amat." balas Nindya tak perduli.
El mulai gelisah, Bundanya kalau berbicara tidak pernah bercanda. Jika sudah menentukan untuk mengurangi uang jajannya, maka uang jajannya akan benar-benar dikurangi.
"Yah, bantuin napa? Diem-diem bae." ujar El meminta pertolongan Ayahnya.
Raditya --Ayah dari El itu hanya mengedikkan bahu tak mau ikut campur. Bahaya jika ia ikut campur, nanti yang ada dirinya terkena amuk istrinya juga.
"Ayah kamu gak akan berani nolong kamu, liat aja kalau berani." Nindya menoleh pada Raditya. "Ayah gak akan Bunda kasih jatah!" peringatnya yang membuat Raditya menelan ludah.
"Ayah gak ikut campur, Bun. Serius deh," ujar Raditya sambil mengangkat kedua jarinya berbentuk V.
Yaelah, bokap gue suami takut istri. Batin El sedih.
"Uang jajan kamu gak akan Bunda potong kalau nilai ulangan Biologi kamu bagus. Minggu depan kata Bu Ain ada ulangan Biologi, kalau nilainya bagus Bunda naikin uang jajan kamu. Tapi kalau jelek, justru sebaliknya." ujar Nindya sambil menatap El serius.
El mengangguk semangat, "tenang aja, Bun, El bakalan buktiin kalau El bisa!" ucapnya membara.
Nindya tersenyum penuh arti kemudian manggut-manggut mencoba percaya.
"Ayah udah selesai." ucap Raditya, ia menatap El dengan tatapan menyebalkan. "Ayah gak bisa bantuin apa-apa, El. Tapi Ayah bisa kasih kamu semangat, semangat anak Ayah!" lanjutnya lalu tertawa karena ekspresi anaknya yang berubah datar.
"Dasar, suami takut istri." gumam El.
"Apa kamu bilang?!" tanya Raditya tidak santai.
El gelagapan, demi apapun dirinya keceplosan berbicara seperti tadi. "I-itu, Yah, itu lho sinetron yang suka di tonton Bunda. Yang judulnya suami takut istri bakalan mulai sebentar lagi." ucap El berbohong.
Nindya mengerutkan keningnya, "emang Bunda pernah nonton sinetron itu?" tanyanya pada El.
El mengangguk ragu, "p-pernah Bun. Itu sinetron lama yang diulang-ulang episodenya!" jawab El tambah ngaco.
Nindya nampak berpikir sebelum kemudian mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Iya kali," ucapnya.
Tanpa menaruh curiga pada El, Raditya mengangguk percaya kemudian pergi ke kamar untuk bersiap-siap, Nindya juga ikut membantu menyiapkan pakaiannya.
El langsung bernafas lega ketika Ayahnya percaya akan ucapannya barusan, coba kalau tidak sudah habis El terkena omel Ayahnya yang panjangnya melebihi jalan kereta api.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAEL
Dla nastolatkówKisah seorang anak SMA yang petakilan, urakan, selalu bermasalah dengan guru yang anehnya menjadi Ketua OSIS padahal dirinya tidak memenuhi kapasitas untuk menjadi seorang Ketua. Selain kisahnya yang menjadi Ketua OSIS, kisahnya juga bercerita tenta...